Quantcast
Channel: InfoFotografi
Viewing all 1544 articles
Browse latest View live

Canon 7D mark II – Kamera pro idaman fotografer action & wildlife

$
0
0

Lima tahun yang lalu (2009), Canon 7D merupakan salah satu kamera yang diandalkan oleh penggemar fotografi action, wildlife dan liputan karena kecepatannya dan kekokohan body kameranya.

canon-7d-mk2

Di tahun ini, Canon menyempurnakan 7D menjadi kamera yang lebih cepat dan tangguh. Dari spesifikasi, besar kemungkinan 7D mk 2 ini memiliki spesifikasi yang sama dengan Canon 70D.

Seperti Canon 70D, sensor 7D dilengkapi dengan pixel AF, yang memungkinkan autofokus yang mulus dan relatif cepat saat live view dan dalam merekam video.

Teknologi yang 65 titik fokus semuanya cross type (sensitif horizontal dan vertikal) terbilang dashyat dan sangat memanjakan fotografer action.

Selanjutkan kecepatan foto berturut-turut menjadi 10 foto per detik, berkat dua prosesor DIGIC 6.

Intinya kamera ini adalah kamera yang sangat cepat dan tangguh. Saat ini, belum ada kamera yang mendekati kecepatan ini dikelas sensor APS-C. Pesaing terdekatnya Nikon, sudah lama tidak memperbaharui kamera Nikon D300s yang merupakan pesaing terdekat Canon 7D generasi pertama.

Kamera ini bukan untuk casual shooter yang mendambakan kamera berukuran kecil dan ringan, tapi untuk fotografer pro atau amatir yang sangat serius dalam sport and action photography, dan mungkin merekam video klip untuk melengkapi foto-fotonya.

Sekilas pandang, Canon 7D mark II ini teknologinya bisa dibilang dashyat, terutama dalam kekokohan dan kinerjanya. Sayangnya kualitas gambarnya sepertinya tidak jauh berbeda dengan kamera yang dibawahnya (7D, 70D, 700D). Untuk fotografer profesional di bidang action, sport dan wildlife photography, kamera ini adalah idaman Anda. Di lain pihak, untuk penggemar fotografi traveling, kamera ini sepertinya tidak cocok, karena bobotnya 910 gram (hanya body kamera) akan terasa memberatkan.

Penggemar fotografi pengguna Canon mungkin akan sedikit kecewa kenapa sensornya tidak full frame. Menurut saya, untuk fotografer action dan wildlife, jangkauan lebih penting. Kamera bersensor APS-C memiliki faktor pengali 1.6x, sehingga lensa Canon EF/EF-S yang dipasangkan akan mendapatkan keuntungan 1.6x dibandingkan dengan kamera bersensor full frame seperti 6D dan 5D. Contoh, jika lensa 200mm saya pasang di 7D mark II ini, focal lenghtnya akan menjadi 200 X 1.6 = 320mm jika disetarakan dengan kamera full frame.

Spesifikasi Canon 7D mark II

  • 20MP Dual-Pixel AF CMOS Sensor
  • Kecepatan foto berturut-turut 10 fps dengan AF
  • 65 titik fokus semuanya cross-type
  • 150,000 RGB pixel metering sensor
  • Dual Digic 6 processors
  • ISO 100-12800 (bisa di ekpansi ke 25600)
  • Enhanced environmental sealing
  • 2 slot memory card Compact Flash (UDMA) dan SD (UHS-I)
  • USB 3.0
  • Built-in GPS
  • Baterai baru berkapasitas besar LP-E6N
  • Shutter speed maksimum 1/8000 detik
  • Durabilitas shutter dites sampai 200.000
  • Berat: 910 gram
  • Harga US$1799 body only (Rp. 21 juta)

Kamera compact canggih makin canggih dan banyak pilihannya

$
0
0

Kamera compact canggih di tahun 2014 ini makin bagus kualitas gambarnya. Penyebab utamanya adalah penggunaan image sensor yang relatif besar dibandingkan dengan kamera compact pada umumnya. Beberapa diantaranya malah memiliki sensor setara kamera dslr/mirrorless.

Beberapa diantaranya baru diumumkan di pameran fotografi akbar di Cologne, Jerman 2014:

Sony RX100 mk 3

Seri kamera ini sudah diperbaharui beberapa kali. Yang saat ini dotulis sudah generasi ke-3. Keistimewaan kamera ini adalah ukurannya yang masih bisa untuk kantong celana/jaket. Ukuran sensor satu inci cukup untuk sebagian besar casual shooter, kualitas foto cukup bagus di kondisi terang maupun gelap. Yang baru di generasi ketiga ini adalah adanya jendela bidik elektronik dan bukaan maksimum lensanya yang lebih besar daripada generasi sebelumnya yaitu 24-70mm (ekuivalen kamera full frame) f/1.8 – 2.8. Harga $798

+ Ukuran relatif kecil, cukup untuk kantong celana kargo
+ Bukaan lensa relatif besar.
+ Ada jendela bidik untuk memudahkan komposisi di kondisi cahaya yang terlalu terang/silau
+ Layar LCD bisa diputar dan lipat keatas
- Tidak ada hotshoe

sony-rx100-mk3

Canon G7X

Mirip dengan Sony RX100 dari kualitas gambarnya, karena mengunakan sensor 20 MP 1 inci juga. Bedanya lensanya lebih tele/panjang yaitu 24-100mm f/1.8-2.8. Layar LCDnya touchscreen, memudahkan untuk memilih fokus dan mengganti setelan. Kelemahannya kualitas video dan baterainya tidak sebaik kamera Sony RX100. Harga saat diumumkan $699

+ Ukuran relatif kecil
+ touchscreen LCD
+ Lensa fleksibel zoomnya
- Tidak ada hotshoe
- Tidak ada jendela bidik

canon-gx7

Fujifilm X100T

Kamera compact bergaya rangefinder/retro ini unik karena punya jendela bidik gabungan(hybrid) elektronik dan prisma ala rangefinder dan memiliki image sensor setara DSLR (X-Trans, APS-C) sehingga memberikan gambar yang detail dan tajam. Lensa kamera ini tidak bisa zoom, tapi fix (23mm / setara 35mm di FF) dengan bukaan maksimum f/2. Resolusi fotonya 16 MP.

Seperti Sony RX100, Fujifilm X100 sudah diperbaharui dua kali, dan X100T ini merupakan generasi ketiga.  Penggemar street photography, dan yang menyukai pengalaman memotret seperti kamera film analog (dengan memutar roda shutter speed dan ring aperture di lensa) akan sangat menikmati memotret dengan Fuji X100T. Harga $1299

+ Fisik kokoh dan desain analog
+ Kualitas foto setajam kamera DSLR
+ Jendela bidik hybrid
+ Kualitas lensa dan bukaannya besar
- Lensanya tidak bisa zoom
- Ukuran relatif besar untuk kategori compact

fuji-x100t

Panasonic LX100

Kamera baru ini mengunakan image sensor four thirds dengan resolusi foto 12 MP, sehingga kualitasnya tidak kalah dibandingkan dengan kamera mirrorless (MFT) seperti Panasonic G atau Olympus OMD. Kualitas gambarnya mirip dengan kamera DSLR pada umumnya.Kinerja autofokusnya juga dikabarkan cukup cepat karena diwariskan dari kamera mirrorless tercanggih Panasonic saat ini yaitu Panasonic GH4.

Lensa yang disematkan dirancang oleh Leica yang reputasinya sudah terjamin. Lensa zoom ini memiliki spesifikasi 24-75mm f1.8-2.8. Ukurannya sedikit lebih besar dari Sony RX100 dan Canon GX7 tapi sedikit lebih kecil daripada Fujifilm X100T. Ideal untuk jalan-jalan santai terutama di daerah perkotaan dan di dalam ruangan yang agak sempit.

Desain LX100 juga menarik karena memadukan desain sisi modern dengan gaya retro. Pengubahan setting shutter speed dilakukan dengan roda dial yang berada diatas kamera dan perubahan aperture dilakukan dengan memutar ring di lensa.

Sekilas tampaknya kamera ini sempurna, tapi sayangnya jendela bidik elektroniknya beresolusi hanya 1.1 juta, dan refresh rate cukup lambat dibandingkan dengan teknologi saat ini. Harga $899

+ Kualitas, fitur dan ukuran berimbang
+ Kualitas lensa dan bukaan lensa besar dan cukup praktis
+ Kinerja autofokus cepat
+ Kontrol kamera analog
+ Jendela bidik elektronik
+ Ada hotshoe
- Lensa agak panjang saat dinyalakan
- Layar tidak bisa diputar/lipat
- Resolusi jendela bidik tidak terlalu tajam & refresh rate relatif lambat

panasonic-lx100-flash

Canon G1X mk 2

Canon G1X memiliki ukuran sensor 1.5 inci, yang sedikit lebih besar dari kamera Sony RX100 & Canon G7X, dan kamera four thirds (Panasonic) tapi lebih kecil dari APS-C (Fuji, Sigma). Keunggulan dari G1X adalah lensanya cukup fleksibel, yaitu 24-120mm f/2-3.9.

Ukuran kameranya sedikit lebih besar daripada kamera-kamera yang saya tulis diatas, tapi masih tergolong compact. Kelebihan lain dari kamera ini yaitu layar LCDnya bisa dilipat sehingga memudahkan untuk memotret low-angle. Kelemahannya kinerja autofokus di kondisi gelap dan kapasitas baterainya. Harga $749

+ Lensa zoom yang cukup fleksibel
+ Layar bisa dilipat
- Kapasitas baterai sekitar 200 foto saja
- Ukurannya agak sedikit besar
- Kinerja autofokus di kondisi gelap
- Tidak ada jendela bidik built-in (opsional bisa dibeli)

canon-g1x-ii

Sigma DP1 Quattro

Kamera yang desainnya tidak lazim, seperti pesawat tempur antariksa, apalagi saat dipasang dengan loupe (pembesar 2.5x)  ini memiliki image sensor Foveon yang menangkap warna dan detail dengan sempurna. Kualitas gambar yang dihasilkan melebihi sebagian besar kamera DSLR/mirrorless yang ada dipasaran saat ini, saat mengunakan ISO rendah (100-200). Kamera ini paling ideal saat diletakkan diatas tripod.

Kelemahan kamera ini cukup banyak, yaitu kinerja proses gambarnya, bentuknya yang aneh agak menyulitkan untuk penyimpanan, dan kapasitas baterainya yang paling kecil dibandingkan dengan kamera compact lainnya. Sayangnya,  kamera ini sepertinya tidak akan dijual di Indonesia. Harga $999

+ Kualitas foto paling baik di ISO rendah
- Kinerja kamera & autofokus relatif lambat
- Kapasitas baterai hanya sekitar 150 foto
- Kualitas foto di ISO 800 atau keatas buruk
- Bentuk tidak lazim
- Lensa tidak bisa zoom
- File RAW tidak bisa dikonversi oleh Software terkenal dari Adobe.
- Tidak ada flash

Sigma DP1 Quattro dan Loupenya.

Sigma DP1 Quattro dan Loupenya.

Panduan memilih kamera compact canggih 2014

Bagi yang mencari kamera saku canggih untuk jalan-jalan santai, Canon G7X dan Sony RX100 mk3 paling cocok. Fitur Sony lebih menarik bagi fotografer berpengalaman karena ada jendela bidik dan LCDnya bisa dilipat. Bagi yang upgrade dari compact camera atau ponsel, Canon GX7 lebih praktis dalam penggunaannya dan lensanya lebih fleksibel (bisa zoom sampai 100mm).

Bagi yang mencari kamera saku yang cukup berimbang antara ukuran, kualitas gambar dan fleksibilitas lensa zoom, pilihannya ada dua yaitu Canon G1X mk II dengan Panasonic LX100. Dari kedua kamera ini, menurut saya LX100 lebih baik dari segi fitur, lensa, ukuran dan teknologinya autofokusnya.

Bagi yang orientasinya mencari kamera yang dapat menghasilkan foto dengan kualitas terbaik, Fujifilm X100T dan Sigma DP1 Quattro merupakan kamera yang bisa diandalkan, hanya saja Anda harus puas dengan mengunakan lensa yang tidak bisa zoom. Pastikan Anda menyukai sudut pandang lensa tersebut sebelum membeli.

—-
Belajar memanfaatkan fitur, setting kamera terbaik dengan mengikuti workshop kupas tuntas kamera digital. Cek infonya disini.

Samsung NX1 : Kamera mirrorless “flagship” tercanggih tahun ini!

$
0
0

Samsung NX1 adalah kamera flagship Samsung yang baru diumumkan di pameran akbar Photokina dan kamera ini berpeluang mencuri status sebagai kamera paling top tahun ini. Flagship artinya kamera yang memiliki teknologi tercanggih, terlengkap dan paling kualitasnya paling tinggi.

samsung-nx1-16-50mm

Seri NX1 generasi pertama ini memiliki desain bentuk seperti kamera DSLR, tapi sebenarnya desainnya mirrorless, sehingga ukurannya lebih ringkas dan ringan dibandingkan dengan kamera DSLR top lainnya.

