Quantcast
Channel: InfoFotografi
Viewing all 1544 articles
Browse latest View live

Olympus OMD EM5 mark II : Lebih kuat stabilizernya dan ada mode super megapixel

$
0
0

Olympus OMD EM5 mark II adalah kamera pembaharuan dari kamera Olympus OMD EM5 yang paling sukses. Teman-teman mungkin bingung, kenapa harus ada mark II, padahal Olympus sudah ada Olympus OMD E-M1 (artikel review disini) dan OM-D E-M10. Apa sih bedanya?

olympus-em5-mk2

Ada perbedaan desain bagian atas kamera. Mk II ini punya lebih banyak tombol yang bisa diprogram. Kamera ini dipasang dengan lensa sapujagat baru 14-150mm f/4-5.6 II

 

Dari ukuran fisik, E-M5 mk II ini berada diantara E-M1 dan E-M10. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Tapi kalau dirasa kurang besar, Olympus menyediakan grip khusus untuk EM5 supaya pegangannya lebih mantap. Dari harga, EM5 mk II juga berada ditengah-tengah yaitu $1099 (Rp 14 juta dengan kurs Rp 12.600).

Keunggulan utama OMD EM-5 mk II dibandingkan dengan EM-1 dan EM-10 adalah:

  1. 5 Axis stabilization yang lebih kuat. Olympus mengklaim bahwa stabilization in lebih bagus 1 stop atau 5 stop stabilization
  2. Ada mode super megapixel yang menghasilkan foto 40 MP
  3. Banyak peningkatan di video, baik kualitas maupun pilihan format dan ukuran

Mari bahas satu-satu. Lima Axis stabilization merupakan teknologi yang pertama kali dikenalkan oleh Olympus OMD E-M5 generasi pertama. Keuntungan 5 axis stabilization adalah saat memotret close-up/makro, saat fokus sangat dekat ke subjek, image stabilization di lensa biasanya kurang efektif meredam gerakan kamera yang sifatnya ke atas-bawah atau ke samping. 5 axis stabilization juga ideal untuk video dan efeknya langsung terlihat di layar LCD/jendela bidik.

Saat ini kita tau bahwa banyak produsen kamera membuat sensor dengan megapixel yang banyak, 24 MP sudah menjadi norma, dan ada juga kamera yang 36 MP, 50 MP dan seterusnya. Untuk format micro four thirds, jika dipaksakan untuk meningkatkan megapixel, maka kualitas foto secara keseluruhan bisa menurun. Maka itu Olympus dan Panasonic sampai saat sekarang cukup konservatif dan bertahan dengan 16 Megapixel. Untuk memenuhi kebutuhan fotografer yang membutuhkan merekam detail lebih banyak dengan jelas, Olympus OMD E-M5 ini dilengkapi dengan mode yang cukup unik, yaitu mengambil 8 foto secara berturut-turut dengan electronic shutter, dan menggabungkannya menjadi satu foto beresolusi tinggi.

Sekilas keliatannya keren, tapi fitur ini membutuhkan beberapa persyaratan supaya hasil fotonya maksimal:

  • Harus di tripod (kamera tidak boleh bergerak saat memotret)
  • ISO tertinggi 1600
  • Shutter speed terlambat adalah 8 detik
  • Bukaan terkecil yang diperkenankan f/8
  • Flash sync maksimum 1/20 detik
  • Objek yang difoto tidak boleh bergerak
  • Fitur HDR, timelapse, art filter dll tidak bisa diaktifkan

Jadi, fitur ini hanya cocok untuk fotografi still life, arsitektur indoor dan subjek lain yang tidak bergerak sama sekali. Jika ada sedikit pergerakan seperti daun yang bergoyang, asap atau pergerakan awan/kabut, maka hasil foto jadi tidak sempurna.

olympus-em5-mk2-splashproof

EM5 mk II tahan cipratan air dan suhu -10 Celcius tapi tidak untuk dicempunglin ke air. Tersedia dalam dua variasi warna (Panda (silver-black) dan hitam.

Olympus OMD E-M5 mk II ini juga mewarisi banyak fitur dari Olympus OMD E-M1, seperti jendela bidik yang lebih detail (2.4 juta titik), shutter speed maksimum 1/8000 detik (+electronic 1/16000 detik), layar lcd putar touchscreen beresolusi tinggi (1 juta titik) dan kualitas gambarnya juga sama.

Lantas, apakah E-M5 mk II lebih bagus dari OMD E-M1? Dalam beberapa sisi seperti video, stabilization, dan electronic shutternya iya, E-M5 mk II menggungguli EM-1, tapi E-M1 masih punya satu keunggulan yang unik, yaitu sensornya punya deteksi fasa (phase detection) yang bekerja lebih baik untuk mengikuti subjek bergerak dan compatible saat mengunakan lensa-lensa DSLR Olympus four thirds jaman dulu.

Melihat keunggulan Olympus OMD E-M5 mk II, saya bisa membayangkan pengumuman ini bakal bikin kesal bagi orang-orang yang baru membeli Olympus OMD E-M1 (diumumkan bulan September 2013). Yang bikin tambah nyesek lagi adalah harga E-M5 mk II ini lebih murah $300 (Rp 3.8 juta dengan kurs Rp 12.600). Tapi memang jika berniat membeli kamera terbaik dari Olympus saat ini, yang terbaik adalah Olympus OMD E-M5 mk II. Kecuali kalau punya banyak koleksi lensa DSLR Olympus lama, maka lebih baik Olympus OMD E-M1.

Spesifikasi Olympus O-MD E-M5 mk II

  • 16 MP Four thirds sensor
  • ISO 200-12800 (bisa di expand ke 100 dan 25600)
  • Maksimum shutter: 1/8000 dan 1/16000 (elektronik) detik
  • 5 Axis stabilization (5 stop)
  • 2.4 juta titik resolusi jendela bidik
  • Layar LCD touchscreen 1 juta titik
  • Kecepatan foto berturut-turut 10 foto per detik.
  • Berat: 469 gram

——-
Infofotografi juga rutin menyelenggarakan kursus fotografi dan tour fotografi. Anda bisa melihat jadwal dan materinya disini.

Bingung memilih kamera dan lensa yang tepat untuk berbagai pemotretan? Buku panduan Smart Guide ini akan membantu.


Tips foto editing Sepia

$
0
0

Sepia adalah salah satu proses foto yang menambahkan tone (warna) ke foto hitam putih untuk memberikan kesan yang lebih hangat. Sejarah sepia ini sudah cukup lama, yaitu dari tahun 1880. Tujuan membuat foto sepia ada dua, pertama adalah supaya foto hitam putih terlihat lebih menarik, kedua adalah sebagai pengawet, karena unsur kimia yang ditambahkan ke dalam foto memperpanjang umur foto.

Di era fotografi digital, foto sepia sudah tidak efektif untuk fungsi pengawet, tapi lebih untuk memberi kesan hangat dan nostalgia. Foto yang cocok dijadikan untuk sepia mirip dengan foto hitam putih (Baca: Kapan hitam putih). Bedanya, kesan foto sepia lebih terkesan jadul, jadi lebih cocok jika isi (content) fotonya jadul pula. Misalnya mobil tua, orang tua, kebudayaan tradisional, bangunan tua.

Selain itu, untuk portrait juga oke, seperti dibawah contoh dibawah ini. Meskipun bukan bertema “tua”, tapi bisa memberikan kesan yang lebih hangat, memberikan kesan pribadi yang lebih ramah dan friendly.

mayanda-fb

Cara proses saya cukup sederhana, yaitu mengunakan Adobe Lightroom (seperti biasa hehe). Langkah pertama adalah mencari preset Sepia yang terletak dipanel sebelah kiri. Kemudian di klik saja.

sepia-preset-lightroom

Jika tidak puas hasilnya, bisa mengatur lagi saturasi dari warna coklatnya di panel Split Toning (bagian kanan layar), dan juga bisa mengatur gelap terang komposisi warnanya lewat panel Black and White Mix. Fokuskan perhatian di bagian Orange (warna kulit) dan warna Magenta/merah (warna lipstik/bibir).
sepia-lightroom-tips

Selamat mencoba.

—-
Bagi yang ingin belajar Adobe Lightroom, dapat melalui workshop satu hari (jadwal disini), atau otodidak dengan membaca dan mengikuti langkah-langkah di buku kursus editing Adobe Lightroom yang saya tulis bersama Iesan.

