Quantcast
Channel: InfoFotografi
Viewing all 1544 articles
Browse latest View live

Fujifilm X30 : Beberapa pembaharuan tapi intinya tetap sama

$
0
0

Fujifilm memperbaharui advanced compactnya dalam bentuk Fujifilm X30. Kamera ini menggantikan X20 yang sudah berusia lebih dari satu setengah tahun yang lalu (6 Januari 2013). Di dalam inti kameranya, tidak berubah yaitu tetap 12 MP X-Trans sensor dengan ukuran 2/3″. Ukuran sensor ini masih lebih kecil daripada beberapa pesaingnya antara lain Sony RX100 (1″) dan Canon G1X (APS-C) namun masih lebih baik daripada Canon Powershot G16, Nikon Coolpix P7800 dan Panasonic LX7.

Tersedia dalam dua warna, hitam dan perak.

Tersedia dalam dua warna, hitam dan perak.

Meskipun bentuknya seperti seri Fujifilm X-PRO dan X-E, tapi kualitas gambarnya masih dibawah kelasnya, dan lensanya tidak bisa ditukar. Lensa yang terpasang sebenarnya sudah bagus dan praktis untuk berbagai objek foto, yaitu 28-113mm f/2-2.8. Bukaan yang relatif besar dan stabilizer di lensa memudahkan untuk memotret di kondisi low light. Lensa ini sama dengan yang di Fuji X20, tapi bedanya ada ring di lensa yang bisa digunakan untuk mengganti setting.

Jangan terlalu mengharapkan foto dengan latar belakang yang sangat blur meskipun bukaan lensa relatif besar, karena ukuran sensor gambar yang relatif kecil dibandingkan dengan kamera DSLR/mirrorless.

Meskipun berada di kelas kamera compact, tapi X30 kurang tipis untuk dikantongi, ukurannya lebih mirip kamera mirrorless seperti abangnya Fujifilm X100, Fujifilm XE1.

Kelebihan Fuji X30 lebih terletak ke teknologi yang ditanam di dalam kamera yaitu:

  • Layar LCD menjadi 3 inci dengan resolusi 1.4 juta (dari 2.8 inci, resolusi 460.000)
  • Layar LCD bisa diputar ke atas 90 derajat dan bawah 45 derajat
  • Jendela bidik optiknya telah digantikan dengan jendela bidik elektronik. Kualitasnya 2.4 juta titik
  • Wifi built-in
  • External mic dan remote input
  • Filter foto baru: simulasi film (Kodak Chrome)
  • Kapasitas baterai sampai 470 foto (standar CIPA)

Pembaharuan tersebut membuat X30 termasuk kamera compact yang mewah. Layar LCD dan jendela bidik yang beresolusi tinggi membuat review gambar menjadi lebih menyenangkan. LCD juga bisa dilipat untuk mengambil foto di sudut sempit. Ideal untuk candid dan street photography. Operasinya lumayan cepat, tapi menurut laporan, waktu yang dibutuhkan dari standby ke hidup agak lambat (sekitar 1-2 detik). Kelemahan kamera compact yang biasanya dikeluhkan yaitu baterai cepat habis sudah teratasi dengan kapasitas baterai yang 1.8x lebih besar.

Harga kamera ini sekitar Rp 7.000.000,- Harga yang cukup tinggi jika mengingat ukuran sensor dan lensa yang sama dengan pendahulunya. Akibatnya kualitas gambar kurang lebih sama. Fujifilm cocok digunakan untuk traveling, karena tidak terlalu berat (424 gram) dan lensanya cukup fleksibel. Cocok untuk masyarakat awam yang ingin kualitas gambar yang lebih baik dari ponsel/compact tapi tidak ingin membeli sistem kamera DSLR maupun mirrorless. Tidak saya sarankan untuk fotografer pemula yang ingin mengarah ke fotografer profesional/kerja, karena keterbatasan ukuran sensor dan lensanya tidak bisa ditukar.

Fuji-X30-camera-controls

Contoh foto dengan Fuji X30 di website resmi Fujifilm


Bahas Street Photography dengan efek high contrast B&W

$
0
0

Street photography merupakan jenis fotografi yang cukup banyak diminati karena bisa dilakukan dimana saja. Meski penafsiran batasan dan aturan street photography sering mengundang pendapat yang berbeda-beda bahkan sampai diperdebatkan, tapi tujuan utama dari street photography kurang lebih sama, yaitu fotografer mencoba menangkap potret kegiatan keseharian orang atau masyarakat di tempat umum/publik.

Ada yang senang menangkap portrait orang dengan cara candid dengan lensa telefoto, ada juga yang mengajak ngobrol terlebih dahulu, baru motret. Ada juga yang suka memotret interaksi antara orang dengan lingkungannya, dan ada juga yang suka memotret karena tertarik bentuk-bentuk, garis, pencahayaan dan sebagainya.

Sebenarnya gak masalah mau motret dengan gaya seperti apa karena setiap orang memiliki kepribadian dan kesukaan yang berbeda-beda. Yang menarik bagi saya tentang street photography adalah kita tidak tau apa yang kita akan dapat. Hal itu bisa menarik bagi sebagian fotografer, tapi bagi fotografer yang ingin sepenuhnya mengendalikan lighting, komposisi dll, jalanan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.

Bagi saya, street photography paling menarik saat motret di pagi atau sore hari, karena saat itu cahayanya dramatis. Setelah matahari tenggelam juga sebenarnya masih menarik terutama di tengah kota yang terang dengan lampu jalan dan gedung-gedung.

Untuk olah foto street photography, B&W merupakan pilihan yang populer bagi street photographer, tujuan utamanya biasanya adalah supaya pemirsa lebih fokus ke pencahayaan, bentuk, tekstur dan rasa/mood foto. Warna yang terlalu pekat bisa memecah fokus pemirsa. Foto hitam putih juga ada dua jenis, high contrast dan low contrast (lengkapnya dibahas disini). High contrast bagus untuk memberikan kesan yang misterius dan sedikit seram, sedangkan yang low contrast terlihat lebih damai dan aman.

Di dua foto dibawah, saya ubah fotonya ke hitam putih kontras tinggi dengan tujuan membuat foto terlihat lebih dramatis dan misterius.

ISO 25600, f/5.6, 1/40 detik, 16mm (di FF 24mm)

ISO 25600, f/5.6, 1/40 detik, 16mm (di FF 24mm)

Di foto ini saya tertarik dengan sinar lampu motor yang menyindari jalanan, dan kebetulan ada orang yang sedang berjalan juga, tapi gelap karena sinarnya dari belakang sehingga jadi siluet dan menambahkan kesan misterius dalam foto ini.

ISO 6400, 1/25 detik, f/4, 19mm (di FF 28mm)

ISO 6400, 1/25 detik, f/4, 19mm (di FF 28mm)

Di foto yang kedua, saya tertarik melihat seorang ibu-ibu berjalan dengan tubuh yang sedikit tertunduk dan sepertinya telah capai bekerja/berjualan seharian. Sepertinya dalam perjalanan pulang. Saya melihat ada bayangan yang cukup panjang dibelakangnya dan kemudian juga disekitarnya kebetulan tidak ada orang yang melintas, jadi fokus pemirsa nantinya hanya ke ibu itu.

Kedua foto ini sebenarnya saya buat tanpa ada rencana terlebih dahulu, kebetulan kamera sudah siap buat foto jadi langsung jepret. Kalau kamera masih di tas yaaa, gak keburu. Kedua foto dibuat di kawasan kota tua Jakarta.

Ngomong-ngomong, kedua foto mengunakan ISO yang sangat tinggi karena matahari telah tenggelam, setelah dijadiin hitam putih masih terlihat lumayan oke, terutama kalau dicetak kecil atau ditampilkan untuk web saja.

Konversi B&W dan menaikkan kontras saya lakukan lewat Adobe Lightroom. Kalau ingin belajar, ada workshop dan buku untuk belajar Lightroom secara otodidak.

Kedua foto diatas dibuat dengan Sony A6000, dan 16-70mm f/4 OSS. Trims atas pinjamannya Sony Indonesia.

Istilah di lensa Zeiss

$
0
0

Di acara Jelajahi fitur dan fungsi kamera mirrorless dengan Sony Alpha beberapa waktu yang lalu ada yang menanyakan tentang perbedaan istilah di lensa, terutama lensa Zeiss.

Penamaan lensa Zeiss memang terdengar agak exotic dan asing, seperti Sonnar, Biogon, Distagon dan sebagainya. Zeiss mengelompokkan lensa berdasarkan rancangan elemen optiknya. Dalam pemakaian sehari-hari, sebenarnya tidak perlu kuatir tentang penamaan istilah lensa ini, lebih baik mempertimbangkan focal length (jarak fokus) dan bukaan maksimum lensa tersebut. Sebagian besar lensa Zeiss tidak bisa autofokus, kecuali lensa Touit dan lensa Sony E-mount.

Beberapa istilah lensa Zeiss yang populer antara lain:

Lensa Zeiss Biogon 35mm f/2.8. Beratnya hanya 200 gram dan panjangnya 5.5cm

Lensa Zeiss Biogon 35mm f/2.8. Beratnya hanya 200 gram dan panjangnya 5.5cm

Biogon : Biasanya ditemui di lensa lebar (wide angle). Biogon ini biasanya untuk kamera rangefinder seperti Leica atau kamera mirrorless, tidak ideal untuk kamera DSLR. Lensa Biogon biasanya lebih kecil daripada lensa dengan focal length dan maksimum bukaan yang sama daripada lensa Distagon. Ukurannya bisa dirancang lebih kecil karena tidak perlu mempertimbangkan cermin di kamera SLR. Contoh: Zeiss Biogon 21mm f/2 ZM.

Zeiss ZF.2 Distagon 35mm f/2 untuk kamera DSLR Nikon. Beratnya 550 gram, panjang 10 cm

Zeiss ZF.2 Distagon 35mm f/2 untuk kamera DSLR Nikon. Berat 550g, panjang 10 cm

Distagon : Biasanya ditemui di lensa lebar juga tapi untuk kamera DSLR. Ukurannya lebih besar dari lensa Biogon untuk mengakomodir desain kamera DSLR. Bukaannya biasanya juga cukup besar. Contoh: Zeiss Distagon 35mm f/2

Planar : Lensa dengan desain yang sederhana dan termasuk salah satu yang paling tua. Dirancang di tahun 1896. Karakter lensa ini sangat tajam dan bukaannya besar. Lensa berjenis Planar sering ditemui di lensa fix 50mm seperti lensa Zeiss Planar 50mm f/1.4

Zeiss Vario-Tessar- 16-70mm f/4 untuk Sony E-mount

Zeiss Vario-Tessar- 16-70mm f/4 untuk Sony E-mount

Tessar : Biasanya ditemui di lensa kelas menengah yang kualitas gambarnya cukup baik, tapi ukuran dari lensa ini biasanya cukup ringkas dan tidak terlalu tinggi harganya. Belakangan banyak terdapat di lensa zoom dengan bukaan maksimum yang tidak terlalu besar, seperti f/4.