Secara desain, Samsung NX1 memadukan banyak ciri dari kamera DSLR pro, antara lain:

  • Ada layar top LCD, yang berisi setting kamera sehingga bisa cepat melihat setting kamera tanpa menampilkan setting di layar LCD. Pengunaan baterai juga akan lebih hemat.
  • Tombol, tuas, dial berlimpah: AF, ISO, WB, Metering, Kompensasi eksposur, AEL, AF-ON, AF area, WiFi, Mode dial, Drive mode dial.
  • Juga ada tiga dial untuk mengganti setting (satu dibagian atas kamera, dua di bagian belakang kamera) + Tombol empat arah :)

Intinya, kamera ini paling memanjakan pengguna pro yang mementingkan tombol taktis dalam mengubah setting kamera.

samsung-nx1-top

Konstruksi kamera dari magnesium alloy, standar bagi kamera pro yang kokoh. Layar LCDnya bisa dilipat ke atas atau kebawah untuk memudahkan komposisi foto. Ukuran kamera ini bisa dibilang kecil dan ringan untuk kategori kamera pro. Fisik kamera kurang lebih sama dengan kamera DSLR pemula.

samsung-nx1-back

Kinerja autofokus yang merupakan kelemahan di sistem kamera mirrorless juga sudah ditingkatkan. Pada kondisi cahaya terang, sistem autofokus hybrid Samsung yang baru ini bisa dibilang setara dan bahkan melampuai banyak sistem fokus kamera DSLR.

Kualitas gambar sangat tergantung dari sensor yang dipasang. Samsung mengklaim bahwa image sensor APS-C kamera ini beresolusi 28 MP, dengan prosesor DRime V yang 2.8 X lebih cepat dari prosesor pendahulunya. Dengan perpaduan prosesor dan sensor baru ini, Samsung menjanjikan kualitas gambar yang baik meski di kondisi gelap. Karena arsitektur sensor gambar ini mengunakan BSI (Back side Illumination). Algoritma noise reduction kabarnya juga lebih selektif dan tidak menghilangkan tekstur halus.

Prosesor yang cepat memungkinkan kecepatan foto berturut-turut yang sangat cepat. NX1 dapat menembak 15 foto berturut-turut.

Untuk penggemar video, NX1 dapat merekam video 4K dan kita dapat mengeluarkan foto dari video. Ukuran foto dari video tersebut akan beresolusi kurang lebih 8 MP, cukup untuk cetak foto sepanjang 40cm dengan ketajaman tinggi.

Untuk kecanggihan fitur dan teknologi tersebut, Samsung cukup murah hati dalam menentukan harga. Samsung NX1 dijual dengan harga $1500, cukup masuk akal mengingat teknologi dan kualitas yang dibenamkan ke kamera ini.

Dalam kesempatan yang baik tersebut, Samsung juga meluncurkan lensa telefoto pro zoom, 15-150mm f/2.8 OIS, menemani lensa pro Samsung lainnya yaitu 16-50mm f/2-2.8.

Untuk koleksi lensa berkualitas, Samsung masih minim dan perlu melengkapinya dengan lensa pro zoom lebar (10-24mm), dan lensa fix berkualitas tinggi dan berbukaan besar misalnya 16mm, 24mm, dan 35mm

Beberapa concern saya yang masih belum terjawab:

  • Bagaimana burst buffernya, artinya seberapa lama kamera dapat membuat foto dengan kecepatan 15 foto per detik ?
  • Bagaimana kinerja AF di kondisi cahaya yang gelap ?
  • Berapa lama dapat merekam video 4K ?
  • Seberapa baik kinerja autofokus di kondisi cahaya yang gelap ?
  • Dan yang terpenting bagaimana kualitas gambar terutama di ISO tinggi, apakah detail gambar tetap bisa dipertahankan ?

Mudah-mudahan akan terjawab setelah kamera ini tersedia untuk direview.

Spesifikasi kamera Samsung NX1

  • 28 MP APS-C BSI CMOS sensor
  • 15 foto per detik
  • 205 titik autofokus phase detection
  • 4K Video
  • ISO 100-12800, bisa diekspansi ke 512.000
  • Wifi
  • Berat: 550 gram
  • Jendela bidik 2.36 juta titik OLED

—-
Ikuti kupas tuntas kamera digital untuk mempelajari fitur dan setting kamera terbaik untuk berbagai kondisi. Info dan jadwal bisa dibaca disini.

Mengenal format file Video

$
0
0

Secara garis besar jenis format video dapat dibedakan menjadi

  • ASF (Advance Streaming Format ) (*.asf) : Microsoft Advance Streaming Media, biasa digunakan untuk jaringan
  • AVI (Audio Video Interleaved) (*.avi) : jenis format video yang dapat menyesuasikan format audio/suara dengan alat pemutar video
  • DV (Digital Video ) (*.dv) : jenis format video digital untuk kelas rumahan yang dikembangkan oleh perusahaan besar dan banyak digunakan untuk digital video kamera
  • VCD Video (*mpg) : format video VCD
  • DVD Video (*.vob) : format video DVD
  • MOV (*.mov) : format video apple Quick time banyak digunakan untuk pengiriman melalui jaringan internet, dan dapat menyesuaikan dengan berbagai bentuk/jenis format video lain
  • MPEG 1 (*.mpg) : jenis format untuk kelas industri video dengan kualitas gambar VHS dan kualitas suara tingkat CD
  • MPEG 2 (*.mpg) : jenis format untuk kelas industri video dengan kualitas gambar level siaran dan kualitas suara tingkat CD
  • MPEG 4 (*.mp4) : jenis format video yang sudah di compress (diperkecil) untuk standard jaringan penyiaran dan komunikasi video dengan ukuran data yang kecil tetapi mempunyai kualitas gambar yang cukup baik.
  • WMV (Window Media Video) (*.wmv) : pengembangan dari bentuk format video ASF, banyak digunakan pada pengiriman lewat jaringan
  • 3GPP/3GP (3rd Generation Partnership Project) (*.3gp) dan MP4 (*.mp4) : jenis format video untuk multi media

Untuk mengetahui jenis format apakah video yang akan kita gunakan, kita dapat melihatnya pada window explorer dengan memilih type view – detail maka akan terdapat tampilan seperti gambar dibawah ini.

format-video

Pada gambar diatas yang diberi tanda kotak berwarna merah adalah jenis format video AVI dan yang diberi tanda kotak biru adalah jenis format video MP4. Dengan cara yang sama kita dapat mengetahui jenis-jenis video yang akan kita gunakan. Demikianlah ulasan singkat dari saya mengenai jenis-jenis format video, semoga dapat bermanfaat.

Jika Anda ingin belajar video editing, hubungi 0858 1318 3069 atau email infofotografi@gmail.com untuk mendapatan info pelatihan oleh video editor profesional. Materi dan jadwalnya bisa dibaca disini.

Buku Smart Guide for Cameras and Lenses sudah tersedia!

$
0
0

Di tahun 2012 yang lalu, saya menulis buku “Sistem kamera: Memilih kamera dan lensa yang tepat.” Dalam dua tahun terakhir, telah banyak kamera dan lensa baru yang beredar, teknologi dan fitur di kamera juga meningkat dan bertambah. Buku ini bertujuan untuk memperbaharui buku pendahulunya dan cocok untuk masyarakat yang awam maupun berpengalaman dalam dunia fotografi.
Smart-Guide-for-Cameras-and-Lenses-cover

Penjelasan tentang cara dan fitur kamera saya tulis dengan bahasa sehari-hari supaya mudah dipahami dan pada akhirnya, Anda dapat memutuskan secara bijak kamera dan lensa yang tepat untuk kebutuhan Anda, entah itu untuk foto jalan-jalan/traveling, wedding, liputan/dokumentasi, landscape/pemandangan, portrait, dan sebagainya.

Buku ini juga saya lengkapi dengan contoh hasil foto mengunakan kamera dan lensa spesifik. Data teknis seperti diafragma, shutter speed, kamera dan lensa apa yang dipakai dicantumkan di setiap foto. Pembaca dapat meninjau hasil foto tersebut

Isi buku Smart Guide for Cameras and Lenses

  • BAB 1 Membahas jenis kamera digital dan plus-minusnya
  • BAB 2 Panduan memilih sistem kamera (Canon, Nikon, Sony, Pentax, Olympus, Fujifilm, dll)
  • BAB 3 Membahas semua tentang lensa dan kegunaannya.
  • BAB 4 Membahas perlengkapan (kamera, lensa, aksesoris) untuk berbagai jenis fotografi
  • BAB 5 Membahas fitur dan teknologi kamera baru
  • BAB 6 Rekomendasi dan tips trik dalam memilih dan membeli kamera dan lensa

Spesifikasi buku

  • Penerbit: Elex Media Computindo
  • ISBN: 9786020244549
  • Format Cover: Soft Cover
  • Editor: Chandra
  • Ukuran: 15 X 23
  • Tebal: 192 Hlm
  • SPT Design Cover: Wawan

Cocok untuk:

  • Calon pembeli kamera, lensa, aksesoris
  • Fotografer yang ingin mengetahui sejarah sistem kamera dan lensa
  • Fotografer yang ingin mengetahui peralatan yang cocok untuk jenis fotografi yang ingin digeluti
  • Khalayak umum yang ingin menambah wawasan

Harga normal di Toko Buku Gramedia : Rp 84.800,-  Harga special pembaca Infofotografi: Rp 75.000,- saja (harga belum termasuk ongkos kirim).

Memesan buku ini mudah dan hemat, layangkan sms/email ke 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com dengan nama & alamat.  Saya akan membalas sesegera mungkin.

Setiap buku akan saya tanda-tangani sebelum dikirim via JNE.

Bagi yang ingin mampir ke kantor/tempat pelatihan untuk membeli juga boleh, yaitu di Jalan Imam Mahbud/Moch. Mansyur no. 8B2. Sebelumnya tolong hubungi 0858 1318 3069 terlebih dahulu.

Terima kasih untuk dukungannya,

Enche Tjin

Beberapa contoh halaman:

kamera-dslr

buku-lensa-2

buku-lensa-1

portrait

 

Komposisi dan framing dalam street photography & human interest

$
0
0

Ketika kita sedang melakukan hunting foto Street dan Human Interest, terkadang kita mengalami kesulitan dalam menentukan komposisi apa yang tepat untuk memotret objek foto kita.

Di tulisan kali ini, saya akan memperkenalkan teknik komposisi framing. Mungkin banyak pembaca infofotografi yang sudah mengetahui teknik komposisi ini. Tetapi saya coba untuk menghadirkan contoh-contoh foto saya dengan teknik framing yang lebih beragam. Harapan saya, para pembaca infofotografi lebih terbantu untuk menata objek-objek hunting fotonya menjadi semakin bervariasi.

Teknik ini sebenarnya salah satu dari sekian banyak teknik komposisi yang masuk ke dalam teknik dasar (text book) fotografi. Sejauh apapun kita telah melangkah dan menjadi mahir dalam berfotografi, terkadang kita perlu kembali lagi ke basic atau akar dari aturan dasar fotografi. Karena dari basic inilah, kita terkadang merasa terbantu dan mempunyai panduan ketika kita sedang melakukan hunting foto.

Lalu apa yang dimaksud dengan teknik komposisi FRAMING?
Teknik FRAMING adalah memasukkan benda/ orang sebagai objek pendukung untuk membingkai objek fotografi yang utama.