Model: Mayanda Nabila

Tips editing untuk menghilangkan Moiré

$
0
0

Moiré adalah pola tidak beraturan yang muncul karena detail objek foto tidak bisa diatasi dengan baik oleh sensor gambar kamera. Biasanya Moiré muncul saat kita memotret objek foto yang memiliki pola yang rapat dan berulang-ulang seperti bahan kain atau detail arsitektur dan berbagai produk industri. 5-10 tahun yang lalu, hal ini tidak begitu menjadi masalah karena setiap kamera digital memiliki filter Anti-Alias (AA) atau kadang disebut juga optical low pass filter yang cukup kuat.

Filter tersebut berfungsi untuk mencegah munculnya Moiré, tapi filter tersebut juga ada kekurangan yaitu membuat gambar sedikit lebih blur/tidak tajam secara maksimal. Ada beberapa kamera digital SLR baru yang tidak memiliki filter ini seperti Nikon D800E, D810, Sony A7R, Canon 5DS-R, dengan tujuan untuk mendapatkan ketajaman maksimal.

Selain itu, saya juga pernah membaca bahwa filter AA yang dipasang di kamera DSLR yang baru-baru pada umumnya lebih tipis daripada generasi sebelumnya. Tujuannya supaya hasil fotonya lebih tajam, terutama kamera yang memiliki resolusi tinggi (Megapixelnya banyak). Maka itu, kemunculan Moiré itu kadang tidak terelakan.

Tergantung tingkat keparahannya, Moiré sebenarnya bisa dibetulkan lewat editing. Dalam kasus ini saya mengunakan Adobe Lightroom.

Foto dibawah ini berasal dari foto grup yang biasa kami lakukan setelah pelatihan kursus kilat dasar fotografi dan lighting. Kebetulan ada peserta yang mengenakan kemeja dengan pola yang rapat. Kamera yang saya gunakan ternyata gak bisa mengatasi detail yang sangat rapat sehingga muncul Moiré.

Langkah-langkah editing dengan Adobe Lightroom adalah sebagai berikut:

editing-moire-1

Di modul Develop, klik ikon adjustment brush (kanan atas) dan di bagian Effect, pilih Moiré.

Nanti icon tanda + akan muncul. Klik di bagian baju yang terkena pola Moiré  dan mulailah mengecat bajunya. Gunakan keypad tanda kurung “[” dan “]” untuk membesarkan dan mengecilkan ukuran kuas. Kalau catnya salah, tekan dan tahan tombol “Alt/Option” sampai kuas nya bersimbol -. Selanjutnya cat bagian yang berlebih.

Saat mengecat atau setelah selesai, kita bisa menekan keypad “O” untuk melihat hasil atau tekan sekali lagi untuk melihat daerah yang dicat.

editing-moire-2
Setelah selesai, tekan tombol Done

Dibawah ini perbandingan sebelum dan sesudah.

editing-moire-3

—-
Bagi yang ingin belajar Adobe Lightroom, dapat melalui workshop satu hari (jadwal disini), atau otodidak dengan membaca dan mengikuti langkah-langkah di buku kursus editing Adobe Lightroom yang saya tulis bersama Iesan.

Pilih Canon 760D atau Canon 70D ?

$
0
0

Berikut transkrip video ngobrol-ngobrol saya dengan mas Erwin Mulyadi tentang kamera DSLR Canon 760D dan 70D

Enche : Mas Erwin, saya lagi dilema nih, sekarang, saya ingin beli Canon 70D, kamera yang bisa dibilang cukup canggih, semi pro. Tapi dalam satu minggu terakhir ini saya dengar kabar bahwa sudah diumumkan kamera Canon 760D. Nah ini kan kamera yang sebenarnya ditujukan oleh pemula, tapi kalau dilihat spesifikasi dan bentuk fisiknya sudah mirip-mirip 70D. Dia punya top LCD, roda dial dibelakang, dan beberapa fiturnya juga sama, misalnya autofokus sudah 19 titik. Terus kemudian juga touchscreen dan bisa diputar-putar layarnya, dan yang uniknya lagi prosesornya malah lebih canggih. Prosesornya DIGIC 6, dibanding dengan 70D kan 5+, jadinya 760D itu bisa 24 megapixel dan ISO-nya bisa sampai 25600. Terus yang parahnya lagi, harganya lebih murah 2.5 juta kurang lebih dari 70D. Jadi bagusan ambil 760D atau 70D ?

canon_eos_760d

760d-top

Canon EOS 760D

Erwin : Ya.. Tapi.. Gak seperti itu juga ya, karena yang 70D ini body-nya kita waktu sekilas melihat mirip, body 70D itu sudah lebih kokoh. Bahannya lebih kuat dan weathershield. Kemudian dia punya dial juga lebih besar dibandingkan dengan 760D. Dan kemudian karena bodynya lebih besar, jadi baterainya juga ukurannya lebih besar. Sekali charge, dia bisa dipakai untuk 940 kali foto. Sedangkan 760D itu hanya 440 kali foto saja.

Kalau kita lihat dalamnya, juga ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan yaitu shutter speed maksimum. Kalau shutter speed yang 760, paling tinggi 1/4000 detik. Sedangkan yang 70D bisa sampai 1/8000 detik. Nah ini meskipun bedanya gak begitu banyak, tapi akan kepakai khususnya bagi yang punya lensa yang bukaan besar. Kalaiu kita foto siang-siang, cahayanya banyak, shutternya lebih cepat akan lebih membantu.

Kemudian satu hal lagi yang cukup penting adalah jendela bidik di 70D terbuat dari bahan pentaprisma yang lebih besar dan terang daripada jendela bidik yang ada di 760D.

canon-70d

Canon EOS 70D

Canon EOS 70D

Canon EOS 70D

Enche : Jadi cukup banyak juga perbedaannya ya, kalau kita lebih teliti ya. Wah bagaimana nih mas Erwin, jadi tambah dilema. Bagusan 760D atau 70D?

Erwin : Kalau dilihat dari kualitas foto sama-sama bagus ya, karena sensornya sama-sama APS-C. Tapi kalau kita lihat peruntukannya, yang 70D ini memang lebih untuk yang butuh foto aksi cepat, autofokus cepat, continuous shooting yang cepat. 70D bisa 7 foto per detik, sedangkan 760D bisa 5 foto per detik. Saat live view, Canon 70D punya teknologi dual pixel AF yang lebih cepat autofokusnya. Atau yang butuh shutter speed maksimum cepat 1/8000 detik. Atau bagi yang sering foto outdoor, yang cuacanya gak bisa ditebak.

Tapi untuk yang pingin kamera yang kecil aja, misalnya suka traveling atau mungkin wanita yang ingin kamera yang lebih ringan. 760D lebih cocok sih, karena ia lebih kecil dan lebih ringan. (Canon 70D = 750 gram, Canon 760D = 550 gram).

Enche : Oh gitu ya, wah dilema lagi nih ya, nanti saya pikir-pikir dulu ya.

Erwin : Oke deh

Mengulas singkat kamera medium format Pentax 645Z

$
0
0

Pentax 645Z adalah kamera dengan sensor gambar medium format beresolusi 51.4 MP. Saat diumumkan bulan April tahun 2014 yang lalu, Pentax 645z sempat membuat geger penggemar fotografi profesional / advance, karena harganya yang “cukup” terjangkau untuk kategori sistem kamera medium format. Tentunya kamera ini bukan kamera yang tergolong murah bagi penggemar fotografi. Harga kamera Pentax 645Z body only Rp 108 juta saat saya menulis ini, dan Rp 120 juta dengan lensa 55mm f/2.8. Dibandingkan dengan kamera medium format yang lain, 655z kurang lebih murah sekitar 1/3 dari harga pesaingnya.

pentax-645z-back

Dilihat dari spesifikasinya, Pentax 645z ini juga sangat canggih. Kamera ini dilengkapi dengan layar LCD berukuran 3.2 inci. ISO maksimum 204.800, foto berturut-turut 3 foto per detik, 27 titik autofokus, video 1080/60i. Dan daya tahan shutter telah diuji sampai 100.000 jepret. Seperti kamera Pentax pada umumnya, 645z dirancang untuk tahan berbagai jenis cuaca dan suhu. Untuk memudahkan fotografer studio, tersedia memory card khusus Pentax FluCard yang memungkinkan remote control dan image sharing dari kamera ke smartphone, tablet atau komputer.