Sonnar : Nama keluarga lensa ini berasal dari “Sun” atau matahari. Desain lensa ini cukup biasanya cukup ringkas, ukurannya relatif kecil dan ditemui diberbagai lensa fix (tidak bisa zoom) dan bukaannya relatif besar (f/2.8 atau lebih besar lagi). Dibandingkan lensa Planar, lensa Sonnar ini lebih rentan terhadap optical abberation (penyimpangan optik) seperti distorsi, chromatic abberation dan sebagainya, tapi kontrasnya lebih tinggi dan lebih aman dari lens flare. Contoh: Sony Zeiss Sonnar FE 35mm f/2.8 ZA

Vario : Berasal dari kata Variable, menandakan lensa tersebut bisa di zoom (memiliki variable focal length).

Touit : Keluarga lensa Zeiss yang dirancang untuk kamera dengan sensor APS-C. Sampai saat ini untuk kamera mirrorless Sony dan Fujifilm. Ukurannya kecil dan ada autofokusnya.

Otus : Lensa dengan kualitas yang mendekati kesempurnaan secara teknis. Sampai saat ini baru ada satu lensa yang berada dalam keluarga ini yaitu Zeiss Otus 55mm f/1.4 untuk kamera DSLR. Sebagai komprominya, ukuran lensa relatif besar.

Zeiss Otus 55mm f/1.4, lensa yang hampir sempurna

Zeiss Otus 55mm f/1.4, lensa yang hampir sempurna. Beratnya 1 kg, panjang 14 cm.

Jadi, anggap saja istilah-istilah diatas adalah nama keluarga lensa, yang didalamnya terdapat anggota-anggota keluarga yang memiliki karakter yang mirip tapi tidak sepenuhnya sama. Penamaan lensa Zeiss ini berbeda dengan Leica yang menamakan lensa berdasarkan bukaan maksimum lensa. Misalnya Leica Noctilux untuk lensa berbukaan f/1 atau lebih besar. Summilux untuk lensa berbukaan maksimum f/1.4 dan seterusnya.

Workshop Water effect for Still Life Photography

$
0
0

Air mempunyai sifat yang sangat dinamis hingga bisa menimbulkan efek-efek yang menarik untuk dieksplorasi lebih jauh lagi. Air bisa diwarna sesuai dengan kehendak kita, permukaan air bisa memantulkan bidang objek benda yang lain, permukaan air juga bisa bergerak dinamis sesuai dengan benda yang dijatuhkan di atasnya.

strawberry-splash

Di kelas “Water Effect for Still Life Photography” ini, para peserta akan belajar menciptakan efek-efek seperti Yin&Yang glass, refleksi embun, colourful water droplets, dan Splash Water photography. Dengan kreatifitas serta menggunakan peralatan sederhana, peserta workshop mampu menggabungkan foto produk dengan efek air.

Hari Minggu, tanggal 24 Agustus 2014
Pukul 10.00 – 17.00
Jumlah peserta maksimum 12 siswa.
Materi: 10% teori, 90% praktek.

Materi

  1. Pengenalan lighting sederhana untuk menghasilkan foto still life.
  2. Instruktur menerangkan dengan menggunakan cuma 1 flash, peserta workshop mampu memotret gelas hingga menciptakan efek 2 dimensi yin & yang. (hitam-putih)
  3. Slow speed sync untuk memotret tetesan air.
  4. Instruktur menerangkan korelasi antara speed lambat dengan kilatan lampu flash akan menghasilkan foto tetesan air yang menarik.
  5. Kreatif dalam memilih foto-foto yang telah dihasilkan.
  6. Instruktur memberikan contoh-contoh foto yang terlihat seperti tidak berhasil tetapi jika dilihat lebih jauh dan dari sudut pandang yang berbeda akan menjadi foto still life yang berbeda.

Topik praktik

  • Glass distortion & refraction
  • Yin dan yang glass photography
  • Glass water splash
  • Refleksi titik air
  • Dancing water
  • Product with water effect
  • Colorful water droplet
  • Splash water

water-product-photography

workshop-still-life-water

droplets

water-drop-2

water-texture

Instruktur: Albertus Adi Setyo, lulusan jurusan advertising yang kini bekerja sebagai fotografer freelance untuk media cetak dan korporat. Jenis fotografi yang disukainya yaitu membuat photo essay dan still life.

Biaya: Rp 450.000,- per orang

Termasuk makan siang, snack & coffee break

Tempat belajar: Jl. Moch. Mansyur (Imam Mahbud) No. 8B-2 Jakarta Pusat 10140. Dekat persimpangan Roxi (Hasyim Ashari). Sebelah bank Bumiputra dan Cuci cetak Sinar Matahari. Lihat Peta.

Persyaratan: Membawa kamera, tripod dan flash, merek apa saja tidak masalah asal bisa diatur secara manual. Sebaiknya sudah mengikuti dasar fotografi dan mengerti cara mengatur ISO, shutter speed, aperture dan mengunakan lensa.

Info pendaftaran 0858 1318 3069

Cara Mendaftar

  • Transfer bank atas nama Enche Tjin via Bank BCA: 4081218557 via Bank Mandiri: 1680000667780
  • Konfirmasi melalui e-mail (email: infofotografi@gmail.com), sms atau telepon (085813183069 / 085883006769) dengan menyertakan nama peserta dan nama penyetor.
  • Datang di hari H sesuai dengan jadwal yang tercantum

Belajar dari era kamera film

$
0
0

Sedikit mengenang jaman dulu, saat mengunakan kamera film, pendekatan saya agak berbeda dengan mengunakan kamera digital. Saat memotret dengan kamera film saya jauh lebih hati-hati, karena biaya yang dikeluarkan tergantung dari berapa kali saya menjepret. Film tidak murah dan juga isinya tidak banyak. Sekeping memory card berkapasitas 8GB bisa menampung ratusan foto JPG. Sedangkan satu rol film hanya bisa digunakan untuk 24 atau 36 exposure/jepretan.

Di zaman film juga tidak ada menu atau tombol macam-macam. Hanya beberapa hal yang perlu diganti-ganti, yaitu shutter speed dan bukaan/diafragma lensa. ASA/ISO tidak bisa diganti kecuali ganti film-nya. Yang perlu diubah lainnya yaitu fokus, yang diganti dengan memutar ring fokus lensa secara manual. Jadi memotret dengan kamera film lebih sederhana, tapi kita perlu lebih teliti dan berhati-hati. Saat mengunakan film ASA rendah, hampir setiap saat saya mengunakan tripod untuk mendapatkan hasil ketajaman maksimal.

Di era digital, kita terbuai dengan rentang ISO yang sangat lebar dari kamera sehingga sering memotret dengan ISO tinggi. Memotret dengan ISO tinggi memang praktis karena shutter speed yang didapatkan akan cukup cepat sehingga tetap tajam meski kamera tidak dipasang di tripod.

ISO 100, f/8, 0.5 detik dengan tripod

ISO 100, f/8, 0.5 detik dengan tripod

Beberapa saat lalu saya membayangkan dan mempraktikkan lagi memotret dengan pendekatan seperti era film seperti berikut ini:

  1. ISO saya set ke 100 untuk hasil terbaik
  2. Hampir setiap saat, kamera saya diletakkan diatas tripod untuk ketajaman dan komposisi yang akurat
  3. Foto dengan hati-hati dan perlahan-lahan, terutama komposisinya. Di dalam pikiran saya, tertanam bahwa saya hanya punya 36 kali exposure saja, jadi setiap exposure harus saya hargai.
  4. Saya jarang masuk ke menu dan tidak mengunakan mode otomatis/semi-auto
  5. Hampir tidak pernah meninjau gambar setelah memotret. Di jaman film, kita tidak bisa meninjau foto yang baru dijepret sama sekali. Saya biasanya menonaktifkan auto review. Waktu saya lebih saya gunakan untuk mencari komposisi yang lebih baik.

Pendekatan memotret di jaman film memang terkesan merepotkan, nenteng-nenteng tripod, memotret dengan perlahan-lahan, lebih teliti dalam melihat pemandangan dll. Tapi setelah beberapa saat, saya sudah terbiasa kembali dan lebih menikmati proses, hasilnya juga lebih solid, kesalahan lebih sedikit dan hasil foto dan komposisi lebih tajam. Saya memotret lebih sedikit tapi lebih banyak yang puas. Tidak ada rasa sesal saat memeriksa hasil fotonya.

—-
Mantapkan teknik dan seni fotografi via workshop “Mastering art and photography techniques

Tour Pangalengan 20-21 September 2014

$
0
0

Tour fotografi Pangalengan selalu populer bagi pembaca dan alumni kursus kilat fotografi karena tempatnya sejuk, menyenangkan dan banyak peluang untuk mempraktikkan fotografi. Sama dengan susunan acara tour Pangalengan Juni yang lalu, kita akan berangkat malam hari dengan tujuan untuk mendapatkan sunrise dan juga menghindari macet di wilayah kota Bandung.

Kita akan mengunakan bus pariwisata bertempat duduk 25-27 seat yang nyaman dan akan menginap di kompleks Rumah Bosscha di Malabar. Bosscha adalah seorang warganegara Belanda yang berjasa dalam membangun usaha perkebunan, observatorium di Lembang, dan ITB.

Photo & Video Sharing by SmugMug

Perkebunan teh Malabar terletak daerah perbukitan dengan ketinggian 1550 dpl, sehingga suhunya sejuk di siang hari, dan dingin di pagi hari. Suhu udara kira-kira 15-25 derajat. Disarankan untuk membawa jaket/sweater terutama untuk memotret matahari terbit.

Susunan acara sebagai berikut

Hari pertama, hari Sabtu tanggal 20 September 2014
Kita akan tiba sebelum matahari terbit dan memotret matahari terbit. Jika cuaca mendukung, kita dapat mengunjungi Situ Cipanunjang dengan naik perahu. Situ ini adalah sumber mata air situ Cileunca. Setelah puas berfoto di situ Cileunca, kita akan check-in penginapan dan beristirahat sampai makan siang. Di sore hari, kita akan memotret pemandangan kebun teh dengan kabut alami yang sejuk.

Hari kedua, hari Minggu, tanggal 21 September 2014
Pagi hari sebelum matahari terbit, kita akan memotret sunrise dan pemandangan pagi hari dari bukit Nini, bukit yang cukup tinggi untuk memotret hamparan kebun teh, pemukiman penduduk dan gunung dikejauhan. Setelah sarapan, acara bebas. Setelah makan siang, kita akan meluncur ke Waduk Jatiluhur untuk memotret aktivitas nelayan dan matahari terbenam. Setelah makan malam seafood, kita akan pulang ke Jakarta.