Dalam contoh foto 1. Saya memasukkan langkah kaki dari 2 orang sebagai bingkai objek utama foto yaitu orang-orang yang sedang berjalan. (jika diamati sekilas, tidak terlihat teknik komposisi framing dalam foto ini, tetapi jika diamati lebih dalam jelas sekali terlihat teknik framing di foto ini)

foto 1

Dalam contoh foto 2. Saya menggunakan cermin yang menempel pada tembok keraton sebagai objek pendukung untuk membingkai objek utama. Sementara prajurit kraton yang terlihat sedikit di sisi kiri foto adalah figuran yang akan menghantarkan audience menuju ke objek utama foto yang terframing/ terlihat di cermin yaitu berupa Gunungan Sekaten.

foto 2

Dalam contoh foto 3. Saya menggunakan punggung dan kepala sapi sebagai objek pendukung untuk membingkai objek utama yaitu pemulung di tempat pembuangan akhir sampah di solo. Foto ini ingin menceritakan bahwa populasi sapi di tempat pembuangan sampah ini berkembang sangat pesat hingga seolah-olah mengepung pemulung.

foto 3

Dalam Foto 4. Saya memasukkan unsur-unsur besi penyangga di jembatan penyebrangan sebagai objek pendukung dari objek utama yaitu bajaj berwarna biru. Warna yang kontras bisa kita pertegas dan perdalam lagi dengan teknik komposisi framing.

foto 4Contoh foto 5 dan foto 6 adalah karya personal projek saya di tahun 2011 bertema “Up to The Town” saya sengaja bermain-main dengan kabel listrik, lampu kota, instalasi antena pemancar maupun kawat berduri yang terkadang terlihat semrawut dan tidak beraturan. Saya mencoba menonjolkannya entah sebagai objek pendukung maupun objek utama. Di dalam street photography, kesemrawutan seperti ini bisa menjadi objek foto yang menarik.

foto 5

foto 6
Contoh foto 7 adalah foto tentang porter di stasiun Gambir yang sedang duduk bengong di kolong peristirahatan mereka. Saya memanfaatkan roda kereta yang sedang berhenti untuk memperkuat kesan berat dan kerasnya pekerjaan mereka. Roda kereta dan rel juga sebagai deskripsi tempat istirahat mereka yang berada di kolong peron dan sejajar dengan roda kereta (bisa dibayangkan betapa pengap dan panasnya tempat ini ketika ada kereta yang sedang parkir) Minimnya angle pengambilan foto, membuat saya harus berpikir kreatif dan terpaksa merangkak di bawah kereta untuk mendapatkan foto ini.

foto 7
Dalam foto 8, saya memanfaatkan para pengunjung pasar tradisional di Jawa Tengah yang sedang sibuk menonton sabung ayam sebagai background frame. Dengan contoh foto ini, kita bisa melihat bahwa objek yang kita pakai sebagai framing tidak harus selalu sebagai foreground objek utama. Kita bisa pula memanfaatkan keseragaman pola mereka dalam berdiri menjadi background frame dari objek utama yaitu 2 ayam jago yang sedang bertarung.

foto 8

Selamat mencoba dan salam fotografi!

Albertus Adi Setyo adalah fotografer profesional yang juga mengajar fotografi dengan topik creative flash, dan juga street photography & human interest.

Review Sony A5100 : Kecil-kecil namun fiturnya kelas atas

$
0
0

Sony A5100 terkenal karena teknologi yang di dalam kamera ini banyak kesamaannya dengan Sony A6000, yang pernah saya bahas karena kinerjanya sangat baik. Ada tiga hal yang mirip dengan A6000, yaitu sensor gambarnya APS-C 24 MP, prosesor BionZ-X dan autofocus hybrid yang mumpuni untuk mengikuti subjek yang bergerak.

Tapi fisik kamera ini jauh berbeda dengan Sony A6000, melainkan lebih menyerupai Sony A5000 yang ukurannya relatif kecil. Tidak sedikit teman dan saudara saya mengira Sony A5100 adalah kamera compact. Selain ukuran fisik yang kecil, bobot kamera ini juga ringan yaitu 223 gram, 399 gram dengan baterai dan lensa kit 16-50mm f/3.5-5.6 OSS.

 

sony-a5100-putih

Tata letak tombol dan tuas mirip seperti Sony A5000. Pada intinya, A5100 adalah kamera yang mengadopsi sebagian besar teknologi A6000 tapi fisiknya seperti A5000. Oleh sebab itu banyak orang mungkin salah sangka mengira A5100 ini adalah penerus A5000. Tapi sebenarnya A5100 adalah pengganti Sony NEX 5T. Sony A5000 akan terus diproduksi dan dijual bersama dengan A5100 dan A6000. Sony tampaknya sudah meninggalkan konsep desain NEX 5. Dari fisiknya, Sony A5100 banyak perbedaannya dengan NEX 5T.

Beberapa perbedaan kunci yaitu di A5100, misalnya sudah ada flash terpasang di atas kamera, jadi tidak perlu pasang flash external seperti di NEX 5T. Perbedaan lain yang cukup signifikan yaitu bahan kamera. NEX 5 mengunakan bahan logam magnesium alloy, sedangkan A5100 plastik. Tekstur badan kamera Sony A5100 ini bervariasi tergantung dari warna yang dipilih. Warna putih mulus. Titanium teksturnya sangat halus, berkesan seperti logam, dan yang berwarna hitam teksturnya kasar, seperti kulit jeruk. Saya pribadi menyukai yang teksturnya kasar supaya tidak licin saat dipegang, dan warna hitam lebih low profil saat foto candid/street photography.

sony-5100Slot memory card berada di sebelah kiri kamera, sama seperti A5100 dan tidak seperti NEX 5T yang terletak di bawah kamera dengan baterai, sehingga memudahkan untuk menukar memory card, terutama saat kamera sedang didudukkan diatas tripod. Bagi saya hal ini desain yang lebih baik. Sayangnya, tidak ada opsi nuntuk memasangkan optional electronic viewfinder seperti di NEX 5T.

Seperti tren kamera mirrorless saat ini, layar LCD di Sony A5100 pun bisa diputar sampai 180 derajat, hal ini untuk mengakomodir pengguna kamera yang suka selfie.

Sony A5100 juga memiliki beberapa fitur baru yang tidak kita dapati di A5000 atau A6000, yaitu touch LCD. Fitur ini memang sudah ada di Sony NEX 5T, tapi yang di A5100 jauh lebih sensitif dan responsif. Touch LCD bisa digunakan untuk menentukan area fokus dan bisa juga untuk fokus+memotret seperti layaknya mengunakan kamera ponsel. Sayangnya, touch LCD ini masih terbatas fungsinya, misalnya kita tidak bisa mengganti setting aperture, shutter speed atau memilih item di menu dengan menyentuh.

sony-a5100-back

Tombol yang tersedia di A5100 tidak sebanyak kamera canggih seperti Sony A6000, tapi cukup menurut saya, karena ada dua tombol yang bisa diprogram sesuai keinginan/kebiasaan. Secara default, tombol tengah adalah akses langsung ke shooting mode, karena A5100 tidak punya mode dial. Lalu tombol ? (help guide) juga bisa di ganti fungsinya. Saya biasanya mengubah kedua tombol ini menjadi akses langsung ke focus mode dan focus area. Karena kedua fungsi itu yang sering saya ubah. Tapi untungnya, banyak sekali fungsi yang bisa dipilih, tidak seperti kebanyakan kamera lain pilihannya sangat terbatas.

Saya mengharapkan ada tombol Fn seperti di Sony A6000, atau NEX 5T, tapi sayangnya A5100 tidak ada. Sebagai enthusiast photographer saya agak menyesalkan ketiadaan tombol Fn, tapi saya juga memahami bahwa Sony A5100 dirancang untuk casual shooter, yang mungkin bagi mereka tidak terlalu banyak ganti setting dan kebanyakan mengunakan mode auto saja. untuk segmen tersebut, sepertinya tidak akan ada masalah.

Kinerja

Kinerja/kecepatan operasi kamera khususnya autofokus sangat cepat untuk kelas kamera mirrorless pemula. Untuk startup (waktu menghidupkan sampai kamera siap untuk motret agak sedikit lambat, perlu menunggu sekitar 3-5 detik. Tapi setelah menyala dan saat memotret, kamera ini kinerjanya cepat dan hampir tidak ada waktu jedanya. Saat memotret dengan format RAW, kita perlu menunggu kurang lebih 1-2 detik untuk menampilkan hasil foto di layar LCD.

Sony mengklaim kecepatan autofokusnya 0.07 detik sedikit lebih lambat dari A6000 yang mengklaim 0.06 detik. Dalam praktisnya, sama-sama terasa sangat cepat. Hanya saja saat memotret dengan bukaan yang kecil (f/8-f/16), atau di kondisi yang sangat gelap, sistem autofokus berubah menjadi contrast detect yang jauh lebih lambat dan sering “hunting” (deteksi fokus bolak balik).

Kualitas gambar

Untuk menguji seberapa banyak data yang bisa dikumpulkan sensor gambar dan prosesor, kita harus melihat RAW imagenya, sayangnya saya belum bisa memproses RAW file karena software Lightroom v 5.6 yang biasa saya pakai belum bisa membacanya. Jadi foto-foto dibawah adalah hasil foto JPG yang belum begitu fleksibel untuk diolah/edit.

Seperti kamera Sony pada umumnya, warna-warna yang diproduksi sangat vibrant (cerah/hidup). Untuk menguji kamera ini, saya bawa kamera ini dua kali, pertama ke air terjun, kedua ke danau dan kebun teh Pangalengan, Jawa Barat. Saya mendapati untuk biru langit saturasinya lebih tinggi dari pandangan mata saya.

Contoh foto dengan warna langit yang biru banget

Contoh foto dengan warna langit yang biru banget. Dengan lensa Sony Zeiss 24mm f/1.8. Lensa yang sangat tajam

Di dalam ruangan dengan cahaya yang cukup terang, misalnya lampu neon di dalam kantor, ISO 3200 masih cukup bagus dan noise tidak terlalu banyak yang terlihat. Di lapangan, dalam kondisi cahaya yang gelap, seperti malam hari, kualitas dan ketajaman foto masih baik sampai ISO 1600. Kualitas gambar mulai menurun karena munculnya noise yang cukup banyak di ISO 3200-6400, baik yang bintik-bintik maupun warna (chroma noise). Detail banyak yang hilang saat mengunakan ISO 12800 dan 25600 dan noise sangat banyak.

Beberapa foto di ISO tinggi terlalu oversharpened (terlalu dipaksa tajam) sehingga muncul artifact yang bergerigi saat di zoom 100%. Yang saya cukup kagum adalah integritas warna masih cukup baik dan tidak pudar/berubah sampai dengan ISO 12800. Amannya, foto dengan ISO 1600 atau lebih rendah jika tidak terpaksa.

Kondisi cukup  gelap setelah matahari tenggelam dengan ISO 3200

Kondisi cukup gelap setelah matahari tenggelam dengan ISO 3200. Lensa Sony Zeiss 24mm f/1.8

Sharing pengalaman memotret dengan Sony A5100

Saya membawa Sony A5100 dan beberapa lensa ke air terjun Cilember yang bertingkat 7. Biasanya kalau bawa satu set kamera, beberapa lensa dan tripod, saya sudah kecapean saat tiba di air terjun yang kedua tapi dengan A5100 yang ukuran dan bobotnya sangat kecil, saya bisa teruskan sampai air terjun keempat. Jika dibandingkan, jika saya membawa kamera DSLR beratnya kurang lebih 5 kg, tapi dengan kamera ini dan beberapa lensa, total berat bawaan saya hanya sekitar 2 kg. Dengan bawaan yang lebih ringan, saya lebih bisa menjaga stamina tanpa mengorbankan kualitas gambar.

DSC00630

Fungsi HDR otomatis Sony A5100 cukup bagus untuk menyeimbangkan pencahayaan. Bagian yang tadinya gelap jadi terlihat detailnya dengan lengkap. Setting HDRnya +6

Fungsi HDR otomatis Sony A5100 cukup bagus untuk menyeimbangkan pencahayaan. Bagian yang tadinya gelap jadi terlihat detailnya dengan lengkap. Setting HDRnya +6. Lensa Zeiss Touit 12mm f/2.8

Sebagai perbandingan, yang ini tanpa mengaktifkan fungsi HDR. Kondisi cahaya saat itu memang terlalu kontras dan keras.

Sebagai perbandingan, yang ini tanpa mengaktifkan fungsi HDR. Kondisi cahaya saat itu memang terlalu kontras dan keras.

Biasanya yang menjadi masalah kamera compact/mirrorless adalah saat bertemu cahaya matahari yang sangat terang, sulit sekali untuk melihat dengan jelas komposisi gambar di layar LCD. Di menu, saya bisa memilih “Sunny Weather” di bagian monitor brightness. Dengan sekejab layar monitornya menjadi sangat terang dan kontras. Saya jadi gak kesulitan lagi mengkomposisikan foto, dan tidak terlalu merasa kehilangan jendela bidik.

Seperti kamera mirrorless lainnya, daya tahan baterainya relatif cepat habis. Satu baterai paling-paling hanya cukup untuk 150-200 foto saja, maka itu saya selalu membawa cadangan baterai. Jika motretnya intensif, seperti untuk liputan, dokumentasi dari matahari terbit sampai malam, mungkin butuh beberapa baterai cadangan dan charger/power bank untuk jaga-jaga. Untuk charge baterai, bisa langsung dengan menghubungkan kamera via kabel ke stop kontak. Cara lain dengan mengunakan external charger, tapi sayangnya tidak termasuk dalam paket pembelian kamera.

Saya juga membawa A5100 ini ke Pangalengan, Jawa Barat dan memotret dari sebelum matahari terbit sampai tenggelam. Saat kondisi cahaya sangat minim, sulit untuk autofokus, tapi masih bisa manual fokus. Untuk manual fokus, kamera ini cukup baik, karena saat kita memutar ring fokus lensa, akan ada petunjuk jarak fokus dalam satuan meter di layar LCD yang bagi saya sangat membantu. Memang, layar LCD agak sulit terlihat karena noise (bintik-bintik) di layar juga banyak. Saat itu saya sempat merindukan jendela bidik optik DSLR. Setelah cahaya matahari mulai naik dan langit lumayan terang, autofokus A5100 ini bekerja dengan baik kembali.