Dibandingkan dengan kamera DSLR pada umumnya, Pentax 645Z fisiknya sekitar dua kali lebih besar dan bentuknya kotak. Berat kameranya saja 1.5 kg. Mekanismenya seperti kamera DSLR (punya cermin refleks dan jendela bidik prisma). Jadi saat memotret dengan kamera ini terasa mirip memotret dengan DSLR berukuran Jumbo. Karena ukuran sensor gambar yang 1.7X lebih besar dari kamera DSLR full frame yaitu 33 x 44 mm, maka kualitas gambar yang dihasilkan juga lebih tajam dan depth of field (ruang tajam) lebih tipis.

pentax-645z-vs-ff

Dibandingkan dengan kamera medium format buatan Hasselbad atau Phase One dengan sensor CCD, memang Pentax 645z ini masih dibawahnya. Perbedaan lainnya, Pentax 645Z mengunakan focal plane shutter sehingga membatasi max. sync speed flash menjadi hanya 1/125 detik dibandingkan dengan 1/1600 detik di sistem lensa medium format lainnya. Karena itu, fotografer yang suka motret dengan flash di outdoor mungkin akan kesulitan mengendalikan cahaya ambient (lingkungan).

Lensa-lensa Pentax 645 bisa digunakan. Saat ini tersedia sekitar 16 lensa dari yang sangat lebar sampai telefoto 400mm. Tapi sebagian besar lensa tersebut dari jaman dulu dan tidak begitu optimal saat dipasang di sensor 50MP yang baru. Beberapa lensa yang baru dan modern yaitu Pentax 90mm f/2.8 Macro SR (ekuivalen 70mm di full frame) dengan harga USD4500, dan lensa zoom super lebar 28-45mm f/4.5 SR (ekuivalen 22-36mm) harganya USD5000, dan Pentax 55mm f/2.8 SDM (ekuivalen 43mm) harganya USD1200. Pentax berjanji akan membuat lensa zoom menengah dan telefoto zoom di masa depan.

Kamera Pentax 645Z ini cocok untuk landscape photography dan studio photography. Fotografer yang menyenangi detail, atau depth of field yang sangat tipis dan rendering 3D akan sangat senang dengan Pentax 645Z.

Pentax-645z-weather-shield

Kelebihan Pentax 645Z

  • Kualitas gambar diatas kamera DSLR pada umumnya, dari segi detail dan ketajaman
  • Mudah membuat latar belakang blur dan rendering tiga dimensi
  • Kokoh, tahan air, debu, beku
  • Kinerja relatif cepat untuk kamera medium format
  • 1/3 lebih murah daripada kamera medium format merk lain
  • Kecepatan AF yang cepat di cahaya yang terang (0.1 detik)
  • Layar LCD besar dan bisa diputar atas-bawah
  • Kualitas gambar masih bagus di ISO 3200 dan bisa diterima untuk cetak ukuran kecil sampai dengan ISO 12800

Kekurangan Pentax 645Z

  • Tidak ada built-in Wifi
  • Penyebaran titik autofokus sempit (berkumpul ditengah)
  • Jendela bidik cakupannya hanya 98%
  • Keterbatasan koleksi lensa
  • Cukup berat dan ukuran relatif besar
  • Max sync speed 1/125 detik karena mengunakan focal plane shutter
  • Kecepatan autofokus di tempat gelap agak lambat (0.6 detik)

Spesifikasi utama Pentax 645Z

  • Sensor medium format 645 CMOS (43.8 x 32.8 mm)
  • Resolusi foto 51.4 MP
  • ISO 100-204800
  • Layar LCD 3.2 inci
  • Autofokus 27 titik, 25nya cross type, EV-3 s/d 18
  • Max shutter speed 1/4000 detik
  • Max sync speed: 1/125 detik
  • Berat: 1550 gram
  • Dimensi: 156 mm X 117 mm X 123 mm

Hasil gambar kamera ini bisa dilihat di situs resmi Ricoh-Pentax di sini.

pentax 645z cut half

Liputan Tour Bukittinggi Februari 2015

$
0
0

Tur fotografi ke Sumatera Barat khususnya ke Bukittinggi dan Payakumbuh yang diikuti sebanyak 17 peserta telah berlangsung dengan lancar. Dalam tur ini peserta diajak berkeliling menikmati keindahan alam di bumi minang yang dihiasi pegunungan, sawah dan tebing tinggi menjulang. Tur dimulai dari bandara Minangkabau menuju Payakumbuh untuk memotret lembah Harau, sambil berhenti di beberapa spot untuk menikmati kuliner seperti sate padang dan memotret air terjun Lembah Anai. Cuaca yang baik membuat agenda foto-foto hari pertama berjalan lancar, hingga tak terasa sore sudah menjelang dan waktunya melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. Di Bukittinggi yang berhawa sejuk, rombongan menghabiskan malam minggu di pusat kota dengan ikon Jam Gadang yang khas.

Sate Padang

Kuliner khas Padang : sate padang

Peserta tur

Peserta Tur

Foto lembah Harau

Asyik memotret Lembah Harau

Di hari kedua pagi-pagi sekali peserta tur sudah harus berangkat mengejar sunrise di Puncak Lawang. Setibanya di lokasi yang dituju, tebalnya kabut dan dinginnya udara pagi menyambut kami yang hendak memotret sunrise. Tak lama akhirnya matahari pagi pun muncul di sela-sela pohon pinus dan kesempatan ini tak disia-siakan peserta untuk diabadikan. Cukup pekatnya kabut membuat kami saat itu tidak bisa melihat indahnya danau Maninjau dari puncak Lawang, tapi kami melanjutkan perjalanan mendekati kelok 44 untuk mencari spot lain yang bisa melihat view Maninjau. Setelah menemukan spot yang dimaksud, peserta pun dengan antusias memotret danau Maninjau dan bukit-bukit disekelilingnya.

Puncak Lawang

Masih berkabut di Puncak Lawang

Matahari terbit diantara pohon pinus

Matahari terbit diantara pohon pinus

Memotret Maninjau

Memotret Maninjau dari gardu pandang

Siang hari selepas check-out dari penginapan, peserta melanjutkan perjalanan menuju sebuah spot motret sekaligus tempat makan yang unik di dekat ngarai Sianok. Disini peserta bisa makan siang sambil berkeliling mencari obyek foto yang menarik. Di tempat ini juga menjadi tempat kami berfoto bersama.

Foto Peserta Tur

Peserta tur fotografi Bukittinggi

Tak terasa waktu sudah semakin sore, kamipun akhirnya harus meninggalkan kota Bukittinggi dan kembali ke arah kota Padang. Di perjalanan, oleh-oleh khas Padang diborong oleh peserta seperti kripik balado dan snack lainnya. Setiba di dekat bandara, karena penerbangan kami masih agak lama, kami menyempatkan singgah ke pantai Pasir Jambak untuk memotret sunset. Puas mengambil foto sunset, akhirnya kami kembali ke bandara untuk kembali ke kota tujuan masing-masing.

Pantai Pasir Jambak

Menunggu sunset

Sunset

Sunset di pantai Pasir Jambak

Terima kasih untuk seluruh peserta, semoga puas dengan turnya dan sampai bertemu di tur-tur kami yang lain..

Workshop street photography & HI : Sunda kelapa & Kampung Batik Jakarta

$
0
0

Jakarta sebagai ibu kota Negara memang menyimpan banyak kisah dan cerita. Setiap sisi dan sudutnya mempunyai keunikan cerita masing-masing. Workshop Street Fotografi & Human Interest kali ini akan mengunjungi pelabuhan Sunda Kelapa, dilanjutkan dengan naik perahu menuju ke Kampung Luar Batang. Kampung yang mulai dibangun tahun 1630 an ini adalah kampung tertua di Jakarta (dulu Batavia).