Biaya Rp. 1.500.000 per orang

Tempat terbatas, maksimum 18 orang, pendaftaran akan ditutup setelah penuh.

cileunca-cruise

Biaya termasuk

  • Penginapan wisma Malabar. Satu kamar 2 orang
  • Transportasi pulang pergi (meeting point Jakarta – Pangalengan)
  • Makan 6X selama tur
  • Bimbingan fotografi oleh Enche Tjin + asisten
  • Sewa perahu di Situ Cileunca

Biaya tidak termasuk

  • Belanja pribadi
  • Tur opsional di Malabar seperti Tea Walk, tur pabrik pengolahan teh dan susu, dll
  • Tips supir (Rp 20.000 per orang)

Pembatalan maksimum tiga hari sebelum keberangkatan. Boleh digantikan dengan orang lain.

Pendaftaran dengan cara melunasi biaya (Rp 1.500.000) melalui transfer ke BCA 4081218557 atau Mandiri 1680000667780 atas nama Enche Tjin

Kumpul depan McDonald Sarinah, Jl. Thamrin, Jakarta. Jum’at tengah malam 23.30 WIB

Hubungi Iesan untuk mendaftar atau informasi di infofotografi@gmail.com / 0858-1318-3069

pagi-hari-situ-cileunca

Hati-hati! Difraksi lensa

$
0
0

Difraksi lensa menurunkan ketajaman dan kontras foto secara keseluruhan baik subjek, background, foreground, dll. Biasanya diakibatkan oleh mengunakan setelan bukaan yang sangat kecil, contohnya f/16 atau lebih kecil lagi. Selain bukaan, ukuran sensor dan banyaknya megapixel sebuah kamera juga akan menentukan difraksi.

Karena difraksi berhubungan dengan bukaan yang sangat kecil, maka biasanya yang peduli adalah fotografer pemandangan, untuk fotografer portrait yang biasanya mengunakan bukaan besar biasanya tidak mempermasalahkan hal ini.

Contoh tes foto yang diambil. Yang kiri f/4, yang kanan f/16

Contoh tes foto yang diambil. Yang kiri f/4, yang kanan f/16

Krop dari foto yang diatas 100% di bagian tengah. Yang kiri f/16, yang kanan f/4. Jika diperhatikan secara seksama, yang f/4 (kanan) lebih tajam bagian tengahnya dari f/16. Hal tersebut karena efek difraksi lensa.

Krop dari foto yang diatas 100% di bagian tengah. Yang kiri f/16, yang kanan f/4. Jika diperhatikan secara seksama, yang f/4 (kanan) lebih tajam bagian tengahnya dari f/16. Hal tersebut karena efek difraksi lensa.

Contoh batasan bukaan lensa sebelum difraksi menurunkan ketajaman foto:

Jika mengunakan kamera bersensor APS-C (Sebagian kamera DSLR Canon, Nikon DX, Sony Alpha, Fuji X, Samsung NX masuk kriteria ini) maka: Batas aman bukaan di kamera 24 MP = f/8 dan kamera 16 MP = f/11, dan 12 MP = f/13

Untuk kamera bersensor full frame, batas optimal bukaan di kamera beresolusi 36 MP = f/8, 24 MP = f/11, 16 MP = f/13, dan 12 MP = f/16.

Dan kamera dengan sensor berukuran lainnya: Four thirds (kamera Olympus, Panasonic) beresolusi 16 MP = f/7.1

Kamera dengan sensor 1 inci (Nikon 1, Samsung NX Mini, berbagai kamera compact: Sony RX100, RX10, Panasonic FZ1000) dengan resolusi: 10 MP = f/5.6 dan 20 MP = f/5

Dan kamera saku dan ponsel pada umumnya yang bersensor 1/1.7″ atau lebih kecil lagi
Ukuran sensor 1/1.7″, 10 MP = f/4
Ukuran sensor 1/2.3″, 20 MP = f/2

Besarnya resolusi gambar yang merupakan sweet spot menurut saya adalah

  • Untuk kamera full frame: 24 MP
  • Untuk kamera APS-C: 16 MP
  • Untuk kamera four thirds: 12 MP
  • Untuk kamera bersensor 1″ atau lebih kecil: 8-10 MP

Dengan resolusi diatas, difraksi tidak akan cepat muncul, rata-rata di f/13 sehingga merupakan kompromi yang tidak terlalu merugikan saat membutuhkan ruang tajam yang luas.

Beberapa pemikiran saya selanjutnya akibat dari difraksi lensa:

  • Sayang sekali difraksi munculnya cepat kalau kita memakai kamera beresolusi tinggi, karena bukaan kecil sangat membantu untuk mendapatkan ruang tajam yang lebar, terutama untuk foto pemandangan yang luas. Contohnya ada bunga yang jaraknya kurang dari satu meter dari kita, dan pegunungan yang jaraknya sangat jauh (infinity). Juga membantu untuk membatasi cahaya supaya dapat mengunakan shutter speed lambat untuk memotret air yang mengalir.
  • Penting bagi pengguna kamera beresolusi besar (36MP) seperti Nikon D810 dan Sony A7R untuk membawa filter ND, terutama saat memotret dengan slow speed. Coba hindari memakai bukaan f/16 atau lebih kecil lagi jika memungkinkan.
  • Ada rumor bahwa kedepannya kamera full frame akan ada yang mencapai 54 MP, dan kalau ada, batas bukaan sebelum difraksi adalah f/6.3.
  • Sebenarnya bukannya pantang mengunakan bukaan yang lebih kecil, gambarnya masih akan tajam, tapi memang bukan yang paling optimal.
  • Sony Experia Z1, sebuah ponsel pintar yang memiliki resolusi 20 MP dan sensor 1/2.3″, pantesan lensanya dipatok di f/2. Kita tidak bisa ganti bukaan lensanya. Hal itu memang sudah direncanakan dengan matang oleh yang membuat kamera ponsel itu. Jadi jangan komplen ya, kalau memang gak bisa diganti f-nya, demi untuk kebaikan kok :)
  • Megapixel kamera terus menerus naik dari tahun ke tahun, tidak peduli apapun jenis dan ukuran sensornya. Produsen kamera dipaksa untuk terus meningkatkan megapixel kalau tidak, bisa-bisa produknya kalah bersaing dan laku di pasaran. Di lain pihak, resolusi tinggi dapat menimbulkan difraksi di bukaan yang relatif besar. Maka itu saya berharap di masa depan fotografer diberikan pilihan kamera dengan berbagai resolusi/megapixel.

 

Sony A6000 vs Fujifilm XE-2 : Duel seru kamera mirrorless

$
0
0
Kiri: Sony A6000, Kanan Fujifilm XE-2

Kiri: Sony A6000, Kanan Fujifilm XE-2

Kamera Sony A6000 dan Fujifilm XE-2 merupakan kamera mirrorless yang kualitasnya sangat baik, bahkan melebihi beberapa kamera DSLR yang tersedia saat ini. Namun yang mungkin membingungkan adalah, yang mana yang lebih baik?

Untuk melihat kualitas gambar kamera, kita bisa melihat ukuran dan teknologi sensor dan resolusi gambar kedua kamera. Dari ukuran sensor, keduanya sama besarnya, tapi teknologi sensor berbeda. Sony mengunakan sensor CMOS dengan teknologi Bayer, sedangkan Fuji dengan X-Trans. Kelebihan dari sensor X-Trans adalah tidak dibutuhkan filter AA sehingga gambar akan lebih tajam saat di view 100%. Sedangkan dari resolusi gambar, Sony lebih unggul dengan 24 megapixel, 8 megapixel lebih banyak dari Fujifilm XE-2.

Untuk kualitas gambar di ISO tinggi, kedua kamera kurang lebih imbang. Secara sekilas Fujifilm XE-2 unggul, tapi itu lebih disebabkan bahwa cara mengukur cahaya di kamera Fuji agak berbeda. ISO 1600 di Fuji kurang lebih sama dengan ISO 1250 di kamera lainnya, sehingga terdapat kesan bahwa kamera Fuji lebih bersih dari noise.

Hal lain yang menyebabkan hasil gambar Fuji X lebih bersih dari noise yaitu resolusi gambarnya lebih sedikit (16MP vs 24MP). Jika kita mengambil foto dari Sony lalu mengecilkannya ke 16 MP, noisenya akan terlihat kurang lebih sama.

Sensor X-Trans Fuji juga ada sedikit masalah untuk proses konversi RAWnya. Adobe Lightroom/Adobe Camera RAW sudah mendukung X-Trans, tapi belum maksimal. Kualitas gambar lebih bagus dengan pilihan JPEG (L,M,S).

Soal performance/kecepatan, Sony lebih unggul, terutama sistem autofokusnya sangat cepat di kondisi terang. Kecepatan autofokus Sony A6000 untuk mengikuti subjek bergerak lebih bagus, bahkan sering dibandingkan dengan kamera DSLR profesional. Di kondisi gelap misalnya di dalam ruangan dengan cahaya remang-remang, kecepatan autofokus kedua kamera tidak begitu berbeda.

Soal desain, Fuji menerapkan desain gaya retro seperti kamera jaman dahulu. Sedangkan Sony lebih modern. Tidak ada yang terbaik, tergantung selera saja.

Untuk layar LCD dan jendela bidik, Fujifilm XE-2 menang. Layar LCD Fuji resolusinya lebih tinggi (1.040.000 titik vs 921.600 titik). Sedangkan resolusi jendela bidik XE-2 hampir mencapai 2.4 juta titik, sedangkan jendela bidik A6000 hanya 1.44 juta titik. Hal ini membuat gambar yang ditampilkan di LCD dan jendela bidik Fuji terlihat lebih bagus.

Soal kelengkapan lensa, seri Fuji X memiliki sekitar 15 lensa.  Sony punya 15 lensa E dan 5 lensa FE yang bisa dipasang di Sony A6000. Kedua sistem memang belum lengkap lensanya dibandingkan dengan kamera DSLR. Lensa-lensa unggulan Fuji biasanya lensa fix, terutama bukaan besar seperti Fuji 23mm f/1.4, 56mm f/1.2. Sedangkan Sony lebih bervariasi, ada lensa telefoto FE 70-200mm f/4 OSS G, lensa 50mm f/1.8 OSS, Zeiss 35mm f/2.8 dsb. (Baca juga rekomendasi lensa Sony dan panduan sistem Fuji X.)

Seperti yang dilihat di gambar diatas, lensa kit yang dipasangkan dengan Sony A6000 lebih ringkas, tapi lensa Fuji lebih bagus kualitasnya, bukaannya juga lebih besar. Untuk lebih maksimal, Sony A6000 lebih baik dipasangkan dengan lensa Sony Zeiss E 16-70mm f/4 OSS.

Untuk harga kamera, tentunya Sony A6000 lebih murah. Saat tulisan ini diterbitkan, harga A6000 dan lensa Rp 10 juta. Sedangkan Fujifilm XE-2 dengan lensanya sekitar Rp 15-17 juta.