Setelah matahari terbit, iseng-iseng, saya pasang lensa Nikon AIS 135mm dengan adapter untuk memotret nelayan dan pemandangan di sisi lain danau. Karena bukan lensa nativenya Sony, maka harus manual fokus. Jika fokusnya tepat, hasilnya tajam dan memuaskan.

Pagi hari di Cileunca, cahaya di badan perahu adalah cahaya dari senter. Kondisi cahaya masih sangat gelap. Kira-kira jam 5 pagi hari. ISO 400, f/2.8, 30 detik. Zeiss Touit 12mm f/2.8.

Pagi hari di Situ Cileunca, cahaya di badan perahu adalah cahaya dari senter. Kondisi cahaya masih sangat gelap. Kira-kira jam 5 pagi hari. ISO 400, f/2.8, 30 detik. Lensa Zeiss Touit 12mm f/2.8.

DSC01094

Sony A5100 dengan Nikon AIS 135mm f/2.8 jaman film. ISO 200, 1/500 detik f/nya lupa karena gak ke record di EXIF.

Kabut agak tebal di pagi hari itu.

Kabut agak tebal di pagi hari itu.

Secara keseluruhan, saya cukup senang dengan kemampuan kamera ini menangkap warna-warna yang cerah. Soal palet warna sebenarnya tergantung selera juga, kalau tidak suka warna yang terlalu cerah, bisa motret dengan RAW lalu baru di olah di Photoshop/Lightroom atau software lainnya.

Apps

Salah satu yang menyenangkan untuk dicoba-coba adalah aplikasi-aplikasi (Apps). Pada dasarnya Apps adalah aplikasi yang bisa kita download ke kamera. Setiap Apps memiliki fungsi yang berbeda-beda, misalnya Motion shoot, timelapse, light shaft, focus bracketing, smart remote. dll. Sebagian gratis, sebagian bebayar. Jumlah Apps meningkat jumlahnya dan saya menyambut positif hal ini karena dengan Apps baru, kamera kita seperti mendapat tambahan fitur baru, dan Apps juga akan sangat memudahkan kita mendapatkan hasil yang unik tanpa harus mengedit di software.

Apps di kamera

Apps di kamera

Dari sejumlah aplikasi tersebut, favorit saya adalah multiple exposure. Contoh-contoh hasil fotonya sebagai berikut.

Proses pembuatan foto multiple exposure yaitu 1. Foto siluet, 2. foto pemandangan/tekstur/langit

Proses pembuatan foto multiple exposure yaitu 1. Foto siluet, 2. foto pemandangan/tekstur/langit. Lensa Sony Zeiss 24mm f/1.8

Hasil Multiple Exposure. Gabungan dua foto diatas yang diproses secara otomatis oleh Sony.  Catatan: Bagian bawah foto saya crop sehingga aspek rasionya jadi 4:3.

Hasil Multiple Exposure. Gabungan dua foto diatas yang diproses secara otomatis oleh Sony. Catatan: Bagian bawah foto saya crop sehingga aspek rasionya jadi 4:3. Foto oleh Iesan Liang

Untuk penggemar video, ada beberapa fitur yang menarik dibandingkan dengan kamera Sony A6000 dan A5100. Kamera Sony A5100 bisa merekam secara sekaligus dua format, yaitu XAVCS dan MP4 sekaligus. Yang MP4 biasanya ukurannya kecil sehingga mudah di share, dan yang XAVCS datanya besar, enak untuk mengolah/editing. Fitur Zebra juga ada untuk memeriksa bagian highlight (yang terang).

Cocok untuk siapa?

Sony A5100 ini cocok untuk penggemar fotografi atau masyarakat awam yang menyukai kamera yang kinerja, kualitas gambar yang bagus tapi ingin kamera yang sekecil dan seringan mungkin. Kamera ini juga bagus bagi yang mencari badan kamera dengan harga yang tidak terlalu tinggi untuk dipasangkan dengan berbagai lensa yang telah dimiliki.

Bagi fotografer yang lebih berpengalaman, biasanya akan lebih cocok dengan kamera Sony A6000 yang memiliki jendela bidik elektronik dan tombol-tombol yang lebih banyak. Bagi saya, kamera ini bagus untuk perjalanan yang cukup sulit seperti mendaki gunung, ke air terjun, atau saat saya ingin jalan-jalan santai untuk hunting foto/street photography.

Kelebihan dan kekurangan Sony A5100

  • Ukuran relatif ringan dan kecil
  • Kualitas gambar bagus di kelas mirrorless dan DSLR, resolusi tinggi 24 MP.
  • Kinerja autofokus sangat cepat dan mumpuni untuk subjek bergerak
  • Layar LCD “Sunny Weather” sangat terang dan kontras
  • Lengkap dengan WiFi untuk transfer file dan remote
  • Rentang ISO untuk foto low light besar
  • Kualitas gambar di ISO tinggi (1600-3200) cukup baik terutama warnanya masih terjaga
  • Ada dua tombol yang bisa diprogram
  • Touch focus dan shutter sensitif sangat membantu
  • Layar LCD bisa diputar ke atas untuk selfie/candid
  • Built-in flash yang bouncing (diarahkan keatas)
  • Kecepatan foto berturut-turut relatif cepat
  • Fitur untuk movie cukup lengkap: XAVCS, dual format record, Zebra

Kekurangan Sony A5100

  • Tidak ada Fn (Quick menu)
  • Bahan kamera dari plastik
  • Tenaga flash relatif lemah (GN 4)
  • Tidak ada hotshoe atau opsional connector untuk jendela bidik/flash external
  • Kapabilitas touch screen terbatas lebih ke fokus dan shutter saja.
  • Waktu startup agak lambat (3-5 detik)
  • Saat memasukkan memory card baru harus tunggu kameranya membuat database file. Ini agak lama, sekitar 4-5 detik.
  • Autofokus jadi lambat saat mengunakan bukaan kecil (f/16 misalnya).
  • External charger tidak termasuk dalam paket

Tidak ada kamera yang sempurna, termasuk Sony A5100, tapi menurut saya kamera ini memiliki keseimbangan yang baik antara kualitas, kinerja dan portabilitas. Hal-hal penting seperti kualitas gambar dan kinerja autofokus sangat baik, setara dengan kamera DSLR semi-pro dan juga sangat ringkas dan ringan. Harganya pun tergolong masih terjangkau.

Spesifikasi utama Sony A5100

  • 24 MP APS-C sensor
  • ISO 100-25600
  • Kecepatan foto berturut-turut 6 fps
  • Shutter speed 30 detik – 1/4000 detik
  • Dimensi: 110 x 63 x 36 mm
  • Berat 223 gram kamera saja, 399 dengan lensa kit 16-50mm dan baterai
  • Wifi NFC
  • Harga Rp 8.5 juta termasuk dengan lensa 16-50mm f/3.5-5.6 OSS

Ngomong-ngomong saat tulisan ini saya tulis Sony sedang promosi untuk yang memesan (pre-order) akan dapat potongan harga Rp 500.000,- dan bonus baterai, dua Apps (salah satunya favorit saya) dan voucher potongan harga untuk membeli lensa Sony.

—–

Jika ingin tau lebih banyak tentang A5100 dan mencobanya langsung, serta peluang mendapatkan kamera mirrorless ini secara gratis, hadirilah Acara minggu ini di Yogyakarta. Gratis tidak dipungut bayaran, tapi mendaftar terlebih dahulu dengan menghubungi no telp yang tercantum di poster dibawah ini.

sony-yogya

 

Pilih kamera DSLR Canon 700D atau Nikon D5300

$
0
0

Canon EOS 700D dan Nikon D5300 merupakan kamera DSLR yang ditujukan untuk fotografer pemula. Meskipun demikian, fitur-fitur yang ada di kedua kamera ini banyak yang sama dengan kamera yang lebih canggih/semi-pro, sehingga cukup bagus untuk digunakan diberbagai kondisi dan situasi pemotretan.

Dari bentuk dan ukurannya, sekilas kedua kamera mirip-mirip. Tapi jika dilihat lebih seksama, secara keseluruhan Nikon D5300 lebih compact beberapa milimeter dan sekitar 100 gram lebih ringan. Lensa baru Nikon 18-55mm VR II juga lebih pendek di kondisi off. Hal ini bisa dicapai karena bahan kamera dari plastik yang lebih tipis.

Nikon D5300 tersedia dalam beberapa warna. Terlihat dengan salah satu lensa kit Nikon 18-140mm f/3.5-5.6 VR

Nikon D5300 tersedia dalam beberapa warna. Terlihat dengan salah satu lensa zoom Nikon 18-140mm f/3.5-5.6 VR. (dari brosur Nikon)

Secara kualitas gambar, D5300 memiliki potensial yang lebih tinggi dengan resolusi gambar maksimum 24 Megapixel dibanding 700D yang memiliki resolusi gambar 18 MP. Selain itu D5300 tidak punya low pass filter, jadi hasil foto akan terlihat lebih tajam dan kaya detail. Tetapi untuk mengoptimalkan 24 MP, tentunya perlu lensa yang berkualitas lebih baik.

Sistem autofokus D5300 berasal dari Nikon D7000 & D600, yaitu sistem autofocus 39 titik. Bukan yang terbaik yang dimiliki Nikon tapi cukup mumpuni untuk subjek bergerak maupun diam. Sistem AF ini lebih baik daripada sistem 9 titik Canon.

Canon 700D unggul di layar sentuh dan kecepatan fokus saat live view & rekam video.

Canon 700D unggul di layar sentuh dan kecepatan fokus saat live view & rekam video.

Saat mengaktifkan layar LCD (live view), sebaliknya, Canon 700D lebih unggul karena layar sentuh memungkinkan kita untuk menyentuh area yang ingin difokuskan dengan mudah. Kecepatan autofokus saat live view jauh lebih baik daripada Nikon D5300.

Keunggulan lain dari Canon 700D adalah kelengkapan tombol akses langsung sehingga mengurangi kebutuhan untuk masuk ke menu untuk mengganti setting.

Di pihak lain, Nikon D5300 memiliki senjata rahasia yang mungkin penting bagi Anda adalah Wifi dan GPS. Nikon D5300 sudah memiliki kedua fungsi ini terbenam di dalam kamera sehingga Anda bisa mudah mengirim foto ke ponsel, atau mengunakan ponsel sebagai remote.

Pilih kamera yang mana tergantung dari apa yang dipentingkan dan harus dilihat dari kasus per kasus. Kalau saya memilih Nikon D5300 karena sudah punya koleksi lensa Nikon untuk memaksimalkan kualitas gambar dari D5300 dan saya jarang sekali merekam video. Kalau nanya istri saya, Iesan, kemungkinan besar dia akan milih Canon 700D, karena lebih senang rekam video dan terbiasa dengan touch screennya yang bisa untuk menentukan area yang ingin difokuskan dan ganti setting seperti mengoperasikan ponsel.

Persamaan antara Canon 700D dan Nikon D5300

  • Bentuk relatif kecil dan ringan
  • Punya layar LCD lipat
  • Kecepatan foto berturut-turut 5 foto per detik

Kelebihan Canon EOS 700D

  • Layar LCD touchscreen
  • Fokus di live view jauh lebih cepat
  • Banyak tombol akses langsung
  • Harga lebih terjangkau

Kelebihan Nikon D5300

  • Kualitas gambar sangat baik (24 MP) tanpa low pass filter
  • Sistem autofokus 39 titik
  • Built-in Wifi dan GPS
  • Ukuran lebih compact dan sedikit lebih ringan

——–

Punya kamera DSLR/mirrorless dan ingin belajar fotografi? Ambil langkah pertama dengan mengikuti kupas tuntas kamera digital.


Tour fotografi Yunnan – Luoping, Puzhehei, Kunming, Lu Liang Sand Forest 2015

$
0
0

Tour fotografi dengan destinasi Yunnan ini adalah yang ketiga kali saya adakan di Infofotografi.com. Tour ketiga ini melengkapi tour trilogi Yunnan.

Sebagai informasi, Yunnan adalah salah satu provinsi negeri Tiongkok yang terletak disebelah selatan, berbatasan dengan negara Asia tenggara seperti Laos, Myanmar, Vietnam. Di sebelah barat, Yunnan berbatasan dengan provinsi Tibet. Sebagian dataran Yunnan termasuk dataran tinggi, dan banyak etnis minoritas yang tinggal di provinsi ini, sehingga kita bisa menyaksikan berbagai ragam budaya yang khas daerah setempat.