Kampung ini berdiri karena aturan ketat VOC waktu itu yang memberlakukan pemeriksaan ketat terhadap tukang perahu local ketika hendak memasuki pelabuhan VOC. Area pelabuhan VOC tidak mengijinkan tukang perahu local untuk masuk di malam hari, VOC memberi patok batang kayu untuk menjadi batas penanda area. Banyaknya nelayan yang datang di malam hari dan belum boleh memasuki area pelabuhan VOC, membuat mereka membangun bengunan semi permanen untuk tempat tinggal, inilah yang melatar belakangi munculnya kampung Luar Batang.

kampung-luar-batang-jakarta

kucing-luar-batang

Setelah menyusuri Kampung Luar Batang, kita menuju ke Kampung Batik Palbatu yang berada di daerah Tebet, Menteng Dalam. Kawasan edukasi batik yang memberdayakan masyarakat sekitar ini memang bukanlah kampung yang memiliki sejarah panjang dalam industry batik seperti kampung Batik di Laweyan Solo. Tetapi tempat ini mempunyai keunikan tersendiri karena berdiri di tengah kepadatan Jakarta. Masyarakat Jakarta yang cenderung berpikir praktis, ternyata mau juga untuk belajar membatik yang notabene membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Di tempat ini kita bisa melihat ibu-ibu dan anak-anak antusias membatik.

adi-kampung-pelbatu-1

adi-kampung-pelbatu-2

adi-kampung-pelbatu-3

adi-kampung-pelbatu-4

Jadwal acara
Hari Minggu, 15 Maret 2015 – 13.00-16.00 WIB – Dalam acara perbekalan ini, Adi akan mengulas singkat tentang sapa saja yang perlu diperhatikan dalam street photography dan membuka wawasan peserta tentang berbagai gaya komposisi dan teknik street photography.

Hari Sabtu, 21 Maret 2015 – Bertemu di Tempat pelatihan Infofotografi. Jl. Moch. Mansyur No. 8B2 Jakarta Pusat pukul 05.30 WIB lalu berangkat bersama-sama ke lokasi sampai selesai hunting, kemudian sorenya kembali ke Tempat pelatihan Infofotografi untuk makan, dan review bahas foto.

Pembimbing: Albertus Adi Setyo
Biaya untuk mengikuti workshop: Rp 495.000 per orang
Maksimum 8 peserta saja

Biaya sudah termasuk
Makan siang di tanggal 21 Maret
transportasi ke dua lokasi, dan biaya sewa perahu di Sunda Kelapa

Cara mendaftar
1. Hubungi 0858 1318-3069 atau infofotografi@gmail.com
2. Transfer biaya ke BCA 4081218557 atau Mandiri 1680000667780 atas nama Enche Tjin
3. Datang di hari H sesuai dijadwalkan

Dilema: Lensa makro atau lensa fix telefoto?

$
0
0

Lensa makro punya keunggulan bisa fokus dekat, sehingga cocok untuk foto benda-benda yang kecil, tapi juga bisa fokus ke jarak yang jauh/tak terhingga sehingga bisa juga dipakai untuk foto portrait manusia, bahkan pemandangan. Nah dilemanya, selain lensa makro, ada juga lensa yang mirip, tapi tidak bisa fokus dekat.

Contoh:

  • Canon EF 85mm f/1.8 atau Tamron 90mm f/2.8 Macro ?
  • Nikon AF-S 85mm f/1.8G atau Nikon AF-S 85mm f/3.5 DX Macro ?
  • Olympus 45mm f/1.8 atau Panasonic Leica 45mm f/2.8 Macro ?
  • Fujifilm 56mm f/1.2 atau Fujifilm 60mm f/2.4 Macro ?
  • Sony E 35mm f/1.8 OSS Macro atau Sony 30mm f/2.8 Macro ?
  • Canon EF 100mm f/2 atau Carl Zeiss 100mm f/2 Macro ?
  • dan seterusnya…

Kalau bicara soal harga, sebagian besar lensa makro lebih tinggi harganya, tapi kadang bisa terjadi sebaliknya. Sebaiknya yang mana ya? Sekilas, lebih menguntungkan lensa makro, karena bisa multi fungsi, tapi kalau pendapat saya pribadi, saya lebih suka punya keduanya, karena masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya.

tamron-90mm-makro

Tamron 90mm f/2.8 Makro. Terkenal karena tajam dan terjangkau

Kekurangan lensa makro biasanya autofokusnya lebih lambat, karena focus throw-nya lebih panjang, dari jarak dekat sampai tak terhingga. Lensa makro biasanya memiliki bukaan maksimum yang lebih kecil (f/2.8 atau lebih kecil lagi saat mendekat ke objek foto). Ukuran lensa makro juga biasanya lebih panjang.

Kualitas ketajaman sebagian besar lensa makro juga bisa berbeda dengan lensa biasa. Kebanyakan lensa makro dirancang untuk foto jarak dekat. Untuk fokus objek yang dekat, kualitasnya bisa sangat baik, tapi kalau fokus jarak jauh, kualitasnya tidak setajam saat fokus jarak dekat.

Fuji 56mm f/1.2 - lensa spesialis portrait

Fuji 56mm f/1.2  Lensa spesialis portrait

Bagi yang budgetnya terbatas, lensa makro memang lebih menguntungkan, karena bisa digunakan untuk foto makro/close-up dan juga foto yang lain. Tapi jika lebih sering motret portrait, foto low light, maka lensa fix lebih bagus untuk digunakan. Blur latar belakang yang dihasilkan lensa akan lebih maksimal dan sekaligus menyerap lebih banyak cahaya.

Anda sendiri pilih yang mana?


Kamera megapixel tinggi, sebuah keuntungan atau malah jadi kendala?

$
0
0

Belum lama ini hadir kamera-kamera baru dengan ukuran megapiksel yang membuat sejarah, seperti Samsung NX1 dengan sensor 28 MP dan Canon EOS 5DS dengan sensor 50 MP. Nikon dan Sony juga seolah sudah ‘nyaman’ dengan berbagai produk terkini yang dibekali sensor 24 hingga 36 MP. Anda yang masih pakai kamera lama dengan resolusi sensor 10 atau 12 MP mungkin jadi merasa ‘ketinggalan jaman’ dan kurang pede dengan keadaan sekarang. Padahal saya ingat dulu kamera 2 hingga 5 MP adalah hal yang umum, dan 8 hingga 10 MP adalah sesuatu yang mewah.

sony-nex-7-24mp-camera

Kamera dengan sensor 24,3 MP

Banyak yang bertanya-tanya apakah memang kita butuh kamera dengan megapiksel sebanyak itu. Untuk menjawabnya memang tidak bisa sekedar ya atau tidak, tapi butuh pemahaman lebih dulu tentang megapiksel dan hubungannya dengan kualitas foto. Satu hal yang pasti, megapiksel akan berhubungan langsung dengan seberapa besar ukuran foto kita kalau dicetak. Sedangkan kualitas foto pada dasarnya ditentukan dari banyak faktor, seperti ukuran sensornya, kualitas lensa dan juga megapiksel itu sendiri (banyaknya piksel akan menentukan seberapa banyak detail yang bisa ditangkap oleh kamera kita).

Saat kita hanya melihat foto di monitor komputer, anggaplah resolusi monitornya 1600 x 1200 piksel (2 MP), maka foto yang ukurannya lebih dari 2 MP akan ditampilkan dalam keadaan resize / downsize ke 2 MP. Jadi tidak ada bedanya kamera 2 MP, 10 MP atau bahkan 50 MP saat sama-sama dilihat secara utuh di monitor. Bedanya baru akan terlihat saat kita magnify / zoom foto tersebut, dengan megapiksel yang banyak kita masih bisa zoom-in sampai terlihat detailnya. Hal ini biasanya dipakai untuk kebutuhan cropping foto.

Detail dan crop dari Sensor 20 MP

Detail dan crop dari Sensor 20 MP

Lalu bila saat ini kita sudah punya kamera dengan megapiksel yang banyak, bagaimana menyikapinya?

Pertama dari sisi keuntungan maka kita bisa dapatkan detail yang sangat banyak dari sebuah foto, baik itu untuk dicetak besar ataupun di crop seperti yang sudah dijelaskan di atas. Tapi konsekuensi dari banyaknya piksel akan berdampak pada besarnya ukuran file gambar (megabyte-MB). Padahal ukuran file inilah yang menentukan banyaknya foto yang bisa disimpan di kartu memori. Hal ini akan jadi kendala bila kartu memori kita kapasitasnya terbatas. Maka itu di kamera ada pilihan apakah mau menyimpan foto dalam ukuran maksimal atau diperkecil. Misal Large (18 MP), Medium (10 MP) dan Small (6 MP). Pilihlah ukuran yang sesuai kebutuhan dan rencana cetak nantinya.

