Sebagian besar orang membeli kamera, lensa, aksesoris karena berbagai alasan. Tiga alasan yang biasanya paling umum saya temui yaitu:
1. Ingin meningkatkan kualitas fotografi
2. Hasrat untuk memakai sesuatu yang terbaru, tercanggih
3. Koleksi atau nostalgia
Harapan saya, yang nomor 1 yang paling banyak. Tapi setelah saya amati, yang paling banyak saya temui justru yang 2 dan 3. Permasalahan jika alasan Anda membeli kamera dan lensa karena no. 2, maka selalu ada yang baru, selalu ada yang lebih baik. Untuk memenuhi hasrat no. 2 dan 3, maka perusahaan-perusahaan pembuat kamera sibuk memperbaharui kamera dan lensanya.
Setiap tahun lusinan kamera dan lensa baru membanjiri pasar. Beda antara satu model dan lainnya tidak banyak dan tidak penting untuk meningkatkan kualitas foto. Marketing juga tidak tinggal diam. Distributor menggempur massa lewat media massa, jejaring sosial di internet dan merekrut fotografer terkenal atau selebriti sebagai duta untuk mempromosikan sistem kamera tertentu.
Bagi yang belum memiliki kamera baik compact, prosumer, mirrorless atau DSLR, tentunya membeli kamera baru akan meningkatkan kualitas foto dibandingkan dengan memotret dengan ponsel. Tapi bagi yang sudah memiliki kamera digital, terutama mirrorless dan DSLR dalam waktu 3-4 tahun terakhir, membeli kamera baru tidak akan membawa hasil yang signifikan.
Menurut pengalaman saya, kita biasanya baru akan melihat manfaat upgrade yang cukup nyata sekitar empat tahun setelah sebuah kamera diluncurkan. Misalnya, jika Anda upgrade dari Canon 500D (tahun 2009) sampai Canon 700D (tahun 2013), Anda akan merasakan peningkatan kualitas foto dan fitur. Tapi jika Anda mengunakan Canon 550D saat ini, membeli Canon 600D, 650D atau 700D tidak akan merasakan peningkatan yang signifikan.
Peningkatan kualitas foto bisa dirasakan kalau pindah sistem. Misalnya dari compact ke kamera DSLR, atau kamera DSLR yang sensornya APS-C ke full frame. Saat pindah sistem, yang penting adalah mempertimbangkan lensa-lensa dan aksesoris yang harus diganti. Biasanya biayanya tidak sedikit. Kadang, pindah ke full frame juga bukan berarti kameranya lebih canggih. Kita harus pelajari teknologi dan tanggal rilisnya juga. Contohnya Canon 7D jauh lebih cepat dan kokoh dari Canon 5D mark II.
Untuk sistem Nikon, dari Nikon D700 ke D800 memang sekilas terlihat banyak kelebihannya misalnya sensor dengan 36 MP dibandingkan 12 MP, tapi D700 yang 4 tahun lebih muda (tahun 2008), lebih cepat kinerja foto berturut-turutnya (8 fps dengan battery grip dibandingkan dengan 4 fps pada D800). Lalu, karena megapixel D700 lebih sedikit, lebih mudah mendapatkan hasil foto yang tajam daripada Nikon D800.
Jadi upgrade ke kamera yang lebih baru atau tidak merupakan sesuatu yang cukup rumit. Kalau keuangan kita terbatas, maka penting sekali untuk mengkaji semua faktor sehingga Anda bisa memutuskan dengan bijaksana.
Rekomendasi saya
Jika tujuan membeli alat fotografi adalah untuk meningkatkan mutu fotografi, pelajari kamera yang akan dibeli. Adakah fitur atau keunggulan yang “wajib” dimiliki? Jika iya, upgrade saja, tapi jika tidak wajib, mungkin Anda hanya ingin memakai alat yang terbaru atau populer saat ini. Simpan uang yang tadinya untuk upgrade untuk hal lain misalnya belajar fotografi, ikut tour fotografi dll.
Jika tujuan upgrade kamera memang untuk koleksi atau nostalgia, misalnya ingin memiliki kamera berdesain retro seperti kamera film maka permasalahan yang biasanya muncul adalah, setelah membeli, dan setelah rasa euforia (senang sesaat) lewat, biasanya Anda akan mencari-cari lagi yang baru untuk dibeli. Yah gak apa apalah, yang penting dananya tersedia dan istri tidak ngomel

Tiga bersaudara di situ Cileunca. ISO 400, f/5.6, 1/20 detik, 35mm. Foto dibuat dengan Nikon D600 dan Nikkor 16-35mm. Edit: Adobe Lightroom untuk meningkatkan kontras warna, kroping dan Adobe Photoshop untuk membersihkan sampah