Lalu beli yang mana? Kalau kita mengunakan otak kiri yang mengandalkan logika, tentunya Sony A6000 lebih unggul karena kelebihannya lebih banyak dan lebih terjangkau harganya, sedangkan kalau kita pakai otak kanan yang mengandalkan perasaan, bisa jadi Anda lebih puas dengan Fujifilm, terutama karena desain kamera, lensa dan hasil fotonya yang khas.  Saya pernah mencoba Sony A6000 dan menurut saya kamera ini sangat baik terutama saat dipasang dengan lensa yang berkualitas. Saran saya, cobalah di toko atau pinjamlah jika ada teman yang mengunakan kedua kamera tersebut. Mungkin dengan mencoba langsung, Anda akan lebih yakin dalam memilih kamera yang paling cocok.

Kelebihan Sony A6000

  • Ukuran lebih kecil, lebih ringkas, lebih ringan
  • Grip/pegangannya lebih baik, lebih ergonomis terutama saat memasang lensa panjang
  • Kecepatan autofokus terutama di kondisi cahaya terang lebih cepat
  • Kecepatan autofokus untuk subjek bergerak sangat cepat
  • Lensa yang dipaketkan jauh lebih ringkas/compact
  • Resolusi lebih tinggi (24 MP)
  • File foto RAW lebih mudah diolah dengan software
  • Kualitas dan fitur untuk video lebih baik
  • Kecepatan foto berturut-turut lebih cepat
  • Lebih banyak tombol yang bisa dikustomisasikan
  • Harga kamera lebih murah
  • Tersedia proses HDR di kamera
  • Apps menambahkan fitur baru ke kamera
  • LCD bisa diputar
  • Pilihan ISO tinggi sampai 25600 dibanding 6400

Kelebihan Fujifilm XE-2

  • Desain retro dengan ergonomi kamera rangefinder jaman dulu
  • Lensa zoom kit yang dipaketkan kualitasnya lebih tinggi
  • Jendela bidik lebih detail
  • Kualitas layar LCD lebih jernih dan detail
  • Resolusi 16 MP tapi hasil gambar lebih tajam karena tidak ada low pass filter
  • Kualitas foto JPG langsung dari kamera menarik dan tajam
  • Banyak pilihan filter film (Provia, Astia, Velvia) khas film jaman dulu
  • Ada external mic input untuk video

Memanfaatkan Survey View pada Lightroom

$
0
0

Biasanya, saat kita mengambil foto, kita pasti mengambil beberapa foto dengan komposisi dan angle yang berbeda- beda.
Terkadang, untuk melihatnya dan memilih mana yang lebih baik akan terasa lebih susah dan memusingkan jika tidak ditampilkan sekaligus.

Untuk itu, kita dapat menggunakan LR dan menampilkan beberapa foto pada tampilan Survey (Survey View).

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih beberapa foto yang akan ditampilkan sekaligus. Pastikan modul yang aktif adalah di Library [kotak merah].
Memilih foto bisa dilakukan di filmstrip [kotak hijau] atau dalam bentuk grid di tengah area kerja LR.

Setelah selesai dipilih, tekan tombol N (atau Survey View yang ditandai kotak kuning). Maka dengan seketika, foto itu akan ditampilkan sekaligus.

survey 1

(Catatan : Seperti biasa, jika fotonya berurutan, kita dapat mengklik foto pertama terlebih dahulu kemudian sambil menahan tombol SHIFT, kita pilih foto terakhir yang akan ditampilkan. Jika foto tidak berurutan, maka dapat memilih foto sambil menahan tombol CTRL)

Dengan tampilan sedemikan, kita dapat memilih salah satu dari sekian foto yang kita ambil. Di tampilan survey ini juga, kita dapat memberi rating maupun label pada foto [kotak merah]. Jika kita ingin mengeluarkan foto pada tampilan Survey, cukup menekan tanda silang (X) yang ada di sudut kanan bawah foto.

flag 1

Dan pada akhirnya, kita akan mendapatkan satu foto yang kita rasa paling bagus di antara pilihan beberapa foto yang dipilih pada awalnya.

select 1
Semoga bermanfaat.

—–
Belajar Adobe Lightroom kini bisa melalui workshop 1 hari atau melalui buku Adobe Lightroom yang ditulis khusus oleh Enche & Iesan.

Lensa Zeiss Loxia untuk Sony A7

$
0
0

Zeiss hari ini mengumumkan keluarga lensa baru yang dinamakan LOXIA. Keluarga lensa ini cocok untuk dipasangkan di kamera Sony full frame yaitu seri A7. Lensa ini bisa dipasang juga di kamera Sony NEX atau Alpha yang sensornya APS-C. Menurut Zeiss, Lensa ini adalah gabungan dari desain tradisional bertemu dengan teknologi modern.

sony-a7-loxia-zeiss

Meskipun lensa-lensa ini manual fokus (tidak bisa autofokus) tapi desainnya dioptimalkan untuk fotografi dan videografi digital. Tidak seperti Lensa Sony Zeiss, Lensa-lensa LOXIA memiliki aperture ring, yang mana kita dapat mengubah nilai bukaan lensa dengan memutar ring di lensa. Untuk videografer, ada berita bagus juga, aperture ring bisa dimodifikasi sendiri dengan alat (disediakan) supaya saat mengubah bukaan bisa mulus.

Lensa juga akan mengirimkan informasi EXIF, pergerakan focus ke kamera. Dengan informasi ini, setiap kali fotografer memutar ring fokus, maka kamera akan mengaktifkan fungsi pembesaran (magnification).

Ada dua lensa  yang diluncurkan yaitu Zeiss Loxia 35mm f/2 dan 50mm f/2. Panjang kedua lensa sama, yaitu 6.2 cm, filter 52mm dan beratnya 320 dan 340 gram.

Harga lensa Loxia 50mm f/2 $949 dan 35mm f/2 akan dijual dengan harga $1,299. Ketersediaan lensa diperkirakan di bulan Oktober untuk 50mm f/2 dan Desember untuk lensa 35mm f/2.

Kelebihan lensa Loxia dibandingkan dengan lensa Sony Zeiss FE

  • Ada aperture ring
  • Keseluruhan lensa terbuat dari logam
  • Ada tanda jarak fokus dan tanda untuk zone focus (hyperfocal focus)
  • Perubahan bukaan bisa mulus (cocok untuk video)
  • Manual fokus bisa lebih akurat dan cepat berkat focus throw yang lebar

Kelemahan lensa Loxia dibandingkan dengan lensa Sony Zeiss FE

  • Tidak bisa autofokus
  • Harga relatif lebih tinggi
  • Berat lensa rata-rata 100-200 gram lebih berat
demo alat untuk mengubah aperture menjadi smooth untuk kebutuhan videography

demo alat untuk mengubah aperture menjadi smooth untuk kebutuhan videography

Pendapat pribadi saya

Saat ini, Sony sudah memiliki dua lensa yang mirip dengan lensa Loxia, yaitu Sony Zeiss 35mm f/2.8 ($798) dan Sony 55mm f/1.8 f/2.8 ($998). Selain harga lensa Sony relatif lebih ekonomis dan juga lebih ringan, lensa Sony juga sudah bisa autofokus.

Di lens roadmap Sony, juga akan ada lensa Sony 35mm f/2 G dengan stabilizer, jadi pengguna Sony A7 nantinya akan kebanjiran pilihan lensa dengan focal length 35mm.

Oleh sebab itu saya sedikit bingung karena saya pikir Zeiss melewatkan kesempatan bagus untuk meluncurkan lensa yang berbeda untuk melengkapi koleksi lensa Sony E-mount. Misalnya lensa 15mm, 85mm, 100mm, 135mm atau lensa makro.

Sepertinya lensa Loxia ini memang dirancang untuk segmen pengguna yang berbeda, misalnya untuk seniman multimedia (foto & video) atau fotografer berpengalaman yang menginginkan lensa yang memiliki pengaturan manual fokus dan aperture ring layaknya lensa di jaman film.

Meskipun demikian, saya cukup senang Zeiss cukup aktif dalam memperbaharui lensa dari era film ke digital. Keluarga lensa Zeiss yang dioptimalkan untuk kamera digital era sekarang yaitu keluarga Zeiss Otus (untuk SLR) dan Zeiss Touit (untuk mirrorless APS-C).

Kupas tuntas kamera digital : Belajar memaksimalkan fungsi dan fitur kamera Anda

$
0
0

Setelah mengamati perkembangan kamera digital yang makin canggih dan bervariasi, kini Infofotografi membuka kelas baru yaitu “Kupas Tuntas Kamera Digital”.

Di kelas ini kita akan belajar untuk menguasai pemakaian dan fitur-fitur yang ada di kamera kita supaya kita bisa mendapatkan hasil foto yang lebih baik. Cocok diikuti oleh anda yang baru membeli kamera digital, masih bingung untuk mengatur setting yang optimal, dan ingin memaksimalkan fitur yang ada di kameranya.

Training ini terbuka untuk berbagai jenis kamera digital, baik kamera DSLR, mirrorless, prosumer maupun compact.

Kamera DSLR

Kamera DSLR

Mirrorless-Camera

Kamera Mirrorless

Materi training fotografi :

  • Mengenal perbedaan ukuran sensor dan kualitasnya
  • Mengatur kualitas gambar (RAW dan JPG)
  • Mengenal plus minus berbagai jenis kamera digital
  • Mengenal fokal lensa, zoom dan contohnya
  • Tips memilih mode kamera untuk berbagai situasi
  • Memahami auto fokus dan manual fokus
  • Pengaturan setting flash, WB, drive mode, picture style, efek kreatif
  • Tips menghadapi cahaya yang kontras
  • Tips merawat kamera
  • Bahas aksesoris penunjang : Tripod, filter

Peserta bisa memakai kamera apa saja, baik DSLR, mirrorless maupun kamera compact. Penyampaian materi disertai dengan demonstrasi dan contoh fotonya supaya peserta bisa lebih memahami setiap bahasan yang disampaikan.

Setelah mengikuti kelas ini, peserta diharapkan bisa :

  • Mengenal kelebihan kelemahan berbagai jenis kamera
  • Mengatur setting dasar kamera digital
  • Membuat foto yang baik untuk berbagai situasi
  • Paham cara menangani kamera, merawat dan menyimpan
  • Paham memilih berbagai jenis filter dan kapan pemakaiannya.

Acara akan diadakan pada :

Hari / tanggal : Minggu, 21 September 2014
Jam : 13.00-17.00 WIB
Biaya : Rp. 250.000 saja!
Pengajar : Erwin Mulyadi
Materi presentasi dalam bentuk file digital (PDF).

Barang untuk dibawa saat mengikuti acara : Kamera digital dan lensa, alat tulis.