Image q canon

Hal lain yang perlu diingat bahwa apabila kita punya kamera dengan sensor diatas 18 MP (misal 20 MP, 24 MP, 28 MP dst) maka secara teknik akan lebih mudah mengalami difraksi lensa, walaupun bukaan lensa yang dipilih tidak terlalu kecil. Untuk ukuran sensor APS-C misalnya, resolusi 12 MP umumnya batas aman difraksi ada di bukaan f/13, tapi untuk sensor 24 MP batas amannya ada di f/8 (lebih kecil dari f/8 sudah mengalami difraksi dan hasil foto mulai menjadi soft). Jadi pilihlah bukaan lensa dengan lebih bijak saat sensor kamera kita diatas 18 MP. Hal lain yang perlu diperhatikan saat memotret dengan megapiksel tinggi adalah foto lebih rentan blur akibat handshake, jadi untuk lebih amannya, gunakan shutter speed lebih cepat atau gunakan tripod.

img-03-02

Ada satu hal penting lain tentang megapiksel yang kerap luput dari perhatian kita, dan menurut saya inilah yang paling menyebalkan, adalah tidak banyak lensa yang dirancang untuk mampu mengimbangi tingginya megapiksel sensor modern. Dengan kata lain, kebanyakan lensa yang ada saat ini belum mampu untuk menangkap detil ketajaman sensor seperti 24 MP, apalagi 50 MP. Kalaupun dipaksakan maka hasil fotonya tidak akan tajam maksimal. Kita perlu cek lagi setiap lensa yang kita punya, berapa kemampuan optimalnya untuk me-resolve detail dari sensor. Salah satu acuan untuk melihat resolving power lensa adalah situs DxO mark.

Jadi kesimpulannya, foto yang bagus memang tidak harus diambil dengan megapiksel yang sangat tinggi. Dulu saat kamera hanya sekitar 5 MP pun banyak foto bagus yang bisa didapatkan. Keuntungan foto dengan lebih banyak piksel adalah ukuran cetak yang lebih besar, dan detail yang lebih banyak (khususnya bila didukung oleh lensa yang sepadan). Saat kamera kita sudah punya sensor dengan megapiksel tinggi, kita tetap bisa memutuskan apakah mau merekam foto dengan resolusi tertingginya, atau menurunkan ukurannya bila perlu. Kita juga perlu memperbaiki teknik memotret supaya foto tetap tajam, terhindar dari difraksi maupun blur karena getaran tangan. Dalam jangka panjang baiknya juga mulai mempertimbangkan upgrade ke lensa-lensa yang ekstra tajam sehingga detail foto yang didapat lebih maksimal.

——————————–

Untuk belajar mengenal setting kamera, ikuti kelas kupas tuntas kamera digital. Minggu, 8 Maret 2015 jam 13.00-selesai.

Untuk belajar teknik fotografi lanjutan, ikuti kelas mastering teknik dan art. Sabtu-Minggu, 28-29 Maret 2015 jam 10.00-selesai.

Keuntungan tripod carbon fiber dibandingkan tripod alumunium

$
0
0

Mungkin hal yang paling jarang dibahas adalah tripod. Padahal ketajaman foto sangat tergantung dari tripod. Bahan kaki tripod menentukan kestabilan kamera dan lensa yang diletakkan diatasnya. Dahulu, bahan kaki tripod bermacam-macam, ada yang dari kayu, besi, alumunium dan di sekitar tahun 1990-an mulai muncul tripod dengan bahan carbon fiber. Mengunakan tripod berbahan carbon fiber merupakan prestige tersendiri, bukan hanya karena harganya lebih tinggi, tapi juga memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan alumunium.

tripod-kayu

Tripod bahan kayu

Alumunium dengan ukuran sama lebih berat dari carbon fiber karena alumunium lebih padat. Kepadatan Alumunium adalah 2.7 gram per cubic centimeter, sedangkan carbon fiber hanya 1.6 gram per centimeter. Sehingga dengan berat yang sama, tripod berbahan carbon fiber lebih kokoh.

Sayangnya, tidak semua bagian dari tripod bisa digantikan dengan carbon fiber. Kita hanya bisa menghemat berat dari tabung kaki tripod saja. Sedangkan banyak bagian lain masih terbuat dari logam aluminium, magnesium alloy atau plastik.

Saya biasanya tidak merekomendasikan tripod yang sebagian besar dari plastik atau logam tipis, karena mudah sekali penyok dan tidak kokoh. Sebagian tripod yang berkualitas mengunakan logam magnesium alloy yang memiliki sifat kokoh dan tidak begitu berat.

Untuk tripod dengan kapasitas yang sama, perbedaan total berat antara tripod alumunium dan carbon fiber sebenarnya tidak banyak, yaitu sekitar setengah sampai satu kilogram. Tapi jika fotografi yang disukai adalah landscape yang membutuhkan hiking dan membawa peralatan kamera, lensa sendiri, maka 1/2 – 1 kg lebih ringan itu akan sangat membantu.

Lapisan bahan kaki tripod berbahan carbon fiber

Lapisan bahan kaki tripod berbahan carbon fiber

Kelebihan carbon fiber tidak hanya lebih ringan, tapi juga bukan konduktor getaran yang bagus dibandingkan dengan logam. Coba perhatikan alat musik seperti lonceng dan gong, materinya dari logam supaya bisa bergetar dan memunculkan bunyi. Carbon fiber tidak menghantarkan getaran. Jadi jika di bagian bawah carbon fiber, ada getaran misalnya dari air, angin atau lainnya, getaran tersebut kemungkinan besar tidak sampai ke kepala tripod dan kamera.

Salah satu kelebihan yang jarang dibahas tentang tripod carbon fiber adalah tentang ketahanannya terhadap cuaca dingin. Kaki tripod carbon fiber tidak dingin seperti alumunium saat hunting foto di tempat yang dingin.

Mengapa tidak membeli tripod Carbon Fiber saja kalau kelebihannya banyak? Masalahnya adalah harga. Harga tripod Carbon Fiber biasanya dua sampai tiga kali lebih mahal daripada harga tripod alumunium atau bahan yang lain.

Sebagai info, tidak semua tripod yang dilabelin Carbon Fiber itu memiliki standar kualitas yang tinggi. Ada yang sekilas mirip Carbon fiber, tapi sebenarnya merupakan campuran Carbon Fiber dan Magnesium atau bahan lainnya. Pabrik biasanya membuat tripod seperti itu supaya harganya bisa lebih terjangkau.

Ringkasnya, tripod Carbon fiber memiliki kelebihan, tapi apakah pantas dengan harga lebih tinggi? Tentunya ini kembali ke masing-masing. Apakah kelebihan tersebut penting? Misalnya, jika kebanyakan foto indoor, dan tidak banyak berpindah tempat, tentunya tripod berbahan alumunium sudah cukup bagus. Jika sering foto outdoor, tripod berbahan carbon fiber memberikan keuntungan yang lebih banyak.

Panduan memilih tripod bisa dibaca disini.

————–

Membutuhkan tripod yang berkualitas untuk berbagai jenis fotografi? Coba lihat-lihat di toko kami atau hub 0858 1318 3069 / infofotografi@gmail.com untuk konsultasi.

 

Membatasi penyebaran cahaya dalam foto portrait

$
0
0

Kebanyakan fotografer pemula takut dengan kehadiran bayangan apalagi bayangan yang gelap saat foto portrait. Maka itu, pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana cara supaya bayangannya hilang. Sebenarnya tidak sulit menghilangkan bayangan, misalnya dengan cara menambahkan lampu untuk menyinari daerah bayangan. Tapi seringkali bayangan itu perlu atau sengaja dibuat untuk membuat foto lebih bagus.

Pada foto portrait pada umumnya, kita bisa mengunakan bayangan untuk menutupi bagian yang kurang menarik, misalnya wajah yang terlalu bundar/chubby, lengan yang terlalu besar, dan lemak diperut tanpa perlu editing di Photoshop untuk membentuk kembali wajah dan badan.