Di tour kali ini, kita akan mengunjungi beberapa daerah bagian timur dari Yunnan, yaitu terutama daerah Luoping dan Puzhehei. Luoping terkenal atas rapeseed field yang berwarna kuning dengan bukit-bukit karst yang berbentuk segitiga. Puzhehei juga terkenal dengan gunung-gunung karst yang sangat indah. Foto-foto bisa dilihat dibagian itinerary.

  • Durasi tour 7 hari, 6 malam
  • Waktu travel: 23 Februari – 1 Maret 2015
  • Jumlah tempat maksimum: 15
  • Standar hotel: 3 bintang
  • Biaya: US$ 975 per orang, belum termasuk tiket Jakarta-Kunming PP (perkiraan sekitar Rp. 6.000.000,- dengan Malaysia Airlines*, transit KL)

Harga tiket bisa berubah sewaktu-waktu, oleh sebab itu saya anjurkan untuk memesan tiket sesegera mungkin untuk menghemat biaya.

DP: US$300 untuk booking tempat.

*Bagi yang ingin mengunakan jasa pesawat lain/rute lain bisa menghubungi kami.

Untuk mendaftar atau info, hubungi 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com

Foto foto dibawah ini disediakan oleh dinas pariwisata setempat.

Itinerary

Hari ke-1 23 Feb 2015: Airport – Kunming
Tiba di Kunming sore hari, check in hotel dan menikmati makan malam khas Yunnan: crossing the bridge noodle. Malamnya acara bebas, istirahat.

Hari ke-2 24 Feb 2015: Kunming – Luoping
Setelah makan pagi, berangkat ke Luo Ping, lalu memotret padang rumput rapeseed yang berwarna kuning dan memotret sunset.

Luoping-01

Hari ke-3 25 Feb 2015: Luoping
Motret sunrise di bukit Golden Cock Hills, dan mengunjungi air terjun Jiulong (sembilan naga), dan menjelajahi kota tua NiuJie. Sorenya berangkat ke Puzhehei. Gallery foto karya fotografer lain bisa dilihat disini.

Luoping-02

Jiulong-Waterfall

Hari ke-4 26 Feb 2015: Puzhehei
Motret sunrise di Blue Dragon Mountain (Qing long), mengunjungi gua Xianren dan menjelajahi desa-desa minoritas suku Yi. Motret sunset di area Blue Dragon Mountain.

puzhehei-01

puzhehei-02

Hari ke-5 27 Feb 2015: Puzhehei
Mengunjungi dan menjelajahi desa Bamei yang hanya bisa diakses dengan perahu melewati sungai dan gua.
Foto-foto Puzhehei lainnya bisa dilihat disini.

Hari ke-6 28 Feb 2015: Puzhehei – Luliang – Kunming
Berangkat ke Luliang untuk melihat Sand Forest dan kemudian Kunming.

luliang-sand-forest-01

luliang-sand-forest-02

Hari ke-7 1 Maret 2015: Kunming – Jakarta
Waktu bebas sampai waktunya ke airport

Biaya tour termasuk:

  • Bimbingan/mentor fotografi Enche Tjin
  • Jasa Guide local
  • Akomodasi hotel bintang tiga
  • Makanan
  • Transportasi selama di Yunnan

Belum termasuk

  • Tiket pesawat terbang pp
  • Airport Tax Rp 150.000,-
  • Biaya Visa Cina Rp 540.000,-
  • Tips guide local dan supir
  • Belanja pribadi

Untuk mendaftar atau info, hubungi 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com

Mengapa kamera dengan harga dibawah 3 juta kualitasnya kurang bagus

$
0
0

Kadang ada pembaca yang bertanya adakah kamera dengan harga dibawah 3 juta yang bisa kami rekomendasikan? Hal ini mendorong saya untuk membuat tulisan singkat ini. Menurut saya kamera yang dijual di kisaran dibawah 3 juta dirancang untuk sekedar bisa dipakai untuk kebutuhan yang sifatnya point and shoot saja. Foto yang dihasilkan memang punya megapiksel yang banyak (karena sekarang semua kamera sudah lebih dari 10 MP) tapi biasanya tidak memberi hasil gambar yang memuaskan. Saya mencoba untuk meninjau beberapa kamera yang cukup oke dengan harga 3 juta ke bawah, biasanya punya ciri yaitu kamera yang lumayan kecil (bisa dimasukkan ke dalam saku) dan punya lensa zoom yang panjang. Tapi memang tidak mudah mencari kamera yang bisa direkomendasikan, karena masing-masing pilihan punya kompromi yang kurang mengenakkan misalnya :

Ada yang memakai sensor CCD, atau sensor ukuran kecil

sensor

Sensor kamera saku umumnya berukuran 1/2,5 inci higga 1/1,7 inci

Sensor CCD dan CMOS pada dasarnya punya fungsi yang sama yaitu menangkap cahaya dan membentuk gambar. Desain internalnya yang membedakan keduanya, dan saat ini CMOS lebih banyak dipakai karena alasan kecepatan, kemampuan ISO tinggi, bisa rekam full HD movie dan lebih efisien (hemat daya). Kalaupun memang berencana membeli kamera yang sensornya CCD boleh-boleh saja, tapi carilah kamera yang sensor CCD-nya berukuran lebih besar dari rata-rata kamera saku lain yang umumnya berukuran 1/2.3 inci yang terlalu kecil. 

Lensanya biasa-biasa saja dengan bukaan yang tidak besar

Lensa bukaan kecil

Bukaan maksimum lensa ini adalah f/3,5 di posisi wide, dan f/6,3 di posisi tele

Lensa jadi hal pertama yang menentukan kualitas hasil foto yang kita dapat. Lensa yang berkualitas tinggi akan memberi foto yang tajam, kontras dan warnanya akurat. Lensa berkualitas juga lebih minim masalah seperti edge softness, vinyet dan sebagainya. Apalagi bila lensanya termasuk punya zoom panjang, maka biasanya kualitasnya bakal kompromi karena panjangnya lensa zoom tersebut. Belum lagi bukaan diafragma di kamera yang ekonomis biasanya tergolong kecil, ada yang dimulai dari f/3 bahkan lebih kecil lagi. Bukaan yang kurang besar akan membatasi cahaya yang masuk sehingga terpaksa kita harus memakai ISO yang lebih tinggi.

Tidak banyak pengaturan manual

Untuk yang satu ini sebenarnya tidak berkaitan dengan biaya produksi, maksud saya kalau mau produsen kamera bisa saja memberi kebebasan memakai mode manual (misal manual eksposur, manual fokus dsb) tapi mereka tidak ingin memberi fitur ini di kamera yang termasuk kelompok ekonomis ini. Tentu supaya pengguna yang lebih serius akan membeli kamera lain yang lebih mahal dan lebih lengkap. Tanpa pengaturan manual maka sulit bagi kita untuk mempraktekkan teori fotografi seperti mengendalikan shutter speed dan bukaan.

Ada yang memakai layar LCD resolusi rendah

Saat ponsel sekarang sudah punya kualitas layar yang tinggi, jadi hal yang aneh saat melihat layar LCD kamera yang resolusinya rendah, misal 460 ribu piksel atau bahkan 230 ribu piksel. Kerapatan piksel yang rendah di layar LCD kamera membuat kita sulit memastikan akurasi fokus dan ketajaman dari foto yang diambil, lagipula tulisan di layar seperti tampilan menu jadi harus dibuat lebih besar.

Ada yang pakai baterai AA/alkaline

Battery AA

Contoh kamera dengan 4 baterai AA

Baterai AA memang praktis karena mudah didapat. Tapi dengan 2 baterai AA biasanya kamera tidak bisa bertahan lama karena baterai kehabisan daya. Kalau pakai 4 baterai AA maka ukuran kamera jadi terlalu besar.

Kandidat :

  • Canon PowerShot S200 (2,99 juta) cukup menarik karena sensor yang dipakainya berukuran 1/1,7 inci dan bukaan lensanya juga lumayan besar, tapi sensornya berteknologi CCD sehingga kecepatan tembak hanya 1,9 foto per detik.
  • Panasonic Lumix TZ30 (2,75 juta) punya lensa berkualitas, Leica 28-560mm dalam bodi yang kecil, tapi bukaan f/3.3 dan sensornya juga kecil.
  • Fujifilm SL300 (2,9 juta), cukup lengkap dengan jendela bidik, flash hot shoe dan lensa 30x zoom, tapi sensornya juga kecil. Bentuk agak besar sepintas mirip prosumer.

Ketiga kamera di atas bisa menyediakan pengaturan untuk manual eksposur, juga bisa memakai mode Aperture Priority dan Shutter Priority.

Saran :

Kamera adalah alat yang bakal kita andalkan untuk membantu kita mendapat foto yang baik, bahkan merekam video, untuk jangka waktu yang cukup lama. Mengapa memaksakan untuk berhemat terlalu banyak tapi kita mengalami kesulitan sendiri nantinya? Saran saya usahakan dapat kamera yang memenuhi kebutuhan dasar minimum seperti lensa yang baik, sensor yang baik, pengaturan manual dan fitur lain yang membantu. Memang pada akhirnya harga kameranya jadi lebih tinggi, tapi sepadan dengan yang anda dapat.

Fungsi tombol AEL – AFL

$
0
0

Tombol AEL & AFL adalah tombol yang sering ditanyakan saat kelas kupas tuntas kamera. Dan sebenarnya untuk memahami fungsi tombol ini tidak sulit.

Pertama-tama, kita harus tau singkatannya dulu, AEL = Auto exposure Lock, dan AFL = Auto Focus lock

Dari namanya saja, kita tau bahwa fungsinya untuk mengunci nilai exposure (shutter speed, bukaan lensa/aperture, ISO) dan focus.

Settingan pabrik/kamera, saat menekan setengah tombol shutter/jepret, yang terjadi adalah kamera menghitung dan mengunci exposure dan autofokus.

Cara mengaktifkan tombol AEL & AFL biasanya harus ditekan dan ditahan, nilai exposure tersebut akan terkunci (tidak berubah lagi) meskipun anda menekan setengah tombol shutter berulang kali. Demikian juga autofokusnya (AFL) akan terkunci ke jarak tertentu dan tidak akan aktif mencari fokus lagi meskipun letak kamera berubah dan tombol shutter ditekan setengah.

Di beberapa kamera, kita bisa mengubah setting AEL & AFL tidak harus ditahan. Untuk mengaktifkan hanya perlu tekan sekali dan tekan sekali lagi untuk menonaktifkan. (AE Lock hold)

Jadi tombol AEL-AFL sebenarnya kapan harus dipakai?

Di jaman dulu, banyak kamera hanya memiliki satu titik fokus, yaitu di tengah. Jika kita menghendaki posisi subjek ditengah-tengah, tentu gak ada masalah, tapi kalau ingin subjek yang fokus disebelah kanan atau kiri, tentunya akan lebih rumit. AEL-AFL membantu mengunci exposure dan fokus sehingga Anda bebas melakukan rekomposisi selama AEL-AFL tertahan. Terang gelap (exposure) dan fokus akan tetap pada subjeknya.

Di kamera modern saat ini, titik/area fokus sudah sangat banyak, jadi mengurangi kebutuhan untuk memotret dengan tombol ini.

Jangan lupa bahwa AEL tidak akan berfungsi saat mode kamera yang digunakan adalah mode M/Manual, karena di mode tersebut, exposure tidak akan berubah. Jadi yang lebih keliatan efeknya adalah saat kita mengunakan mode P, A (Av), dan S (Tv). Saat menekan tombol AEL, maka ISO, bukaan dan shutter speed tidak akan berubah meskipun Anda mengarahkan kamera ke arah yang berbeda-beda.

AEL & AFL akan berguna saat memotret panorama dengan mode P, A, S, supaya antara foto yang satu dengan yang lain tidak berbeda terang gelapnya. Juga membantu saat merekam video jika kameranya tidak mendukung mode manual seperti di kamera Nikon D90.

AEL (saat dipisahkan dari AFL melalui setting di menu) juga membantu untuk membuat foto siluet, misalnya di pantai saat sunset. Kita bisa mengarahkan kamera ke latar belakang, tekan setengah tombol jepret/shutter, dan tahan tombol AEL. Kemudian baru bidik ke subjek, fokuskan dengan menekan dan menahan setengah tombol shutter dan kemudian sampai penuh.

Rekomendasi: pisahkan tombol AEL dengan AFL di menu. Misalnya di kamera DSLR Nikon, ada pilihan “AE Lock Only” Pahami dan gunakan tombol AF-ON juga jika kamera Anda memilikinya.

tombol-ael-afl
Kalau yang kamera DSLR Canon, tombol bersimbol bintang * itu sifatnya seperti AEL lock only (AFLnya dengan menekan setengah tombol shutter). Jadi tidak usah dipisahkan.