Samsung NX3000, lensa kit, scene mode Waterfall

Foto air terjun dengan scene mode Waterfall

Samsung NX300, lensa 45mm f/1,8, pemakaian flash di siang hari untuk menerangi wajah (fill flash)

Contoh pemakaian flash di siang hari untuk menerangi wajah (fill flash)

Cara Mendaftar

  • Transfer bank atas nama Enche Tjin via Bank BCA: 4081218557 via Bank Mandiri: 1680000667780
  • Konfirmasi melalui e-mail (email: infofotografi@gmail.com), sms atau telepon (085813183069 / 085883006769) dengan menyertakan nama peserta dan nama penyetor.
  • Datang di hari H sesuai dengan jadwal yang tercantum

Apa itu video editing?

$
0
0

Di era digital seperti sekarang ini perkembangan dunia digital begitu pesat terutama pada bidang media (baik itu berupa foto maupun berupa video). Mungkin banyak orang yg belum mengetahui tentang video editing, bahkan mungkin belum pernah mendengar tentang video editing.

pinnacle-video-editing-software

Pada artikel kali ini saya ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan proses video editing. Pada dasarnya terdapat dua tahapan utama dalam proses pembuatan suatu video sebelum siap untuk ditayangankan, tahap pertama adalah tahap perekaman video yang biasa dilakukan oleh seorang atau lebih kameramen, pada proses ini akan dihasilkan rekaman video mentah, dan tahap kedua adalah tahap pengeditan video yang biasa dilakukan oleh seorang atau lebih video editor.

Definisi video editing adalah suatu proses penseleksian, penambahan teks/judul, variasi, transisi, effect, lagu, sound effect, narasi, merubah tampilan warna, menu khusus untuk bentuk kepingan baik itu format DVD maupun Blue Ray dari video mentah (yang dimaksud dengan video mentah adalah video yang dihasilkan langsung dari alat perekam video seperti handycam, video kamera, handphone atau alat2 perekam video lainnya) menjadi video yang mempunyai tampilan dan format video seperti yang kita inginkan.

Tujuan dari proses video editing adalah membuat suatu rekaman video mentah menjadi suatu tampilan video yang menarik dan enak untuk dinikmati.

Pada proses video editing ini kita dapat memilah-milah bagian mana dari video mentah yang kita inginkan dan kita dapat membuang bagian-bagian dari video mentah yang tidak kita inginkan (seperti tayangan video yang tidak jelas, buram, tidak fokus, terlalu goyang, dll), kita juga dapat memperbaiki hasil rekaman video kita yang terlalu gelap atau terang, ataupun warnanya yang terlalu kuning/merah/biru. Selain itu dalam proses video editing kita juga dapat menggabungkan antara foto dengan video, serta mengambil foto dari video.

Dalam proses video editing kita juga dapat membuat slide show (tampilan foto yang digerakan) serta kita dapat mengambil hanya audionya saja yang dapat kita gunakan secara terpisah. Untuk menjadi seorang video editor yang handal di perlukan jiwa seni dan kreatifitas yang baik, untuk dapat merasakan apakah video yang telah siap ditayangkan itu sudah menarik atau belum.

Secara garis besar hal-hal tersebut diatas adalah proses yang bernama video editing. Sekian dahulu pembahasan singkat dari saya mengenai pengenalan dunia video editing.

Hardi Danusasmita
Video editor profesional

Jika Anda ingin belajar video editing, hubungi 0858 1318 3069 atau email infofotografi@gmail.com untuk mendapatan info pelatihan oleh video editor profesional.

Workshop Street photography & Human Interest (HI) – Bogor

$
0
0

Street photography dan human interest adalah jenis fotografi yang unik, bisa dilakukan dimana saja. Karena banyak permintaan, maka kami akan menyelenggarakan workshop street photography & HI. Workshop ini terbagi dua hari, hari pertama akan diselenggarakan di tempat pelatihan Infofotografi. Dan hari kedua hunting foto di Bogor.

Jadwal acara workshop

  1. Hari Minggu, 28 September pukul 13.00 sampai  16.00 WIB di kelas Jl. Imam Mahbud/Moch Mansyur No. 8B-2 Jakarta Pusat.
  2. Hari Minggu, tanggal 4 Oktober pukul 06.30 sampai 16.00 WIB di Bogor

Materi yang akan dibahas tanggal 28 September

  • Definisi street photography dan human interest (HI)
  • Sikap dalam memotret street photography
  • Teknik dan setting kamera dalam memotret street photography
  • Rekomendasi jenis kamera dan lensa yang dibawa
  • Berbagai macam komposisi street photography
  • Tips untuk street portrait (cara memotret dan meminta izin orang untuk dipotret)
  • Review foto selesai hunting di Cafe.

Bagi peserta dari Jakarta, berkumpul pukul 05.30 pagi untuk bersama-sama berangkat ke Bogor.

Lokasi hunting:

  1. Sepanjang jalan Suryakencana (Surken) di Bogor. Termasuk daerah “China Town”nya Bogor yang masih memiliki beberapa rumah dari jaman kolonial, vihara Dhanagun, aktivitas pasar di pagi hari yang ramai dan berwarna-warni dan aktivitas warga (kerja, anak sekolah, pedagang). Jalan ini juga termasuk jalan kuliner/jajanan khas Bogor yang banyak diliput media massa.
  2. Gong Factory Bogor merupakan satu-satunya pabrik tradisional yang masih membuat Gong dengan cara yang tradisional.

Setelah itu rombongan akan makan siang bersama dan review foto di Cafe yang nyaman dan luas.

Dengan mengikuti workshop ini peserta akan dapat mempelajari street photography dan human interest dari teknik foto, praktik dan juga akan mendapatkan feedback dari pembina setelah praktik.

Pembina: Albertus Adi Setyo (hari ke 1 &  2), Enche Tjin (hari ke 1)

Tempat sangat terbatas, maksimum 10 orang peserta saja

Biaya termasuk : Transportasi dengan mobil van (ELF) dari Jakarta-Bogor pulang pergi, biaya pembinaan workshop.
Tidak termasuk : Makan siang di cafe, jajan makanan di Bandung.

Biaya: Rp 475.000,- saja! per orang

Peserta direkomendasikan telah menguasai cara mengoperasikan kamera atau telah mengikuti kelas kupas tuntas kamera & dasar fotografi

Pendaftaran dengan cara melunasi biaya (Rp 475.000) melalui transfer ke BCA 4081218557 atau Mandiri 1680000667780 atas nama Enche Tjin. Hubungi Iesan untuk mendaftar atau informasi di infofotografi@gmail.com / 0858-1318-3069

Catatan: Bagi yang mengunakan kendaraan pribadi ke lokasi, biayanya tetap sama.

Beberapa foto pembina:

Pabrik Gong Pancasan, Bogor

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Albertus Adi Setyo

oleh Enche Tjin

oleh Enche Tjin

oleh Enche Tjin

oleh Enche Tjin

Photokina 2014

$
0
0

Ingin beli kamera atau lensa baru? Tunggu dulu.. Photokina is coming.. Setiap dua tahun sekali, Pameran akbar fotografi diadakan di Cologne, Jerman. Di pameran ini perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang foto dan video mengumumkan dan memamerkan produk terbaru mereka. Tahun ini, Photokina akan diadakan tanggal 16-21 September 2014.

Meskipun saat saya mulai menulis Photokina belum berlangsung, tapi sudah banyak informasi tentang produk kamera dan lensa baru yang akan diumumkan.

Nikon

Akan mengumumkan kamera baru full frame Nikon D750, yang spesialisasinya untuk foto aksi (action). Rumornya, resolusinya 24 MP dengan kecepatan foto berturut-turut 8 foto per detik dan layar LCDnya bisa diputar. Kabarnya harganya sekitar $2500.

Canon

Dirumorkan akan mengumumkan kamera penerus Canon 7D, yang dinamakan 7D mk2.

Lensa baru yang diumumkan adalah Canon EF-S 24mm f/2.8 STM (pancake), EF 24-105mm f/3.5-5.6 IS STM and 400mm f/4 DO IS II USM

Sony

Akan menunjukkan Sony FE 16-35mm f/4 OSS untuk kamera mirrorless Sony dan Sony 28-135mm f/4 OSS PZ yang dirancang khusus untuk videografi. Selain itu, Sony A5100 dan seri Sony QX yang sudah diumumkan akan meramaikan stand Sony.

Sony A5100 kemungkinan populer dikalangan casual shooter dan pemula. Highlightnya: 24 MP, touchscreen LCD dan WiFi.

Sony A5100 kemungkinan populer dikalangan casual shooter dan pemula. Highlightnya: 24 MP, touchscreen LCD dan WiFi.

Sony QX1 adalah modul kamera dengan sensor APSC setara DSLR yang disematkan ke handphone. Lensanya bisa diganti-ganti dengan lensa Sony Alpha/NEX

Sony QX1 adalah modul kamera dengan sensor APSC setara DSLR yang disematkan ke handphone. Lensanya bisa diganti-ganti dengan lensa Sony Alpha/NEX

Fujifilm

Fujifilm akan mengumumkan kamera baru penerus seri X100, dan akan dinamakan Fujifilm X100T. Kelebihannya adalah jendela bidik optiknya akan lebih akurat dibandingkan dengan X100 sebelumnya dengan teknologi koreksi parrallax. Kamera lain yang akan dipamerkan Fujifilm X30.

Untuk lensanya, Fuji akan mengumumkan lensa telefoto zoom barunya yaitu 50-140mm f/2.8 OIS (995gram, filter 72mm) dan 56mm f/1.2 R APD. Lensa 56mm ini adalah modifikasi dari 56mm yang katanya bagian yang gak fokusnya (bokeh) akan lebih mulus. Harga lensa telefotonya $1550, harga lensa fix 56mm-nya $1450.

Pembaharuan dari model Fuji X100 yang legendaris. Bedanya di jendela bidik. Sisanya mirip, lensa fix ekuivalent 35mm f/2, sensor APS-C X-Trans.

Pembaharuan dari model Fuji X100 yang legendaris. Bedanya di jendela bidik. Sisanya mirip, lensa fix ekuivalent 35mm f/2, sensor APS-C X-Trans.

Fuji 50-140mm f/2.8, lensa telefoto yang dinantikan pengguna Fuji X. Meski kamera mirrorless makin kecil, Panjang dan besar lensanya kurang lebih sama seperti lensa DSLR. Panjang lensa ini sekitar 17.5 cm, berat 995 gram.

Fuji 50-140mm f/2.8, lensa telefoto yang dinantikan pengguna Fuji X. Meski kamera mirrorless makin kecil, Panjang dan besar lensanya kurang lebih sama seperti lensa DSLR. Panjang lensa ini sekitar 17.5 cm, berat 995 gram.

Samsung

Samsung akan meluncurkan kamera flagship untuk profesional, Samsung NX1, yang resolusi fotonya 28 MP dengan processor baru, material casing kamera yang lebih kokoh (dari logam). Sistem autofokus hybridnya diperbaharui sehingga lebih baik untuk subjek bergerak. Kecepatan foto berturut-turutnya diperkirakan 15 foto per detik. Dan akan ada lensa telefoto profesional, 50-150mm f/2.8. Bentuk kameranya akan seperti kamera DSLR.