Konsep pentingnya adalah membatasi cahaya ke model foto, dengan mengunakan pembentuk cahaya (light shaper/modifier) tertentu yang menyempitkan penyebaran cahaya. Contohnya: standard reflector + honeycomb grid, snoot, strip softbox. Bagi yang suka mengunakan available light/matahari, juga bisa dengan memblokir arah sinar dengan “flag” seperti karton/reflector hitam, atau mengunakan jendela dan cahaya dibatasi dengan menutup-buka tirai.

low-key-portrait-pier-paola

Foto diatas dibuat dengan mengunakan lampu studio/flash dengan light modifier standard reflector + honeycomb seperti gambar di sebelah kanan. Hasil foto menunjukkan bahwa hanya bagian wajah saja yang mendapat penerangan yang cukup terang, dan semakin ke tepi foto, cahaya semakin gelap/hitam.

Dengan teknik lighting seperti diatas (sering disebut dengan teknik low-key), maka pemirsa foto akan lebih fokus ke wajah dan ekspresi model daripada background dan fashionnya. Di dalam fotografi, mengurangi dan membatasi penyebaran cahaya tidak kalah penting dibandingkan dengan menambahkan dan menyebarkan cahaya.

—–
Infofotografi sering mengadakan workshop creative lighting studio dengan lampu flash, jika berminat bisa melihat jadwal disini dan mendaftar. Tempat terbatas, maksimum hanya 8 peserta saja.

Buku Lighting itu Mudah! Karangan saya tentang teknik lighting juga masih tersedia, dan bisa dipesan via 0858 1318 3069 atau di toko ranafotovideo.com

Model : Pier Paola

Adu fitur flash Shanny SN600C vs Canon 430EX II

$
0
0

Lampu kilat (flash) eksternal adalah salah satu aksesori lighting fotografi yang praktis dan punya dampak besar dalam hasil foto yang didapat. Aksesori ini layak dipertimbangkan bila kita merasa flash built-in di kamera tenaganya kurang kuat, ataupun tidak bisa diarahkan ke atas (bounced). Flash eksternal yang lebih canggih bahkan punya fitur lanjutan seperti bisa TTL, ada zoom head, High Sync Speed dan Multi flash. Sayangnya flash eksternal yang berkekuatan besar dan sarat fitur harganya memang cenderung tinggi. Maka itu mulai banyak dijumpai produk flash eksternal pihak ketiga yang membuat flash eksternal dengan harga lebih bersahabat.

Kali ini kita akan membandingkan fitur antara dua flash kelas ekonomis yaitu Shanny SN600C (didesain kompatibel dengan kamera Canon) dan flash Canon Speedlite 430EX II. Kedua flash ini merupakan flash eksternal ukuran standar dengan tenaga dari 4 baterai AA, bisa di putar (untuk bounce) dan tentunya kompatibel dengan bodi Canon (on-camera E-TTL). Keduanya juga sudah dilengkapi dengan AF assist light untuk membantu kamera mencari fokus, sebuah fitur penting di kamera Canon karena tidak ada lampu AF assist di bodinya.

shanny-sn600c

Shanny SN600C – Kuat dan kaya fitur

Kita akan tinjau perbandingan kedua fitur flash ini. Sebagai flash yang dibuat oleh Canon, Speedlite 430EX II tentu dirancang untuk kompatibel dengan bodi Canon saat ini maupun yang akan datang. Ukurannya yang cukup kecil dan ringan juga menjadi daya tarik saat kita bepergian dan tidak ingin bawa gear yang terlalu berat. Di lain pihak bentuk dan ukuran flash Shanny lebih besar, sepintas dimensinya mirip dengan Speedlite 600EX.

Saat meninjau kinerja secara umum, saya temui Shanny SN600C punya keunggulan pada kekuatan flash yang lebih besar (GN60 vs GN43) dan waktu recycle yang lebih cepat (kurang dari 2.5 detik). Dari sisi kemampuan zoom head, kedua flash memang sama-sama bisa mengikuti zoom lensa. Hanya saja Canon 430EX II punya rentang zoom yang lebih terbatas yaitu 24-105mm, sedangkan Shanny SN600C bisa zoom 20-200mm.

Canon 430EX-ii, lebih kecil & bisa TTL saat di posisi Optical Slave

Canon 430EX-ii, lebih kecil & bisa TTL saat di posisi Optical Slave

Perbedaan lainnya yang bisa ditemui adalah adanya beberapa fitur unggulan yang justru dijumpai di Shanny SN600C tapi tidak ada di Canon 430EX II, diantaranya kemampuan multi flash, ada colokan PC port dan external battery pack. Canon 430EX II juga tidak menyediakan reflector card di bagian atas flashnya.

Bicara soal kemampuan wireless flash, kedua flash ini bisa dikendalikan secara wireless tanpa perlu tambahan trigger. Tapi agak berbeda dengan sistem slave di Canon 430EX II yang bisa dipicu secara E-TTL melalui wireless optik, pada Shanny SN600C hanya bisa diatur kekuatannya secara manual. Jadi saat memakai SN600C di mode Optical slave, pengaturan kekuatan flash diatur di menu kamera dengan memilih mode M. Walau demikian Shanny SN600C juga punya keunggulan yaitu bisa menjadi manual slave (S1/S2) sedangkan Canon 430EX II tidak ada fitur manual slave (S1/S2). Sebagai info, manual slave adalah sistem trigger sederhana yang membuat flash akan ikut menyala saat ada flash lain yang menyala.

Perbedaan fitur dalam bentuk tabel :

————————

Bagi yang membutuhkan flash Shanny, bisa menghubungi kami di 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com. Bisa juga memesan lewat toko ranafotovideo.com

Nikon diam-diam luncurkan Nikon D7200, apa kehebatannya?

$
0
0

Tanggal 2 Maret 2015 yang lalu, Nikon mengumumkan kamera DSLR baru bersensor APS-C yaitu Nikon D7200. Kamera ini diumumkan tanpa hingar bingar dan ada kesan kamera ini tidak begitu penting karena D7200 diumumkan setelah pameran besar fotografi CP+ di Jepang.

nikon-d7200-18-140mm

Entah karena terlambat, tapi menurut saya, kemungkinan besar timing pengumuman setelah pameran besar disengaja oleh Nikon, mungkin supaya tidak harus bersaing dengan kamera baru lainnya yang lebih menarik di acara pameran tersebut.

Sekilas saya perhatikan saat saya berada di hotel Kunming dalam rangka tour fotografi, Nikon D7200 tidak menawarkan sesuatu yang baru/inovatif. Saya mendapatkan kesan D7200 hanya merupakan penyempurnaan/perbaikan dari Nikon D7100. Secara desain body D7200 sangat mirip dengan Nikon D7100 maupun pendahulunya Nikon D7000.

Perbaikan utama terletak dari kapasitas buffer yang lebih lapang. Perbaikan ini memungkinkan fotografer untuk memotret berturut-turut dengan RAW sebanyak 18 foto, dan 100 foto format JPG sebelum buffer penuh. Kapasitas ini lebih baik daripada D7100 yang hanya dapat menampung 6 foto RAW dan 50 foto JPG. Fotografer aksi dan liputan akan sangat senang dengan peningkatan ini.

Selain itu, sistem autofokus juga ditingkatkan ke versi II, yang mampu autofocus di tempat yang sangat gelap (EV -3) seperti kamera Nikon D750. Sistem autofokus generasi kedua ini lebih cepat dari Nikon D810 dan tentunya D610.

Salah satu fitur yang penting di era sekarang yaitu sharing foto. Nikon D7200 memiliki built-in Wifi dan NFC yang memudahkan untuk hal tersebut. Dengan adanya Wifi, kita juga bisa mengendalikan kamera secara remote.

Sayangnya, kamera ini tidak memiliki layar putar seperti D750 yang digosipkan sebelumnya. Juga tidak ada fitur touchscreen seperti kamera Nikon D5500 yang lebih ditujukan kepada fotografer pemula.

Secara umum, Nikon D7200 adalah kamera yang mumpuni untuk kegiatan fotografi yang sifatnya hobi atau profesional, terutama untuk fotografi liputan dan aksi. Posisi Nikon D7200 adalah diatas Canon 70D dan dibawah Canon 7D mk II.

Nikon D7200 ini cocok bagi yang saat ini mengunakan kamera DSLR pemula, tapi ingin upgrade ke kamera yang lebih tangguh dan profesional tanpa mengeluarkan terlalu banyak uang, karena harga Nikon D7200 cukup kompetitif yaitu sekitar Rp 13 juta dan 17 juta dengan lensa Nikon AF-S 18-140mm f/3.5-5.6.