Masih bingung dengan penjelasan diatas? Coba langsung praktik saja:

  1. Pilih mode P (Program), A atau S, hindari mode M (Manual).
  2. Arahkan kamera ke berbagai arah dan sesekali menekan setengah tombol shutter, coba lihat nilai bukaan dan shutter speed, apakah berubah-ubah?
  3. Bidik ke suatu objek, tekan setengah tombol shutter, tekan dan tahan tombol AEL-AFL, lalu arahkan ke tempat lain, periksa nilai bukaan dan shutter speednya? Apakah berubah?

Jika Anda berhasil, nilai exposure tidak akan berubah karena sudah dikunci saat Anda menekan dan menahan tombol AEL-AFL.

—-

Maksimalkan kamera digital Anda dengan mengikuti kupas tuntas kamera digital (SLR & Mirrorless). Cocok untuk yang baru memiliki kamera atau ingin memperdalam fitur-fitur umum di kamera digital era sekarang.

Perbandingan fitur antara Canon EOS 700D – 70D – 7D mark II

$
0
0

Untuk setiap segmen kelas kamera DSLR sensor APS-C di tahun 2014 ini, Canon punya produk generasi terbaru yang uniknya (kebetulan) pakai angka 7. Di segmen bawah ada Canon EOS 700D, di tengah ada Canon EOS 70D dan di segmen atas ada Canon EOS 7D mark II.

Ketiga kamera ini, punya kesamaan mendasar yaitu memakai sensor APS-C, yang artinya bisa pasang lensa EF maupun EF-S, dan mengalami 1,6x crop factor lensa. Sebagai kamera modern, kesamaan lain dari ketiganya adalah sudah dioptimalkan untuk rekam video, mendukung hybrid AF (dengan lensa jenis STM) dan bisa mentrigger flash eksternal melalui mode wireless flash.

Sudah jadi semacam tradisi yang baik di sistem DLSR Canon dimana kamera baru boleh mewarisi fitur-fitur yang ada di kamera lama yang kelasnya lebih diatas. Ini jadi keuntungan buat yang membeli kamera di tahun-tahun sekarang. Misal fitur 9 titik AF all cross type di 700D adalah warisan dari 60D, juga 19 titik AF di 70D adalah diambil dari 7D.

Sekilas kita tinjau masing-masing pilihan yang ada :

Canon EOS 700D

Canon 700D

Kamera yang termasuk seri Digital Rebel penerus EOS 650D ini sudah dibekali fitur dasar seperti 9 titik AF dan burst 5 fps dirasa cukup untuk kebutuhan fotografi sehari-hari. Kamera ini dirancang mudah dipakai untuk pemula karena banyak mode bantuan seperti Creative Auto dan berbagai Scene Mode. Satu hal menarik dari 700D adalah sensornya yang punya deteksi fasa untuk hybrid AF, sehingga bisa autofokus dengan mulus dan akurat di mode live view maupun saat rekam video. Untuk mengatur setting bisa dengan roda di bagian atas atau melalui layar sentuh, sementara di belakang tersedia tombol empat arah yang juga jadi jalan pintas ke seeting seperti WB dan AF.

Canon EOS 70D

canon-70d

Kamera yang dirancang untuk fotografer amatir dan enthusiast ini menjadi penerus 60D, mendapat warisan 19 titik fokus dari 7D, dan mampu memotret sampai 7 foto per detik. Bodi 70D memang masih polikarbonat resin tapi sudah mendapat perlindungan debu dan cipratan air. Keunggulan 70D adalah di dual pixel AF, pengembangan hybrid AF yang lebih optimal untuk live view maupun video. Fitur lain yang membedakan dengan 700D adalah adanya AF fine tune dan level horizon. Fitur video 70D yang menarik ada pilihan All-I atau IPB compression, juga ada time code.

Canon EOS 7D mark II

canon-7d-mk2

Kamera penerus EOS 7D yang masih mirip dalam bentuk fisik eksternal, didesain utuk bekerja cepat dan bekerja keras (berkat bodi magnesium alloy yang 4x lebih tahan cuaca dibanding 7D). Dibekali 65 titik AF yang semuanya cross type, kecepatan tembak 10 fps sampai 1090 foto tanpa macet dan shutter yang tahan dipakai sampai 200 ribu kali jepret menjadi alasan kenapa harganya diatas EOS 6D yang sensornya full frame. Selain roda di atas dan di belakang, 7D mark II juga dibekali joystick yang berguna untuk memilih titik AF dengan cepat. Di sisi video, 7D mk II bisa merekam hingga 50/60p, ada pilihan container MOV atau MP4, dan ada pilihan All-I lite compression. Selain itu tersedia keluaran uncompressed video via HDMI output.

700D-70D-7D

Tambahan info :

Kesamaan yang ditemui antara 700D dan 70D :

  • kinerja ISO
  • modul metering
  • layar sentuh dan lipat
  • bahan bodi polikarbonat
  • WiFi
  • fitur video HD (tapi 70D sudah ada opsi All-I frame)

Kesamaan yang ditemui antara 70D dan 7D mark II :

  • roda kendali (di atas dan roda di belakang)
  • ada LCD kecil di atas
  • max shutter 1/8000 detik
  • tahan cuaca (7D jauh lebih tangguh)

——————————————————————————–

Maksimalkan kamera digital Anda dengan mengikuti kupas tuntas kamera digital (SLR & Mirrorless). Cocok untuk yang baru memiliki kamera atau ingin memperdalam fitur-fitur umum di kamera digital era sekarang

Review lensa Zeiss 15mm f/2.8 Distagon

$
0
0

Pertama kali melihat lensa lebar Zeiss untuk kamera DSLR ini, saya cukup kaget dengan ukuran dan kualitas fisiknya. Zeiss Distagon 15mm f/2.8 adalah lensa yang sangat lebar (ultra wide), tidak bisa zoom, dan berbukaan sangat besar (f/2.8). Lensa ini juga manual fokus (tidak bisa autofokus).

Saya memiliki kesempatan untuk mencoba lensa Zeiss 15mm versi ZF.2 yang bisa dipasang dengan kamera Nikon D600. Karena saya hanya berkesempatan mencobanya hanya dalam satu hari, maka saya hanya akan saya berbagi beberapa kesan tentang lensa ini.

Hampir keseluruhan bahan lensa terbuat dari logam, maka itu tidak heran berat lensa juga cukup signifikan yaitu sekitar 730-820 gram (tergantung lensa untuk Nikon atau Canon).

Karena untuk Nikon F, ada ring bukaan di lensa, dari f/2.8 sampai f/22. Ada juga indikator fokus dan zone fokus yang cukup jelas dan mudah digunakan. Filter thread yang digunakan lensa ini relatif besar, yaitu 95mm. Untuk hal ini, saya agak menyayangkan, karena biasanya, lensa-lensa profesional mengunakan filter 77mm, maka itu akan sulit mencari filter yang sebesar 95mm untuk berbagai foto landscape (pemandangan).

Zeiss 15mm f/2.8

Untuk lensa selebar ini, dan saat dipasang di kamera full frame, tidak terlalu masalah kalau tidak bisa autofokus, karena saya hampir selalu mengunakan teknik zone focus/hyperfocal focus. Saya tau kalau saat mengunakan bukaan f/16, dan jika saya fokus ke 0.8 meter, maka apapun yang berada di antara 0.5 meter sampai tak terhingga akan berada dalam cakupan “acceptable focus” atau tajam. [Baca tentang zone dan hyperfocal focus disini]

Kualitas gambar yang dihasilkan bagus, dan memberikan kesan 3D dan dreamy effect. Bagian ujung-ujung foto tidak begitu tajam, sedangkan yang tengah sangat tajam. Seperti lensa ultra-wide lainnya, distorsi/cembung juga ada, tapi tidak setinggi lensa zoom pada umumnya. Sedikit distorsi memberikan kesan efek tiga dimensi. Lensa ini memiliki ketahanan terhadap flare cukup tinggi saat lensa diarahkan ke sumber cahaya seperti matahari, sehingga cukup baik untuk foto sunrise dan sunset.

Contohnya seperti foto-foto dibawah ini:

DSC_8515

ISO 100, f/16, 1/10 detik, tripod – Baca proses pembuatan/editingnya disini.

ISO 280, f/16, 1/30 detik

ISO 280, f/16, 1/30 detik

ISO 100, f/16, 1.6 detik, tripod

ISO 100, f/16, 1.6 detik, tripod

Tes resistensi lensa terhadap flare.

Tes resistensi lensa terhadap flare. ISO 100, f/8, 1/640 detik

Lalu, lensa ini cocok untuk  siapa? Pilihan lensa ultrawide dari kamera Canon dan Nikon sebenarnya sudah banyak dan cukup bervariasi. Mungkin yang membutuhkan lensa ini adalah orang yang memang menyukai karakter hasil gambar yang dihasilkan lensa ini (efek tiga dimensinya), atau yang suka dengan kualitas badan lensanya yang dari logam dan manual fokus yang memungkinkan fokus yang sangat akurat.

Untuk itu, saya pikir lensa ini sangat cocok untuk fotografer pemandangan, baik untuk memotret di kondisi terang, maupun gelap seperti di dalam gua tanpa tripod, dan juga bagus  untuk foto di malam hari (night photography).

Rangkuman kelebihan dan kelemahan Lensa Zeiss 15mm f/2.8 

+ Konstruksi dari logam
+ Kualitas gambar sangat baik dan tajam
+ Kualitas distorsi tiga dimensi yang bagus untuk foto pemandangan/alam
+ Cukup tahan terhadap flare,  chromatic abberation tidak muncul
+ Sangat lebar (15mm) dan berbukaan besar (f/2.8)
- Sulit cari filter karena ukuran filter besar (95mm)
- Ketajaman ujung-ujung foto sedikit kurang
- Bobot dan ukuran agak besar

 

zeiss-15mm

Spesifikasi

  • Filter 95mm
  • Berat 730-820 gram
  • Jarak fokus minimum 25 cm
  • Bukaan: f/2.8-f/22
  • Compatible dengan Nikon F mount dan Canon EOS
  • Harga: Sekitar Rp 28 juta (Harga bisa berubah sewaktu-waktu)

——-

Jika Anda mencari lensa ini, boleh hubungi 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com Trims :)

Apa yang dibutuhkan oleh perusahaan kamera & lensa di tahun 2014-2015?

$
0
0

Berikut ini beberapa saran saya untuk perusahaan kamera dan lensa di tahun 2014-2015. Harap jangan tersinggung :)

Canon : Perlu mengembangkan kamera mirrorless Canon EOS M (koleksi lensa, aksesoris dan variasi kamera). Untuk DSLR, perlu kamera dengan sensor gambar yang lebih bagus dan beresolusi tinggi, setidaknya menyaingi sensor Nikon/Sony yang 36 MP.

Nikon : Perlu sistem autofokus yang lebih cepat di mode live view, perlu kamera penerus Nikon D300s untuk menantang Canon 7D mk2.

Sony : Perlu kamera flagship Sony A8  yang memiliki sensor 24-36 tanpa filter low-pass, setidaknya 6 foto per detik, autofokus hybrid seperti Sony A6000, kualitas badan kamera yang lebih tahan air dan kondisi cuaca buruk. Perlu mengembangkan lebih banyak lensa untuk E-mount, terutama yang terjangkau (non-Zeiss).

Fuji : Perlu sistem autofokus hybrid yang lebih baik dan perlu mengembangkan hybrid viewfinder generasi ke-2 untuk XPRO-2.

Samsung : Perlu lensa zoom wide angle profesional, dan flash profesional untuk menemani Samsung NX1.

Olympus : Perlu sistem autofokus hybrid, lensa zoom yang berbukaan besar (f/2 atau lebih besar).

Panasonic : Sama seperti Olympus plus perlu marketing yang lebih bagus.

Sigma : Perlu processor yang lebih cepat dan baterai berkapasitas lebih tinggi untuk memproses file Foveon sensor yang besar. Perlu software pemroses file RAW yang lebih baik.

Leica : Perlu buat lebih banyak kamera / lensa limited edition dan yang berwarna-warni biar bisa disesuaikan dengan warna baju atau gaun.

Ricoh Pentax : Untuk Pentax, perlu lensa-lensa baru yang lebih up to date. Perlu kamera compact yang lensanya berbukaan besar dan bersensor besar (minimum 1 inci). Perlu Ricoh GR mk 2 dengan autofokus hybrid (phase detection) dan optical stabilization.

PhaseOne, Mamiya, Hasselblad, Leica : Perlu bikin kamera medium format yang compact dengan lensa fix. Kombinasi lensa dan kamera tidak lebih berat dari 750 gram. Kamera yang ringan dan compact namun berkualitas tinggi merupakan kata kunci tahun ini dan kedepannya.

Bagaimana pendapatmu? kira-kira butuh apa lagi ya?

Workshop editing Macro Art dengan Photoshop

$
0
0

Workshop macro art bertujuan untuk mengolah foto-foto bertema close-up atau makro (foto serangga, mainan atau benda-benda kecil lainnya) menjadi sebuah karya seni (fine art).