Panasonic

Rumornya mengumumkan kamera Panasonic GM5, kabarnya merupakan penerus Panasonic GX7 dan kamera compact bersensor four thirds, kemungkinan besar dinamakan Panasonix LX100.

Sigma

Akan memamerkan beberapa lensa, antara lain 150-600mm f/5-6.3 OS Macro HSM. Dirumorkan akan ada beberapa lensa berkualitas tinggi lainnya seperti lensa ultra lebar berbukaan besar.

Sigma 150-600mm ini beratnya sekitar 2.8kg, cocok untuk foto sport/satwa.

Sigma 150-600mm ini beratnya sekitar 2.8kg, cocok untuk foto sport/satwa.

Zeiss

Memamerkan lensa terbaik untuk DSLR yaitu Zeiss Otus 85mm f/1.4. Harganya $4450. Keluarga lensa LOXIA untuk kamera mirrorless full frame Sony yang sudah diumumkan juga akan dipamerkan. Lensa tersebut 50mm f/2 dan 35mm f/2.

Olympus

Memamerkan Olympus PEN EPL7 yang sudah diumumkan.

Ricoh Pentax

Memamerkan kamera K-S1, kamera pemula yang desainnya futuristik yang unik.

Tamron

Tulisan ini akan diperbaharui secara kontinyu sampai dengan acara Photokina selesai.

Blocking dan Cutting cahaya di fotografi

$
0
0

Ketika kita sedang berfotografi, tentu kita membutuhkan cahaya untuk menghasilkan sebuah foto. Sumber cahaya bisa berasal dari mana saja mulai dari cahaya matahari, lampu studio, flash/ lampu kilat, hingga cahaya ruangan yang ada di sekitar kita.

Di kategori sumber cahaya artificial light (lampu studio, flash) kita bisa merubah posisi arah cahaya kita dari segala arah. Kita juga bisa mengatur besar/ kecilnya cahaya tersebut. Selain kedua fungsi diatas, kita juga bisa melakukan teknik Blocking/ Cutting.

Lalu apa yang disebut dengan teknik Blocking/ Cutting cahaya?
Teknik ini adalah teknik untuk memotong, membelokkan, atau membuat motif tertentu dari sebuah sumber cahaya. Caranya dilakukan dengan meletakkan benda di depan/ samping sumber cahaya. (contoh: foto 1b)

foto 1a

1a : Skema lighting sebelum diblok

foto 1b

1b: Skema lighting setelah diblok

Pada contoh foto 1, saya meletakkan kertas hitam di samping sumber cahaya berupa lampu TL yang saya gunakan untuk memotret gelas berisi air putih.

Fungsi dari kertas hitam adalah untuk memotong pancaran cahaya dari lampu TL yang terlalu lebar menjadi lebih sempit.

Kita bisa melihat contoh foto dibawah untuk mengetahui perbedaannya.

Skema lighting setelah diblok

Skema lighting setelah diblok

Perubahan dari cahaya yang lebar menjadi sempit dapat kita lihat pada highlight pada sisi gelas (dari menyebar tak beraturan (foto kiri) menjadi pola garis mengikuti bentuk gelas (foto kanan))

Dari shadow yang dihasilkan, kita bisa melihat shadow di foto kanan menjadi lebih pekat setelah di blok/ cutting.

Shadow yang lebih kuat setelah diblok ini juga dapat dilihat dari garis sisi gelas yang masih tertangkap detailnya. (foto kanan) setelah sempat hilang karena cahaya belum diblok (foto kiri). Ket: Foto gelas ini dibuat tanpa proses editing sama sekali.

Pada contoh foto 3 di bawah, saya menggunakan sumber cahaya berupa flash/ lampu kilat dari sebelah kanan (sejajar) dengan objek. Saya lalu menempatkan kertas hitam sedikit di atas flash untuk memblok cahaya dari flash. Kertas hitam bisa berfungsi untuk memotong cahaya flash agar tidak terlalu melebar ke samping kiri objek. Terlihat flash yang sudah diblok mampu membentuk highlight untuk mempertegas bentuk objek.

foto 3

Selain berfungsi untuk memotong cahaya, teknik blocking/ cutting ini juga mampu menciptakan motif tertentu.

Dalam contoh dibawah, saya sengaja menggunakan plastik tempat piring di dapur rumah. Saya tempatkan plastik tempat piring tersebut di depan flash saya untuk melakukan blocking.

Kemudian saya sengaja menembakkan flash tersebut ke tembok yang berfungsi sebagai background objek foto saya. Akhirnya plastik tempat piring tersebut berhasil terjiplak dan membentuk motif di tembok seolah ada cahaya matahari pagi yang menembus pintu teralis besi. Kesan suram karena terkurung merupakan konsep pembuatan foto ini.

foto 4

Teknik blocking/ cutting ini biasa digunakan ketika kita ingin menciptakan foto Low key.

Selamat mencoba dan Salam Fotografi!

Albertus Adi Penulis adalah instruktur Creative Lighting dengan flash. Pelajari segala jenis fitur flash/speedlite dan teknik pencahayaan untuk produk dan portrait dalam workshop dua hari.


Tour Fotografi Cirebon-Kuningan 18-19 Oktober 2014

$
0
0

Tour fotografi yang satu ini rasanya sayang untuk dilewatkan. Selama dua hari, kita akan jalan-jalan ke kota Cirebon dan Kuningan untuk mengenal lebih jauh budaya dan keindahan alam disana. Di kota Cirebon kita akan mengujungi bangunan bersejarah yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, serta Tamansari Gua Sunyaragi. Keesokan harinya di Kuningan kita akan mendatangi curug Putri dan Telaga Remis yang bakal menguji kreativitas dan teknik fotografi kita. Selama tur kali ini peserta akan dipandu dan dibimbing oleh saya (Erwin Mulyadi) selaku instruktur tetap di infofotografi.

Sekilas pandang tujuan tur kita kali ini

Keraton Kasepuhan dibangun tahun 1529 pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Setiap sudut arsitektur keraton ini begitu bersejarah dan menarik untuk difoto. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah sedangkan bagian utamanya terdapat bangunan Keraton yang berwarna putih yang terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan dan akan kita lihat sama-sama adalah kereta Singa Barong

Halaman depan Keraton Kasepuhan

Halaman depan Keraton Kasepuhan

Bangunan dalam Keraton Kasepuhan

Bangunan dalam Keraton Kasepuhan

Sedangkan Keraton Kanoman sebagai istana Sultan Anom berdiri tahun 1622, keunikan tempat ini adalah banyaknya tempelan porselen asli dari Tiongkok di seluruh dinding pagar maupun gerbang Keraton Kanoman. Di tahun 1703 pangeran Arya Cirebon (patih Keraton Kasepuhan) membuat Tamansari Gua Sunyaragi (Sunya berarti sepi, dan Raga/Ragi berarti jasmani) sebagai tempat petilasan (bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan) dengan arsitektur estetik bernilai historisKita akan mendatangi tempat cagar budaya ini dengan melihat beberapa gua yang ada (sebagian diantaranya cukup sempit) dan bangunan utama yang merupakan taman air di masa lalu.

Bagian depan Keraton Kanoman

Bagian depan Keraton Kanoman

Tamansari Gua Sunyaragi

Tamansari Gua Sunyaragi

Curug Putri merupakan obyek wisata yang terletak di Taman Nasional Gunung Ciremai, Palutungan, Kuningan. Udaranya sejuk karena daerah ini sudah cukup tinggi (1000 m DPL) dan Telaga Remis merupakan obyek wisata di daerah Pesawahan, juga kabupaten Kuningan.

Curug Putri

Curug Putri, kita akan belajar memotret slow speed

Salah satu sudut Telaga Remis dengan refleksinya yang indah

Salah satu sudut Telaga Remis dengan refleksinya yang indah

Tur ini cocok untuk anda yang ingin belajar fotografi dengan mempraktekkan langsung di lokasi dengan bimbingan dari instruktur fotografi. Juga cocok untuk anda yang menyukai wisata sejarah, budaya dan sekaligus menikmati pemandangan alam di kaki gunung Ciremai. Estimasi waktu tempuh perjalanan Jakarta Cirebon menggunakan sebuah minibus (Elf) berkapasitas 14 orang adalah 4-5 jam via Pantura (kondisi normal), tidak terlalu jauh karena masih masuk wilayah Jawa Barat.

*Foto-foto diatas oleh Erwin Mulyadi

Susunan acara tur :

Hari pertama, Sabtu 18 Oktober 2014

  • 06.00 WIB : berangkat dari Sarinah
  • 11.00 WIB : mengunjungi Keraton Kasepuhan
  • 12.30 WIB : makan siang di resto dengan menu kuliner khas Cirebon
  • 13.30 WIB : mengunjungi Keraton Kanoman
  • 15.00 WIB : mengunjungi Tamansari Gua Sunyaragi
  • 17.00 WIB : menuju Kuningan
  • 18.00 WIB : makan malam di resto sambil memandang/memotret pemandangan sunset kota Cirebon dari ketinggian
  • 19.00 WIB : tiba di Kuningan, check-in, lalu acara bebas

Hari kedua, Minggu 19 Oktober 2014

  • 05.30 WIB : berangkat ke Palutungan
  • 06.30 WIB : memotret air terjun Curug Putri
  • 09.00 WIB : sarapan di hotel, istirahat
  • 12.00 WIB : makan siang di hotel
  • 13.00 WIB : check out, menuju telaga Remis
  • 14.00 WIB : memotret suasana telaga Remis
  • 17.00 WIB : makan malam di rumah makan ala Sunda
  • 18.30 WIB : kembali ke Jakarta
  • 23.30 WIB : estimasi tiba di Jakarta

Biaya : Rp. 1.250.000 per orang.
Maksimum peserta 11 orang.

Biaya sudah termasuk

  • Hotel di Kuningan satu kamar 2 orang
  • Transportasi pulang pergi (meeting point Jakarta – Cirebon-Kuningan)
  • Makan 5x selama tur
  • Bimbingan fotografi oleh Erwin Mulyadi
  • tiket masuk obyek wisata

Biaya tidak termasuk

  • Belanja pribadi
  • Tips supir (minimal Rp 20.000 per orang)
Hotel tempat menginap di kota Kuningan yang sejuk.

Hotel tempat menginap di kota Kuningan yang sejuk.

Pembatalan masih bisa diterima maksimum tujuh hari sebelum keberangkatan. Boleh digantikan dengan orang lain.