Spesifikasi utama Nikon D7200

  • 24 MP APS-C sensor, tanpa AA filter, buatan Sony
  • Procesor Expeed 4
  • Shutter maksimum 1/8000 detik
  • ISO 100-25600, dan 51200, 102400 hitam putih
  • 51 AF points, up to -3 EV
  • Kecepatan foto berturut-turut 6 fps dan 7 fps di mode crop
  • Buffer 18 RAW, 100 JPG
  • Video 1080/60p 1.3x crop mode
  • Picture control Flat untuk memudahkan video editing
  • Timelapse program
  • Layar LCD 3.2 inci, 1.2 juta titik RGWB
  • Wifi dan NFC
  • Dua slot SD card
  • Magnesium alloy dan weathersealed
  • Berat: sekitar 760 gram (kamera+baterai+memory card)
  • Harga: 13 juta body only, 17 juta dengan lensa kit

Tour fotografi Vietnam Ho Chi Minh (Saigon) & Hoi An – 16-20 Mei 2015

$
0
0

Vietnam merupakan negara yang sedang berkembang di Asia Tenggara yang memiliki sejarah yang cukup panjang dan karakter yang khas. Di tour kali ini, saya akan mengajak teman teman penggemar fotografi dan traveling untuk mengunjungi beberapa tempat yang menarik antara lain kota bersejarah Ho Chi Minh City dan Hoi An. Tour ini sangat cocok bagi yang menyukai foto travel, budaya, sejarah, human interest, dan arsitektur.

Highlight:

Ho Chi Minh City (dulunya namanya Saigon) merupakan kota terbesar di Vietnam dengan populasi sekitar 8 juta penduduk (sensus 2014). Di jaman kolonial, kota Saigon adalah ibukota kolonial Perancis untuk kawasan Indochina (Vietnam, Kamboja, dan Laos), maka itu banyak arsitektur bergaya Perancis di kota ini. Kita akan melakukan mini city tour mengunjungi daerah kota lama dengan arsitektur ala Perancis yang megah. Beberapa tempat yang kita lewati adalah: Gereja Notre Dam, Opera Theatre, Central Post Office, dan Reunification Palace.

 

Katedral Notre Dam, Saigon/Ho Chi Minh

Katedral Notre Dam, Saigon/Ho Chi Minh

Hoi An : Kota tua pelabuhan ini tercatat sebagai daftar UNESCO heritage site Arsitektur kota ini masih dipertahankan seperti ratusan tahun yang lalu, dan dilalui oleh sebuah sungai dan sangat menarik untuk dikunjungi dan untuk kegiatan fotografi. Foto-foto Hoi An dan sekitarnya bisa dilihat disini.

oleh Nic Saigon

Hoi An di sore hari oleh Nic Saigon

My Son : Kompleks reruntuhan candi yang dibangun oleh Raja Champa ratusan tahun yang lalu, yang merupakan situs Unesco heritage site.

my-son-vietnam

My Son – oleh Bernard Gagnon

Itinerary

Hari ke-1 Tiba di Ho Chi Minh City (Saigon) -/-/D
Tiba di Saigon, check-in hotel, makan malam river cruise.

Hari ke-2 City tour Saigon B/L/D
Pagi hari mini city tour kota tua Saigon, lalu ke airport untuk terbang ke kota Da Nang. Sesampainya di Da Nang, langsung menuju kota Hoi An (sekitar 45 menit).

Hari ke-3 – Human Interest dan Sunset B/L/D
Pagi-pagi berangkat menyusuri daerah untuk memotret aktivitas pasar lokal di pagi hari dan memotret reruntuhan My Son, salah satu UNESCO world heritage site, adalah kompleks candi yang dibangun oleh raja Champa ratusan tahun yang lalu.

Setelah makan siang, kita akan berkunjung ke perkampungan nelayan Duy Hay untuk memotret human interest. Sorenya kita akan memotret sunset di kota Hoi An.

Hari ke-4 – Foto model dan jelajah kota tua B/L/D
Di pagi hari, kita akan memotret model dengan baju tradisional Vietnam (Ao Dai) dengan latar belakang arsitektur tua kota Hoi An yang khas. Selanjutnya peserta bisa menjelajahi kota untuk hunting foto atau shopping. Setelah makan siang, terbang kembali ke Ho Chi Minh. Malam di Ho Chi Minh, kita akan kunjungi pasar malam untuk hunting foto ataupun belanja oleh-oleh.

Hari ke-5 – Pulang B/-/-
Acara bebas/opsional di pagi hari sampai waktunya untuk pulang ke tanah air.

Toko lampion di Hoi An oleh Harald Hoyer

Toko lampion di Hoi An oleh Harald Hoyer

Suasana pagi di Hoi An - oleh Thong Vo

Suasana pagi di Hoi An – oleh Thong Vo

Tanggal pelaksanaan tour : 16-20 Mei 2015
Hari Sabtu sampai Rabu

Standar akomodasi: Hotel bintang 3
Maskapai pilihan: Air Asia – Harga tiket bervariasi. Saat ini sekitar Rp 3.400.000,-

Terbatas untuk 15 peserta saja

Biaya tour: USD$915 per orang - sharing 2 orang per kamar
Single Suplement (satu kamar sendiri) $90 per orang

Bagi yang mendaftar (beli tiket dan  DP USD$300) sebelum tanggal 15 April 2015 akan mendapatkan potongan USD$50

Biaya tour sudah termasuk:

  • Akomodasi hotel bintang 3 yang nyaman dan bersih
  • Transportasi darat selama tour
  • Tiket Pesawat dari Ho Chi Minh ke Hoi An pergi-pulang dengan Vietnam Airlines
  • Jasa guide local (Berbahasa Inggris)
  • Jasa model di Hoi An
  • Bimbingan fotografi oleh Enche Tjin bila dibutuhkan
  • Breakfast, Lunch, Dinner selama tour sesuai itinerary diatas

Biaya tour belum termasuk

  • Tips guide lokal dan supir – minimum USD 20 untuk 5 hari
  • Asuransi perjalanan
  • Minuman ringan/snack, belanja pribadi
  • Tour/show opsional

Untuk mendaftar hubungi 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com

Catatan: Tidak dibutuhkan Visa untuk Vietnam.

Berapa banyak lensa yang dibutuhkan?

$
0
0

Judul diatas adalah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya. Sebenarnya jawabannya cukup sederhana: Saya perlu satu lensa untuk memotret.

Lensa sapujagat Tamron 16-300mm. Mungkin satu-satunya lensa yang Anda perlukan?

Lensa sapujagat Tamron 16-300mm. Mungkin satu-satunya lensa yang Anda perlukan?

Tapi kalau ingin bisa memotret dengan berbagai keadaan dan sudut pandang bagaimana? Misalnya bisa sudut lebar, bisa sudut tele untuk subjek yang jauh. Nah, saat itu strateginya bisa dua macam: Dengan satu lensa yang cukup fleksibel atau yang biasa disebut lensa sapujagat seperti 18-200mm, 18-300, 28-300mm dan sejenisnya. Kekurangan lensa sapujagat adalah bukaannya tidak besar (biasanya f/3.5-6.3) dan performanya tidak konsisten. Artinya di sudut lebar (28mm) sampai menengah (100mm) cukup bagus, tapi diatas itu sudah kurang baik.

Jika tidak ingin berkompromi dengan kualitas foto, terpaksa harus sedikit repot ganti-ganti lensa. Lensa zoom yang kualitasnya bagus biasanya bukaannya konstan, contohnya 16-35mm f/4, 24-105mm f/4. Makin besar bukaannya, biasanya kualitasnya makin bagus, contohnya 16-35mm f/2.8, 24-70mm f/2.8, 70-200mm f/2.8. Sayangnya harganya juga makin mahal dan fisiknya relatif besar dan berat.

Kalau ingin berhemat dan berani repot, lensa fix yang gak bisa zoom biasanya lebih murah dari lensa zoom berbukaan besar, kualitasnya setara atau bahkan lebih bagus. Tapi karena gak bisa zoom, ya berarti harus sering ganti-ganti lensa dan rajin pindah-pindah saat komposisi.

Koleksi lensa saya mulai dari lensa lebar sampai telefoto. Dari focal length (jarak fokus) 16-200mm (di APS-C = 10-135mm) yaitu 16-35mm f/4, 24-70mm f/2.8, 70-200mm f/2.8. Ditambah dengan lensa fix bukaan besar seperti 85mm f/1.4, lensa fisheye 8mm f/3.5 dan sebuah lensa makro 70mm f/2.8, keseluruhan lensa tersebut telah memenuhi kebutuhan saya untuk hobi atau kerja.