Pengasuh workshop ini adalah Pak Eko Adiyanto yang sering dipanggil oleh “Aki” yang sudah sering mendapatkan penghargaan atas karya-karya foto macro-nya yang kreatif dan unik.

Kali ini Aki akan sharing tentang pembuatan makro Art dengan software Photoshop CS6. Peserta wajib membawa laptop pribadi saat mengikuti workshop.

Workshop akan diadakan pada:

Hari Minggu, tanggal 12 Oktober 2014 Pukul 09.00-13.00 WIB
Tempat terbatas untuk 8 peserta saja

Tempat: Jl.KH.Moh.Mansyur (Imam Mahbud) No.8/B-2 Jakarta Pusat 10140 – Lihat Peta

Materi yang akan dipelajari

1. Over cropping (cropping yg tidak merubah ukuran dimensi foto, misal 4288 X 2848 tetap jadi 4288 X 2848

Atas: sebelum over-crop. Bawah: setelah

Atas: sebelum over-crop. Bawah: setelah

2. Merubah tone foto (kontras, ketajaman, warna dan lain lain) agar menjadi lebih indah

Atas: Hasil dari kamera. Bawah: Setelah tonenya diperindah

Atas: Hasil dari kamera. Bawah: Setelah tonenya diperindah

3. Menggabungkan dua foto atau lebih, kemudian di edit dengan beberapa filter dan tool yg ada di software Photoshop ( misalnya : burning, blending, masking, dodging dan lain lain)

Dua foto diatas bisa dijadikan digabungkan dengan foto makro untuk membuat latar belakang baru yang lebih menarik

Dua foto diatas bisa dijadikan digabungkan dengan foto makro untuk membuat latar belakang baru yang lebih menarik

Gambar asli

Gambar asli

Hasil akhir penggabungkan gambar asli dan kedua background

Hasil akhir penggabungkan gambar asli dan kedua background

4. Mengurangi noise (bintik-bintik yang muncul di foto) saat mengunakan setting ISO tinggi.

5. Tip & trik dalam mengedit dengan Photoshop untuk foto makro

Biaya untuk mengikuti Workshop ini Rp 400.000,-

Bagi yang pernah mengikuti kursus/workshop Infofotografi.com sebelumnya Rp. 350.000,-

Info pendaftaran: 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com

Cara Mendaftar

  • Transfer bank atas nama Enche Tjin via Bank BCA: 4081218557 via Bank Mandiri: 1680000667780
  • Konfirmasi melalui e-mail (email: infofotografi@gmail.com), sms atau telepon (085813183069 / 085883006769) dengan menyertakan nama peserta dan nama penyetor.
  • Datang di hari H sesuai dengan jadwal yang tercantum

Ikuti juga workshop macro photography dua hari (praktik indoor & outdoor)


Tour fotografi Sawarna 22-23 Nov 2014

$
0
0

Sudah dua tahun saya tidak mengadakan tour fotografi ke Sawarna karena jalan yang rusak dan penginapan yang kurang memadai. Dalam dua tahun terakhir ini banyak perbaikan baik jalan menuju desa Sawarna dan juga jalan kecil menuju pantai pantainya. Meskipun belum sempurna, tapi sudah cukup baik untuk dikunjungi. Penginapan baru yang nyaman dengan toilet  yang modern juga sudah ada.

Di tour ini kita akan mengunakan jasa dua unit mini bus Big Bird Delta Long Wheel, bisa recylining, dan seat belt, dan yang penting, sudah teruji gesit dan kuat untuk menempuh tanjakan-tanjakan antara Pelabuhan Ratu ke Sawarna.

Di kawasan Sawarna, kita akan mengunakan jasa ojek sepeda motor dan guide lokal supaya tidak membuang waktu, tenaga dan supaya bisa berkonsentrasi dalam memotret.

three-pillar

Karang-karang menahan laju Ombak besar di pantai Tanjung Layar

DSC_8890

Karang Beureum, lokasi yang akan kita kunjungi saat sunrise

DSC_7526

Membekukan ombak yang menerjang karang di pantai Tanjung Layar

Kawasan Sawarna memberikan kesempatan yang luas bagi teman-teman untuk memotret efek alir yang dinamis, baik teknik freeze maupun teknik slow speed. Banyak sudut yang bisa dijelajahi untuk mempraktikkan vision masing-masing tidak peduli kondisi cuaca apapun yang akan kita hadapi. Bila ada kendala teknis fotografi, saya (Enche), Mas Erwin Mulyadi dan Iesan akan senang untuk membantu.

Dalam kesempatan yang baik ini, saya mengajak teman-teman pencinta fotografi untuk hunting foto ke Sawarna dengan acara sebagai berikut:

Itinerary

Hari Sabtu, tanggal 22 November 2014
04.30 WIB Berkumpul di Sarinah, Jakarta, dan berangkat ke Sawarna
12.00 WIB Sampai di penginapan, makan siang
13.00 WIB Foto-foto di pantai Karang Bokor
16.00 WIB Foto sunset di Pantai Taraje
19.00 WIB Makan malam bersama
20.00 WIB Acara bebas, istirahat.

karang-bokor-3

Karang Bokor yang terpencil

Hari Sabtu, tanggal 23 November 2014
04.15 WIB Naik ojek foto sunrise di Lagoon Pari, Karang Beureum
06.45 WIB Naik ojek ke Karang Taraje untuk foto karang dan ombak
09.00 WIB Sarapan di penginapan
10.00 WIB Istirahat / acara bebas
12.00 WIB Makan siang bersama
12.45 WIB Berangkat dengan ojek ke Pantai Tanjung Layar
15.00 WIB Check out dan berangkat pulang ke Jakarta
22.30 WIB Diperkirakan sampai di Jakarta

Sunrise di Lagoon Pari

Sunrise di Lagoon Pari

Biaya Rp. 1.600.000,-
Maksimum 16 peserta

Biaya sudah termasuk

  • Transportasi pp dari Jakarta ke Sawarna
  • Akomodasi satu kamar berisi dua orang
  • Kamar mandi setiap kamar dengan toilet duduk
  • Bimbingan & panduan fotografi oleh Enche Tjin, Erwin Mulyadi & Iesan Liang
  • Biaya ojek dan guide
  • Makan 5X
  • Roti untuk di perjalanan hari pertama
  • Minuman (botol air Aqua)

Belum termasuk

  • Tips supir minimum Rp 20.000 per orang
  • Sewa ojek atau tips porter pribadi diluar dari program tour

Rekomendasi peralatan fotografi khusus : Tripod, filter ND, polarizer (CPL).

Cara Mendaftar

  • Transfer bank atas nama Enche Tjin via Bank BCA: 4081218557 via Bank Mandiri: 1680000667780
  • Konfirmasi melalui e-mail (email: infofotografi@gmail.com), sms atau telepon (085813183069 / 085883006769) dengan menyertakan nama peserta dan nama penyetor.
  • Datang di hari H sesuai dengan jadwal yang tercantum

Bahas lensa fix Nikon berbukaan f/1.8

$
0
0

Selama beberapa tahun terakhir ini, Nikon secara perlahan-lahan dan diam-diam memperbaharui dan melengkapi lensa fix berbukaan besar (f/1.8). Dari sejarah, Nikon memiliki banyak lensa fix berbukaan f/1.8, namun sebagian besar dibuat untuk jaman film, sehingga lensa-lensa tersebut sudah kurang optimal di era kamera digital yang resolusi fotonya 24 MP atau lebih besar lagi.

Lensa dari era film juga tipenya AF-D, tidak ada motor fokus di lensa, sehingga saat dipasang di kamera DSLR Nikon yang pemula, tidak bisa autofokus. Maka itu, Nikon pelan-pelan memperbaharui lensanya. Berawal dari Nikon 50mm f/1.8G yang paling kecil dan paling terjangkau, lalu disusul 28mm, 85mm, 35mm dan yang baru diumumkan di Photokina 2014,  yaitu 20mm f/1.8.

Semua lensanya sudah AF-S, punya motor fokus yang akurat dan tidak berisik. Ukuran lensa tetap kecil dan bobot lensa juga relatif ringan, sebagian besar dibawah 350 gram. Lensa ini juga sudah mencakupi sensor full frame. Lensa-lensa ini seimbang saat dipasang di kamera DSLR Nikon.

nikon-50mm-20mm

Kiri: Lensa Nikon AF-S 50mm f/1.8G. Kanan: Nikon AF-S 20mm f/1.8G. Saat dipasang dengan kamera DSLR Nikon D610 / full frame

Berbeda dengankubu lawan (Canon), pendekatan Nikon ini agak berbeda, Nikon mementingkan bukaan lensa sebesar-besarnya, sedangkan Canon lebih mementingkan fitur Image Stabilization (IS) dan ukuran (lensa pancake) contohnya: Canon EF 40mm f/2.8 pancake, Canon EF-S 24mm f/2.8 pancake, Canon EF 35mm f/2.8 IS dan Canon EF 24mm f/2.8 IS.

Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya, lensa-lensa Nikon lebih baik jika untuk mengejar bokeh (latar belakang blur) dan untuk motret subjek bergerak di kondisi gelap. Sedangkan kalau Canon lebih ideal untuk foto subjek gak bergerak di kondisi gelap (interior, landscape).

Kembali ke topik, dari lensa-lensa koleksi baru ini, jika dinilai ketajamannnya, paling mantap menurut saya adalah Nikon AF-S 85mm f/1.8G, harganya juga tidak terlalu mahal. Untuk 50mm f/1.8G agak kurang tajam kalau dipakai di f/1.8, tapi di f/2.8 cukup tajam. Saya sering membaca review yang bagus juga untuk lensa Nikon 28mm f/1.8 dan 35mm f/1.8 meskipun belum pernah mengujinya. Yang terakhir 20mm f/1.8 harganya paling tinggi, tapi kalau dipasang di kamera full frame, widenya dapat. Lensa yang sangat lebar biasanya harganya agak tinggi.

Lensa-lensa baru ini berbeda dengan lensa AF-D lama Nikon terutama di konstruksinya, yang sekarang tidak ada ring bukaan lensa, dan juga bahannya kebanyakan dari plastik (mountnya tetap logam) untuk menghemat biaya dan membatasi berat lensa. Keduanya merupakan pilihan kompromi yang bijak.

Kedepannya, mungkin masih akan ada dua lensa lagi yang perlu diperbaharui yaitu 105mm dan 135mm.

Bagi pengguna kamera DSLR Nikon beresolusi tinggi yang mencari lensa yang optiknya berkualitas tinggi, tapi tidak ingin yang berat dan terlalu mahal, koleksi lensa Nikon f/1.8 baru bagus untuk dilirik.

Tabel koleksi lensa Nikon f/1.8

nikon-f18

Tips memotret benda berbahan kaca

$
0
0

Ketika kita memotret sebuah benda, sebaiknya kita kenali terlebih dahulu bahan pembuatan benda tersebut. Pada dasarnya ada dua jenis benda dengan bahan yang berbeda sifat ketika terkena cahaya.

Dua sifat benda tersebut adalah:

1. Benda yang mempunyai sifat memantulkan cahaya/reflektif.

2. Benda yang menyerap cahaya.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin berbagi kepada pembaca infofotografi bagaimana cara memotret benda yang bersifat memantulkan cahaya/ reflektif. Untuk tulisan kali ini, saya mengambil contoh benda yang berbahan kaca.

Tips saya Cuma satu ketika kita memotret benda yang berbahan dasar kaca:

Hindari menembak sumber cahaya secara langsung ke arah objek tanpa menggunakan light modifier  seperti softbox.

Lalu bagaimana caranya jika kita tidak mempunyai light modifier?

Jawabannya sederhana saja: gunakanlah bidang pantul yang ada di sekitar objek pemotretan. Kita bisa memanfaatkan tembok putih, kertas putih, kaca, maupun styrofoam.

Arahkanlah sumber cahaya tersebut ke media tersebut. Saya akan lampirkan beberapa contoh foto benda berbahan kaca dengan variasi teknik lighting yang berbeda-beda.

Foto 1

kaca-axl

Pada contoh foto 1, saya menggunakan sumber cahaya berupa 2 buah flash. Satu flash saya arahkan sebagai background light yaitu menembak ke tembok putih yang berada di belakang objek. Sementara 1 flash lagi saya gunakan sebagai main light untuk menembak objek foto dari arah 45 derajat ke kiri. cahaya flash tercutting dengan kaca aquarium sehingga tidak terlalu keras menembak ke objek.

Foto 2

kaca-parfum-1

Pada contoh foto 2, saya menggunakan 1 flash yang saya arahkan ke tembok putih di belakang objek. Saya memanfaatkan mika berwarna biru sebagai diffuser untuk memotong cahaya flash agar tidak terlalu keras sekaligus memberikan efek warna yang menarik.