Pendaftaran dengan cara melunasi biaya (Rp 1.250.000) melalui transfer ke BCA 4081218557 atau Mandiri 1680000667780 atas nama Enche Tjin

Kumpul depan McDonald Sarinah, Jl. Thamrin, Jakarta Sabtu 18 Oktober 2014 jam 05.30 WIB

Hubungi Iesan untuk mendaftar atau informasi di infofotografi@gmail.com / 0858-1318-3069

Review lensa Zeiss Otus 55mm f/1.4

$
0
0

Desain lensa seringkali dikompromikan kualitasnya dengan berbagai pertimbangan terutama ukuran, berat dan harga. Keluarga lensa Zeiss Otus adalah lensa yang dibuat dengan kualitas tinggi, tanpa ada kompromi. Di era fotografi digital sekarang, kamera yang memiliki resolusi tinggi (24 MP atau lebih) mulai menjamur, dan butuh lensa berkualitas tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Jika kita memasang lensa yang berkualitas rendah di kamera beresolusi tinggi, maka kualitas gambar juga tidak akan optimal, misalnya tidak terlihat tajam. Zeiss Otus dirancang khusus untuk mengakomodir kamera-kamera beresolusi tinggi di era sekarang dan mungkin juga masa depan saat resolusi kamera melebihi 36 MP.

Zeiss Otus 55mm f/1.4. Yang kiri untuk kamera DSLR Canon, yang kanan untuk kamera DSLR Nikon

Zeiss Otus 55mm f/1.4. Yang kiri untuk kamera DSLR Canon, yang kanan untuk kamera DSLR Nikon

Saya beruntung diberi kesempatan untuk mencoba lensa Zeiss Otus 55mm f/1.4 dengan kamera Nikon D600 (full frame 35mm dengan resolusi 24 MP). Kesan pertama saya lensa ini terbuat dari material logam yang sangat berkualitas dan padat. Dibandingkan dengan lensa fix 50-58mm lainnya, mungkin Zeiss Otus saat ini merupakan yang paling besar. Meski demikian, lensa ini tidak seberat lensa zoom telefoto dan masih seimbang saat dipasangkan dengan kamera DSLR tipe semi-pro dan profesional. Lens hood (topi lensa) juga sudah dipaketkan dengan lensa ini dan bahannya dari logam yang kokoh, tidak seperti kebanyakan lensa lain yang mengunakan bahan plastik.

Lensa ini menerima filter ukuran 77mm, yang sangat populer karena kebanyakan lensa-lensa berkualitas tinggi / profesional mengunakan filter thread 77mm juga, sehingga jika Anda telah memiliki filter 77mm, dapat dipasangkan ke Zeiss Otus 55mm f/1.4.

Lensa Zeiss Otus ini adalah lensa manual fokus yang tersedia untuk dua jenis mount: Nikon F dan Canon EOS. Untuk lensa mount Nikon yang saya uji ini, memiliki aperture ring dan marka (tanda) untuk jarak fokus dan zone focus/hyperfocal focus. Marka ini sangat membantu dalam praktik manual fokus. Focus thrownya sangat panjang (180 derajat) sehingga pengaturan manual fokus bisa diatur sangat presisi tidak seperti lensa autofokus pada umumnya.

Tulisan di lensa diukir dan diisi dengan cat kuning. Ukurannya cukup besar, sehingga memudahkan untuk melihatnya di kondisi ruangan yang gelap.

Detail dari lensa. Tulisan di badan lensa diukir dan dicat kuning sehingga kontras dan mudah dilihat di kondisi gelap.

Detail dari lensa. Tulisan di badan lensa diukir dan dicat kuning sehingga kontras dan mudah dilihat di kondisi gelap.

Salah satu keunikan Zeiss Otus dibandingkan dengan lensa manual fokus Zeiss lainnya yaitu mengunakan karet yang tidak bergerigi. Dalam praktik, manual fokusnya menyenangkan dan mulus. Tapi ada juga kekurangan bahan karet, yaitu dibandingkan dengan logam adalah lebih mudah tergores.

Untuk foto pemandangan atau subjek tidak bergerak lainnya, dan dengan bukaan lebih besar dari f/8, saya biasanya mengunakan live view untuk fokus yang presisi. Supaya lebih mantap, saya dudukkan kamera diatas tripod. Jika kondisi cahaya terang, fokus manual dengan live view tidak masalah, tapi kalau kondisi cahaya lingkungan lemah atau gelap, akan lebih sulit, karena banyak noise muncul, sedikit menghambat proses fokus yang akurat.

zeiss-otus-detail

Crop 100% dari foto diatas. Zeiss Otus mampu merekam detail yang sangat halus di bagian yang terang maupun gelap.

Crop 100% dari foto diatas. Zeiss Otus mampu merekam detail yang sangat halus di bagian yang terang maupun gelap.

Sedangkan untuk portrait, biasanya saya mengandalkan tanda fokus di jendela bidik. Di kamera Nikon, disebelah kiri bawah jendela bidik ada tanda panah kiri, kanan dan bulat berwarna hijau. Jika tanda sudah menjadi bulat, berarti bagian yang saya fokus sudah tajam. Dalam beberapa percobaan, manual fokus dengan cara ini tidak sesulit dan selama yang saya bayangkan, dan setelah diperiksa hasil gambarnya, fokusnya akurat.

Seperti yang saya ungkapkan diatas, kualitas gambar Zeiss Otus ini memang mendekati kesempurnaan. Dari bukaan terbesar (f/1.4) sampai f/16 gambar yang diambil tajam, penuh detail dan kontras. Tergantung kamera apa yang digunakan, difraksi mungkin akan membuat hasil gambar berkurang ketajamannya. Untuk sensor full frame yang 24 MP, difraksi akan menurunkan ketajaman foto saat mengunakan bukaan f/13 keatas. Jika mengunakan kamera 36 MP, difraksi akan mulai muncul diatas f/8.

Vinyet (hitam di ujung-ujung foto) terlihat sangat jelas di bukaan f/1.4, dan baru samar-samar setelah f/2.8. Bagi saya tidak terlalu masalah karena vinyet mudah dikoreksi lewat software. Chromatic Abberation/fringing (cacat warna yang timbul biasanya di kondisi cahaya yang kontras) tidak muncul sama sekali. Ada sedikit distorsi tapi tidak terlalu terlihat dan mudah dibetulkan di lens profile di Adobe Lightroom.

Keterangan foto: Atas: Vinyet di bukaan f/1.4, dan bawah f/2.8

Keterangan foto: Atas: Vinyet di bukaan f/1.4, dan bawah f/2.8

 

Crop 100% dari foto diatas, pada bukaan f/1.4

Crop 100% dari foto diatas, pada bukaan f/1.4

Kualitas “bokeh” atau bagian yang tidak fokus sangat mulus dan transisi dari bagian yang tajam ke yang blur juga sangat mulus. Kombinasi bokeh yang mulus dan ketajaman yang tinggi membuat kesan gambar yang tiga dimensi.

Dengan bukaan f/1.4

Dengan bukaan f/1.4

Crop 100% dari foto diatas

Crop 100% dari foto diatas

Dari pengalaman saya yang singkat dalam menguji Zeiss Otus ini, saya merasa lensa ini paling cocok untuk landscape, still life/produk dan portrait. Untuk landscape, penggunaan tripod sangat dianjurkan supaya manual fokus lebih mudah. Untuk foto portrait kesulitannya agak sedikit lebih tinggi dan butuh kesabaran dan ketelitian, tapi saat berhasil, kualitas fotonya mencengangkan, kontras dan detailnya sangat baik dan latar belakangnya sangat mulus. Lensa ini tentunya tidak cocok untuk subjek bergerak seperti fotografi olahraga, satwa liar dan sejenisnya.

Contoh foto portrait di bukaan f/1.4

Contoh foto portrait di bukaan f/1.4

Crop 100% dari foto diatas

Crop 100% dari foto diatas

Bagi penggemar fotografi serius atau profesional yang ingin kualitas teknis foto terbaik, Zeiss Otus 55mm f/1.4 merupakan pilihan yang cocok, apalagi jika dipasang di kamera DSLR beresolusi tinggi saat ini seperti Nikon D810, Canon 5D mk3 dan Sony A7R.

Kelebihan dan kekurangan Zeiss Otus 55mm f/1.4 di mata saya
+ Konstruksi lensa dari logam yang sangat baik
+Kualitas foto sangat tajam dan detail di setiap setting bukaan
+ Mengatasi pencahayaan yang sangat kontras dengan baik
+ Kualitas “bokeh” sangat mulus, memberikan kesan tiga dimensi
+ Tulisan marka jarak fokus, bukaan dan lain lain diukir dan diisi cat kuning, besar dan jelas.
+ Memakai filter 77mm (filter yang cukup umum)
+ Lens hood dari bahan logam
+ Bentuk lensa yang melengkung ergonominya pas dengan bentuk tangan, enak digenggam
+ Mengakomodir kamera beresolusi tinggi (36MP atau bahkan lebih)
- Relatif besar dan berat untuk lensa fix
- Bahan untuk memutar manual fokus dari karet
- Sedikit vinyet (dibukaan terbesar)

Spesifikasi Lensa Zeiss Otus 55mm f/1.4
Berat : Mount Nikon: 970 gram, Mount Canon: 1030 gram
Dimensi : Mount Nikon: 141mm x 92.5mm x. Mount Canon : 144mm x 92.5mm
Jarak fokus terdekat: 0.5 meter
Filter: 77mm
Bilah diafragma : 9 bilah
Rasio perbesaran : 0.15x / 1:6.8
Rentang bukaan : f/1.4 – f/16

Harga lensa Zeiss Otus 55mm f/1.4 : Rp. 46.975.000,-

Jika membutuhkan lensa ini boleh memesan lewat saya di 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com

Dengan filter close up +4

Dengan filter close up +4

dengan filter close up +4

dengan filter close up +4

Bahas foto: Mystic Tree

$
0
0

Pohon, salah satu objek foto klasik yang disukai hampir siapa saja, termasuk saya. Konsep Lonely Tree (foto pohon sendirian) merupakan tema (sering sekali difoto). Saat berkunjung ke daerah puncak beberapa waktu lalu, saya menemukan pohon tua yang menurut saya cukup menarik karena akar-akarnya besar dan juga daun-daunnya cukup banyak dan menjulur membuat saya terhenti dan menempatkan tripod saya tepat 3-4 meter di depan pohon.

Bahas-foto-mystic-tree

ISO 100, f/16, 1/2 detik, 15mm. Kamera diatas tripod

Untuk menonjolkan kesan tiga dimensi dan memberikan kesan dramatis, saya mengunakan lensa yang sangat lebar, yaitu Zeiss 15mm f/2.8. Lensa ini saya pasang di kamera full frame, sehingga kalau mau dicari padanannya dengan kamera DSLR bersensor APS-C, sekitar 9-10mm.

Lensa normal atau tele tidak akan membuat kesan seperti ini karena dua hal, pertama, mungkin ruangannya tidak cukup untuk mengambil jarak antara pohon dan kamera, alasan kedua (lebih penting) adalah perspektifnya terlihat lebih datar dan tidak dramatis.