Foto 3

kaca-gelas

Pada contoh foto 3 saya menggunakan 2 buah flash yang saya tembakkan secara langsung dari belakang objek. Tetapi tentu saja menggunakan 2 lapis kertas minyak serta mika warna orange sebagai diffuser. Sementara 1 flash saya tembakkan dari bawah objek. Saya menggunakan meja kaca untuk pemotretan tersebut, sehingga cahaya flash dari bawah kaca bisa menembus sampai ke objek.

Foto 4

Pada contoh foto 4 saya menggunakan teknik mix lighting antara window lighting dan lampu studio dengan softbox. Window lighting sebagai ambiance light dari sebelah kiri, sementara lampu studio dengan softbox sebagai fill light dari sebelah kanan.

kaca-teh

Foto 5

Pada contoh foto 5 saya menggunakan light modifier berupa strip light dari sisi kiri dan kanan objek. Highlight yang terbentuk pada objek dengan mengikuti lekuk dari objek tersebut adalah efek dari strip light.

kaca-xo

Nah mudah bukan memotret benda yang reflektif? Kreatif adalah kunci utama berfotografi.

Selamat mencoba dan Salam Fotografi!

Albertus Adi Setyo adalah fotografer profesional yang juga mengajar fotografi dengan topik creative flash, dan juga creative water effect

Daftar lengkap DSLR Nikon Full Frame 2014

$
0
0

Nikon boleh jadi adalah produsen kamera DSLR yang punya lini full frame (FX) paling lengkap. Betapa tidak, dari DSLR FX paling basic hingga yang paling canggih ditemui setidaknya ada lima varian. Ini belum mengikutsertakan kamera generasi lama yang juga masih dijual. Sensor full frame yang menjadi jaminan mutu sepertinya jadi alasan Nikon membuat begitu banyak kamera DSLR full frame. Kita akan tinjau apa saja andalan Nikon di kelompok kamera FX ini.

Nikon D610

Di daftar pertama ada kamera Nikon D610 yang dibekali sensor 24 MP dengan bodi yang nyaris seukuran dengan kamera Nikon DX seperti D7100, lengkap dengan built-in flash dan motor fokus di dalam bodi. Walau berada di lini terbawah, D610 punya bodi magnesium, viewfinder 100% coverage dan dual memori slot. Dalam beberapa hal spek D610 memang tergolong ‘biasa’ seperti misalnya ISO maksimum adalah ISO 6400 (meski bisa diangkat sampai ISO 25600), 39 titik fokus dengan 9 cross type, shutter speed maksimum 1/4000 detik dan kecepatan tembak 6 foto per detik. Bisa dibilang D610 adalah DSLR full frame yang dirancang untuk kebutuhan dasar fotografi tapi dengan jaminan hasil foto terbaik.

Nikon D610, pengganti Nikon D600 yang lebih sempurna

Nikon D610

Cocok untuk : hobi fotografi, traveling, enthusiast 

Nikon D750

Di daftar kedua kita akan meninjau kamera kelas menengah Nikon D750 dengan sensor yang juga 24 MP, dan tetap memakai low pass filter. Perbedaan utama dengan D610 adalah pada auto fokusnya, dengan sejumlah 51 titik fokus (15 cross type) disiapkan untuk melacak aksi yang cepat, plus mampu mencari fokus di tempat yang gelap (-3 Ev).Soal kinerja burst termasuk sedang dengan 6,5 foto per detik. Lalu apa yang ingin Nikon tonjolkan dan berbeda dari generasi sebelumnya pada kamera bodi monokok berbahan magnesium alloy dan fiber karbon ini? Yang pasti pertama terlihat beda adalah layar LCD 3,2 yang bisa dilipat ke atas dan ke bawah (walau sayangnya tidak bersistem touch screen). Lalu adanya fitur Wifi juga sebuah nilai plus karena kompetitor sudah pada menyematkan fitur ini di kamera mereka. Peningkatan lain yang tidak terlalu mengejutkan adalah modul dan fitur metering, fitur video, (Auto ISO, power aperture dan bisa simultan rekam ke memori dan HDMI out).

nikon-d750

Nikon D750 dengan layar LCD dilipat ke atas

Beberapa hal di D750 agak disayangkan seperti cuma bisa maksimum shutter  1/4000 detik, tidak ada focus peaking dan eyecup di jendela bidik tidak bebentuk lingkaran.

Cocok untuk : foto liputan, hobi fotografi dan videografi, enthusiast 

Nikon D810

Nikon D810 merupakan DSLR full frame kelas elit dengan resolusi ekstra tinggi 36 MP. Kamera ini seperti pendahulunya D800/D800E ditujukan untuk para profesional yang mencari kualitas hasil terbaik sekaligus detail yang tinggi sampai cetak ukuran ekstra besar. Dari bodinya D810 masih sangat mirip dengan pendahulunya, sedikit lebih ringan dan ada perubahan tata letak tombol tertentu. Layar LCD di D810 masih berukuran 3,2 inci dengan 1,2 juta titik, tapi kini tersusun atas piksel RGBW dan ada split-screen view untuk membantu komposisi. Sensor D810 tanpa Low Pass Filter, sehingga hasil foto bisa lebih tajam walau sebagai resiko akan rentan muncul moire. Sensor di D810 juga bisa diajak untuk main ISO rendah sampai ISO 64, dipadankan dengan prosesor yang sama dengan D4s yang bisa menekan noise, mendukung video 1080p 60 fps dan memotret kontinu hingga 7 fps (di mode DX). Shutter di D810 bermekanisme agak berbeda dengan meniadakan mekanisme buka tutup saat first-curtain, digantikan dengan elektronik shutter sehingga mengurangi getaran dan bunyi.

D810_24_70_front34l.low

Nikon D810, tanpa low pass filter

Nikon D810 menjadi DSLR Nikon yang pertama mengenalkan sistem auto fokus yang bisa memilih opsi group-AF daripada memilih satu diantara 51 titik AF yang ada. Juga disini dikenalkan juga mode metering tambahan yang berguna untuk memotret pemandangan adalah Highlight-weighted metering. Ada juga zebra pattern saat live-view untuk indikasi hihlight yang terlalu terang. Dalam urusan Picture Control, ada pengaturan baru untuk memainkan clarity, pengguna editing Lightroom tentu sudah akrab dengan clarity yang bisa membuat foto jadi lebih muncul detailnya. Juga ada opsi Picture Control baru yaitu ‘Flat’ yang menjaga highlight dan shadow tetap natural saat rekam video.

Nikon D810 memanjakan para perekam video profesional juga, seperti bisa manual eksposur (termasuk mengatur bukaan saat sedang rekam video), ada 60 fps untuk slow motion (walau belum ada 4K, dan memang saat ini belum mendesak untuk itu) dan konektivitas lengkap (mic, headphone dan clean HDMI out).

Cocok untuk : fotografer komersil, videografer pro, fotografer pemandangan

Nikon Df

Nikon merancang satu konsep kamera dengan slogan pure photography, dimana kamera hanya dipakai memotret dan tidak untuk merekam video, dengan nama Nikon Df (Digital fusion). Kamera yang tahan cuaca ini berdesain retro seperti kamera film Nikon FM, dengan pengaturan ISO, shutter dan sebagainya melalui roda dial tersendiri. Kelebihan dari banyaknya tuas dan roda kendali adalah mempermudah kita melihat setting kamera dan mempercepat saat menggantinya. Bagi yang setia dengan Nikon dari jaman film, kamera ini bisa mengakomodir lensa-lensa lama sampai jenis lensa pre-Ai yang diluncurkan pertama kali tahun 1959 yang lalu. Sayangnya tidak ada built-in flash di Nikon Df.

nikon-df

Nikon Df, kamera DSLR berdesain retro klasik

Sensornya memang ‘hanya’ 16 MP tapi bisa mencapai ISO hingga Hi4 (setara ISO 204.800). Modul auto fokus 39 titik sama dengan kamera Nikon D610/D7100/D5300 namun tanpa AF assist light. Kecepatan foto kontinu adalah 5.5 foto per detik. Jendela bidiknya memang besar karena sama dengan jendela bidik Nikon D800. Yang membuat kamera ini menarik bukan karena spesifikasinya, tapi desainnya yang saat ini sedang “in“. Fujifilm dan Olympus yang merancang kamera model lama cukup sukses dengan seri Fuji X dan Olympus OM-D-nya. Ukuran kamera tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dibandingkan dengan kamera DSLR lainnya. Perbedaan utamanya adalah pegangan Nikon Df lebih kecil. Bagi pengguna kamera DSLR di jaman sekarang, mungkin perlu penyesuaian, tapi yang terbiasa mengunakan kamera SLR film, pegangan kamera ini mungkin akan sangat cocok.

Cocok untuk : pemilik lensa-lensa Nikon lama, mereka yang tidak merekam video dengan DSLR

Nikon D4s

Kamera penerus Nikon D4 ini tidak banyak berbeda dari tampak fisik maupun spesifikasi dasarnya. Hadir sebagai kamera flagship DSLR Nikon, D4s memiliki bodi besar dengan verical grip terpadu, dua LCD kecil dan dua joystick. Peningkatan dalam hal prosesor dan ISO terlihat dengan kemampuan ISO hingga 409.600 (Hi4) juga kini kemampuan burst jadi 11 fps. Buffer di kamera ini juga besar sehingga mampu menampung 200 foto JPG kontinu atau 104 foto RAW tanpa henti. Untuk mengikuti tren video terbaru, D4s juga kini bisa merekam video 60p. Desain shutter unitnya berbahan kevlar yang tahan dipakai dan diuji hingga 400 ribu kali jepretan.

Nikon D4s, kamera DSLR untuk profesional

Nikon D4s, kamera DSLR untuk profesional

Cocok untuk : jurnalis, fotografer aksi dan olah raga

Sebagai bonus saya buatkan tabel komparasi fitur antar kamera DSLR Full Frame Nikon : 

Nikon FX compared

* klik tabel diatas untuk tampilan yang lebih besar.

Mempergunakan Smart Preview di Lightroom 5

$
0
0

Hal yang terpenting di Lightroom dalam mengelola dan mengedit foto adalah foto orisinilnya harus tetap terhubung dengan katalognya. Jika tidak terhubung, maka ketika kita mengedit foto, tulisan “Folder could not be found” akan muncul dan di bagian kanan tempat histogram, akan tertulis Photo is missing [kotak merah]. Ini merupakan hal yang paling ditakuti pengguna Lightroom.

folder could not be found1

Kadang kala, foto orisinil kita disimpan di eksternal harddisk dan kita sering berpindah-pindah membawa laptop dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini tentu sangat merepotkan.

Ternyata, LR 5 menjawab masalah ini dengan memberikan fasilitas Smart Preview. Lightroom akan membuat sendiri file Smart Preview yang lebih kecil. Dengan demikian, walaupun foto orisinilnya tidak terhubung, kita masih tetap bisa melakukan pengeditan di modul Develop.

Ada beberapa cara membuat file Smart Preview:

1. Pada saat impor, di bagian kanan Impor dialog ada bagian File Handling. Centanglah kotak Build Smart Previews [kotak merah].
build smart preview import1

2. Jika foto-foto sudah diimpor, pilihlah dari menu Library > Previews > Build Smart Previews [kotak merah].

bulid smart preview library1

3. Smart preview dibuat di menu pada saat ekspor sebagai katalog.
Setelah kita memilih menu File>Export as Catalog, kotak dialog akan muncul. Kita dapat mencentang kotak Build/Include Smart Previews.

build smart preview export 1

Dari ketiga langkah di atas, saya memilih langkah kedua. Setelah itu, muncul kotak dialog yang menanyakan untuk membuat Smart Preview untuk satu foto atau seluruhnya.

build 1 atau smua 1

Setelah selesai prosesnya, kita dapat melihat bahwa foto tersebut ada foto orisinil yang terhubung dan ada juga Smart Preview-nya.

smart preview sudah dibuat1
File Smart Previews akan dibuat dalam satu folder yang sama dengan lokasi katalog kita. Saya menyarankan untuk membuat katalog di di harddisk laptop/PC kita.

folder yg berisi file smart preview1

Jika kita tidak menghubungkan ke foto orisinilnya, kita akan tetap melakukan pekerjaan editing kita dengan Smart Preview.

edit foto smart preview1

Ketika kita menghubungkan kembali ke file orisinilnya, Lightroom akan otomatis mengupdate langkah-langkah editan kita. File dari Smart Preview akan selalu terupdate jika kita mengedit foto dengan terhubung ke foto orisinil.

Semoga dengan adanya fitur ini, kita tidak perlu lagi membawa external harddisk kita kemana-mana.

Selamat mencoba.

————-

Untuk mengikuti workshop belajar editing dan manajemen foto dengan Adobe Lightroom silahkan baca jadwal terbarunya disini.

Tersedia juga buku belajar editing dan manajemen foto yang bisa dipesan di sini atau hubungi 0858 1318 3069 (Penulis Iesan & Enche)

Viewing all 1544 articles
Browse latest View live