Yang ini dari posisi yang sama, hanya pakai lensa 55mm

Yang ini dari posisi yang sama, hanya pakai lensa 55mm (lebih tele) sehingga cuma dapat ranting-ranting pohonnya saja

Atmosfer dan pencahayaan saat memotret sangat penting untuk mendapatkan kesan mistik, saat yang paling baik menurut saya adalah pagi-pagi karena biasanya di dataran tinggi atau pegunungan biasanya muncuk kabut-kabut halus yang memperkuat suasana.

Komposisi yang saya gunakan untuk membuat foto ini adalah komposisi rule of thirds. Dimana posisi subjek/pohon dalam foto ini saya letakkan disebelah kiri. Dengan demikian ranting, daun, akar dan daun-daun yang berguguran membentuk formasi dan menuju ke pohon tersebut.

Kemudian, saya ingin membuat kesan yang hangat (warm) jadi, pilihan WB “Shade (sekitar 7500 Kelvin) membuat suasana lebih hangat (kuning). Untuk editing lanjutnya, saya mengunakan software Adobe Lightroom. WB meskipun sudah diubah menjadi Shade, kadang belum cukup membuat color tone yang saya inginkan, maka itu saya mengaktifkan Split Toning untuk memasukkan sedikit warna coklat/sepia ke dalam foto. Alhasil foto finalnya terlihat seperti foto dari jaman dulu dan memberikan kesan tua dan mistik.

split-toning-panel

contoh-editing-lightroom

Poin-poin penting untuk membuat foto semacam ini adalah

  1. Foto pagi-pagi, jam 6-7
  2. Cari objek yang menarik, yang ideal yang tua/antik
  3. Gunakan lensa lebar, mendekatlah ke objek foto
  4. Gunakan komposisi rule of thirds
  5. Set WB ke Shade (7500K) untuk memberikan kesan hangat
  6. Olah di Lightroom dengan Split toning untuk memperkuat kesan klasik

—–
Infofotografi secara rutin membuka kursus, workshop dan tour fotografi. Jadwal dan acaranya bisa dilihat disini.

Budget 5 jutaan, beli kamera DSLR atau mirrorless?

$
0
0

Sekarang kamera DSLR dan kamera mirrorless sama-sama punya pilihan segmentasi yang lengkap, terutama kelas pemulanya. Ciri kamera pemula diantaranya harga terjangkau, bisa jadi inilah alasan kenapa penjualannya laris manis. Dengan dana 5 jutaan, kini pilihan kamera untuk pemula yang tersedia semakin beragam. Kenali apa saja pilihannya disertai ulasan singkatnya.

Kamera DSLR

Nikon-D3200

Nikon D3200

Kamera pemula Nikon D3200 saat ini tertinggal satu generasi (karena ada D3300) tapi masih sangat menarik dari segi fitur, seperti sensor APS-C 24 MP, 4 fps dan 11 titik fokus. Kualitas hasil foto menjadi keunggulan dari kamera ini, termasuk soal detil foto yang tinggi berkat sensor 24 MP. Nikon D3200 termasuk kecil dan ringan (untuk ukuran kamera DSLR) dan mudah dipakai dengan menu Guide untuk pemula. Kelemahannya untuk bisa auto fokus perlu didukung oleh lensa-lensa yang punya motor fokus. Lensa kitnya adalah Nikkor 18-55mm VR.

Canon EOS 1200D

Penerus EOS 1100D ini puya sederet fitur dasar untuk belajar fotografi, semisal memakai fitur manual mode, RAW, flash, dan live view. Urusan video juga sudah bisa full HD walau audionya masih mono. Ditinjau dari bodinya, Canon 1200D tampak masih tetap mempertahankan desain mungil  dan ringan, berbahan plastik walau kini sudah diberi sedikit lapisan karet untuk kenyamanan lebih saat di genggaman. Fitur yang tidak ada di kamera ini adalah Spot Metering yang dalam kondisi tertentu bisa disiasati dengan memakai Partial Metering. Lensa kitnya adalah Canon 18-55mm IS.

Baik Nikon dan Canon keduanya sudah matang dalam hal membuat kamera DSLR, sehingga sulit dibilang mana yang lebih baik. Manapun yang dipilih, kita sudah diuntungkan dengan banyaknya pilihan lensa dan aksesori pendukung lain yang berlimpah. Apalagi kamera DSLR punya keunggulan di auto fokus yang cepat dan sehingga fotografer yang lebih serius akan tetap bertahan dengan format DSLR.

Kamera mirrorless

Sony A5000 (APS-C sensor)

Sony-A5000-product-shot-7

Mirrorless mungil dari Sony ini adalah penerus NEX-3 yang dipaketkan dengan lensa kit 16-50mm powerzoom OSS. Berkat sensor APS-C (setara kebanyakan kamera DSLR) dan resolusi 20 MP, kamera pemula ini berani diadu dalam hal kualitas hasil foto. Kemampuan tembak maksimal 4 foto per detik. Layar LCD kamera ini bisa dilipat ke atas untuk foto low angle. Berbekal E mount, Sony A5000 bisa dipasangkan dengan berbagai lensa Sony dan Zeiss untuk E mount. Lampu kilat juga ada, walau tidak ada dudukan lampu kilat eksternal.

Opsi lain : ada juga kamera mirrorless yang lebih murah (dibawah 5 juta) seperti Sony A3000 dan Canon EOS-M.

Panasonic Lumix GF6 (micro four thirds)

GF6k_top_hand_1_

Di kubu micro four-thirds kita kenal Lumix yang punya kamera mirrorless pemula yaitu GF6. Dengan sensor four-thirds 16 MP LiveMOS dan lensa kit 14-42mm OIS, kamera desain retro ini punya roda mode PASM layaknya kamera DSLR. Untuk dukungan lensa cukup banyak pilihan baik dari Lumix, Olympus maupun produsen lain yang membuat lensa dengan micro four thirds mount. Layar LCD di kamera inipun sudah berjenis layar lipat ke atas dan ke bawah dan juga mendukung sistem sentuh. Sama seperti Sony A5000, kecepatan tembaknya 4 fps, urusan lampu kilat juga ada, walau sama-sama tidak ada dudukan lampu kilat eksternal.

Opsi lain : di kubu Olympus sebagai sesama kamera micro four thirds, ada juga kamera Olympus E-PL5 yang harganya dibawah 6 juta.

Samsung NX mini (sensor 1 inci)

Samsung NX mini

Bila ingin mengejar ukuran yang paling mungil (dan tentunya lensanya juga harus ikut mengecil), maka ukuran sensor kamera mesti ikut mengecil. Samsung NX mini menawarkan kamera mirrorless dengan mount NX-M yang mengandalkan sensor 20 MP dalam keping 1 inci (crop factor 2,7x) yang harganya terjangkau. Bila ingin lensa fix mungil, ada paket kit dengan lensa 9mm (setara 24mm). Kecil-kecil cabe rawit, selain juga bisa menyimpan file RAW, kamera ini juga bisa menembak 6 foto per detik. Layar 3 inci yang bisa dilipat ini juga sudah berbasis layar sentuh yang mudah.

Opsi lain : di format sensor 1 inci ada juga Nikon 1 J3 yang sudah turun harga dibawah 4 juta.

Pertimbangan dalam memilih

Hal utama yang perlu dipertimbangkan saat memilih mau membeli DSLR atau mirrorless menurut saya adalah rencana lensa-lensa yang akan dimiliki ke depan. Sistem DSLR sudah ada selama puluhan tahun dan punya jajaran lensa yang beragam, sedangkan mirrorless sebagai sistem yang tengah berkembang tentu perlu waktu untuk melengkapi jajaran lensa mereka. Kalaupun lensa yang kita inginkan tersedia di sistem mirrorless, kadang harganya juga masih cukup mahal. Selain itu pihak 3rd party (pembuat lensa alternatif seperti Sigma, Tamron, Tokina, Samyang dll) lebih banyak memproduksi lensa-lensa untuk DSLR sehingga lebih banyak pilihan lensa bagi pemilik DSLR.

100D vs NX mini

Kiri : DSLR terkecil (EOS 100D), kanan : Samsung NX mini (1 inci)

Tapi bila ukuran kamera yang kecil adalah pertimbangan utama saat seseorang akan memilih antara kamera DSLR atau mirrorless, maka kamera mirrorless akan lebih menarik karena DSLR memang tidak mungkin bisa dibuat sekecil mirrorless. Ukuran kamera yang kecil memang memudahkan saat travelling, atau saat street photography. Dengan ukuran sensor yang bervariasi antar merk kamera mirrorless, perlu untuk cari tahu dulu seberapa besar ukuran sensor yang kita butuhkan. Sensor APS-C memberi kualitas setara DSLR pada umumnya, tapi kamera dan lensanya masih cukup besar. Sensor four thirds yang lebih kecil dari APS-C masih punya kualitas yang baik, dan sensor 1 inci sudah tergolong kecil tapi berdampak signifikan pada mengecilnya lensa (cocok bila kita ingin kamera mirrorless dengan lensa yang kecil). Tapi ingat kualitas hasil foto dari sensor 1 inci masih tidak bisa setara dengan sensor yang lebih besar seperti APS-C.

Terakhir perhatikan juga faktor baterai kamera, dengan bodi kamera yang kecil maka baterai juga pasti ikut mengecil sehingga lebih cepat habis, apalagi pada kamera yang selalu mengandalkan layar LCD untuk preview / live-view.

———————————————————————————-

Ikuti kelas Kupas Tuntas Kamera Digital, hari Minggu 21 September 2014. Cocok diikuti oleh pemilik kamera DSLR dan mirrorless yang ingin belajar memaksimalkan fitur di kameranya.

Janji Sony untuk merilis lensa-lensa baru 2014-2015

$
0
0

sony-lens-roadmap

Sampai saat ini Sony menepati janjinya dalam rilis Sony 16-35mm f/4 OSS dan Sony 28-135mm f/4 OSS PZ (untuk video/sinema)

Lensa yang tidak jadi diluncurkan tahun ini (2014)

  • Sony Zeiss FE 85mm f/1.4 OSS
  • Sony Zeiss FE 24mm f/1.4

Sebagai gantinya, Sony menjanjikan beberapa lensa baru yang cukup menarik untuk diluncurkan tahun ini yaitu:

  • Sony FE 24-240mm f/3.5-6.3 OSS : Lensa ini merupakan lensa sapujagat/travel untuk kamera full frame Sony A7.
  • Sony FE 28mm f/2 yang bisa dikombo dengan ultra wide converter: 21mm dan fisheye converter
  • Sony FE 90mm f/2.8 Macro G OSS : Awalnya Sony menjanjikan lensa makro 100mm, tapi direvisi menjadi 90mm. Lensa ini penting bagi Sony mirrorless karena belum ada “native lens” untuk makro.

Ketiga lensa diatas tidak berlabel “Zeiss” jadi kemungkinan harganya lebih terjangkau.

Sony-lens-roadmap-2014

Roadmap 2014 yang lama

Viewing all 1544 articles
Browse latest View live