Jika sudah punya koleksi yang cukup lengkap, cobalah mengunakan setiap lensa secara rutin, pahami kelebihan kekurangannya sebelum membeli lensa baru. Seperti mengganti kamera baru, kita baru akan bisa memahami dengan baik setelah mengunakan secara rutin dalam beberapa bulan dan mempelajari hasil foto dengan cermat.

Jangan cepat menyalahkan lensa, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas foto, contohnya cuaca yang kurang tepat, lighting yang kurang pas dan sebagainya. Pada akhirnya lensa hanya sebuah alat untuk membantu kita mendapatkan hasil foto yang diinginkan.

Kembali lagi ke pertanyaan awal, meskipun sekarang saya beruntung memiliki koleksi lensa yang cukup lengkap, tetapi saat memotret saya cuma perlu satu lensa saja. Maka itu, saat hunting foto, biasanya saya juga cuma bawa satu sampai dua lensa saja. Semakin banyak lensa yang dibawa, biasanya saya semakin bingung mau pakai yang mana, akhirnya lebih banyak waktu dan tenaga habis untuk gonta-ganti lensa.

———

Jadwal acara belajar fotografi dan tour foto bisa disimak disini.


Pendekatan yang lebih baik: Langsung dari kamera atau editing foto

$
0
0

Perdebatan apakah setiap foto perlu di edit atau harusnya langsung jadi sering saya dengar. Masing-masing ada kelebihan kelemahannya, tapi yang terbaik menurut saya setiap foto harusnya di edit untuk mendapatkan hasil yang bagus, dalam arti sesuai keinginan kita.

Pendekatan pertama adalah harus memilih setelan terbaik di kamera digital sebelum memotret antara lain:

Image Quality (biasanya pilih JPG (L,M,S), White Balance, Dynamic Range, picture style/control (saturation, tone/hue, contrast, sharpness, clarity), HDR.

Fotografer yang memilih pendekatan pertama biasanya memang tidak suka di depan komputer untuk mengedit dan lebih memilih mengganti setting kamera yang terbaik sebelum memotret. Ibaratnya seperti pergi ke pasar dengan peralatan masak dan bumbu-bumbu, dan kemudian membeli bahan masakan dan langsung memasak di tempat. Setelah pulang, enaknya tinggal makan karena masakannya (fotonya) sudah matang. Tapi kebayang gak repotnya saat berbelanja di pasar (saat hunting foto), sekaligus harus masak (mengatur semua setelan di tempat)?

Pendekatan kedua adalah memotret dengan setelan Image Quality RAW (data mentah). Kemudian baru diatur setelan-setelan diatas dengan mengunakan software pengolah foto RAW. Ibaratnya adalah kita pergi ke pasar untuk beli bahan mentah (sayur, buah, daging). Kemudian setelah pulang ke rumah, kita baru masak di dapur dengan memasukkan bumbu-bumbu yang dimiliki. Bumbu-bumbu ibaratnya adalah setelan-setelan kamera.

Untuk memaksimalkan kualitas gambar digital, yang terbaik menurut saya adalah pendekatan kedua yaitu memotret dengan image quality RAW, kemudian di edit dengan software pengolah foto. Karena saat memotret jika harus sekaligus memeriksa dan mengganti setelan-setelan yang saya tulis diatas rasanya terlalu menguras waktu sehingga fotografer tersebut bisa kehilangan momen, atau peluang memotret lebih banyak.

Meski demikian, bukan berarti fotografer yang mengadopsi pendekatan kedua bisa asal-asalan saat memotret. Banyak setelan yang tidak bisa diatur setelah foto jadi, seperti fokus, shutter speed, bukaan lensa, ISO, jarak fokus, komposisi foto dan sebagainya.

Foto hasil editing dengan Adobe Lightroom 5.0. Dengan pengetahuan editing yang baik, kita bisa membuat foto jauh lebih menarik.

Foto hasil editing dengan Adobe Lightroom 5.0. Dengan pengetahuan editing yang baik, kita bisa membuat foto jauh lebih menarik. – Klik untuk ukuran foto yang lebih besar

Permasalahan yang sering saya temui adalah banyaknya fotografer pemula masih takut dalam mengedit foto karena kurang paham alur kerja editing yang bagus dan cepat. Banyak fotografer pemula terintimidasi dengan rumitnya software editing foto. Tapi saat ini banyak software yang bisa mengedit dengan cepat tapi bagus, seperti Adobe Lightroom, Adobe Camera Raw (ACR) atau Capture One.

Ini foto asli sebelum di retouch. Bukan berarti motretnya asal. Saya sudah mempertimbangkan dengan baik teknis setting exposure, komposisi dan juga kamera saya letakkan diatas tripod dan mengunakan teknik mirror lock up/exposure delay supaya ketajamannya bisa maksimal.

Ini foto asli sebelum di retouch. Bukan berarti motretnya asal. Saya sudah mempertimbangkan dengan baik teknis setting exposure, komposisi dan juga kamera saya letakkan diatas tripod dan mengunakan teknik mirror lock up/exposure delay supaya ketajamannya bisa maksimal.

Kedua adalah anggapan bahwa mengedit foto adalah sesuatu yang curang/tidak bagus dan dianggap photoshopher daripada photographer.  Nah, kalau soal ini timbul karena banyak juga fotografer pemula yang mengedit foto secara berlebihan, biasanya menutupi kekurangan teknik fotonya, sehingga hasilnya malah tidak enak dilihat atau tidak sesuai.

Bagi yang mengedit untuk meningkatkan kualitas foto sebenarnya tidak masalah, karena di jaman fotografi film juga dulu ada teknik kamar gelap, yang merupakan tempat fotografer mengedit foto pada jaman itu. Tapi kita beruntung hidup di jaman sekarang, mengedit foto tidak perlu masuk ke kamar yang gelap dan mencium cairan kimia yang tidak menyehatkan. Kesimpulannya, sedikit atau banyak, kemampuan mengedit foto / post processing itu penting dan wajib dikuasai fotografer pemula maupun mahir.

—-
Jika ingin belajar editing foto, kami punya workshop Adobe Lightroom 1 hari. Periksa jadwalnya di halaman ini, atau hub 0858 1318 3069 / infofotografi.com

Alternatif lain adalah dengan belajar otodidak melalui buku Adobe Lightroom karangan saya dan Iesan.

Kursus Online fotografi – Belajar foto jarak jauh telah dibuka!

$
0
0

Selama ini kami temui banyak penggemar fotografi yang ingin belajar tapi terkendala tempat dan waktu. Setelah setahun lebih kami menyusun konsep, modul materi dan skema penugasan, maka akhirnya mulai hari ini Infofotografi membuka peluang belajar fotografi secara online dengan memanfaatkan e-mail untuk berkomunikasi dan mengirimkan foto.

Keunikan kursus online Infofotografi ini adalah setiap peserta akan dikirimkan materi belajar secara bertahap, disertai dengan penugasan dan kemudian akan mendapatkan feedback terhadap hasil karya fotonya. Peserta juga diberikan keleluasan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan tugas-tugas yaitu 6 bulan. Setelah lulus, kami akan menyediakan sertifikat tanda kelulusan.

Untuk 10 peserta pertama akan mendapatkan diskon 50% dari biaya kursus. Bagi yang berminat, silahkan baca lebih lengkap aturan dan cara mendaftar di kursus online fotografi.

Bahas foto: Komposisi portrait Human Interest di Sunda Kelapa

$
0
0

Dalam memotret portrait human interest, terutama dengan lensa lebar, kita harus memperhatikan backgroundnya dengan teliti. Foto dibawah ini saya buat saat workshop street photography dan human interest di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta bersama murid-murid.

Yang saya potret adalah penyedia jasa perahu. Saat memotret, Adi Setyo, instruktur workshop sedang bercakap-cakap dengannya kebetulan saya ada disamping dan memotret dengan candid. Kebetulan subjek foto melihat ke arah saya. Biasanya fotografer mengunakan lensa telefoto dan memotret secara candid (diam-diam) dari jarak jauh, tapi saya lebih suka foto candid dari jarak dekat, dengan mengunakan lensa lebar (28mm dalam kasus dibawah).

Kamera yang saya gunakan untuk membuat foto ini adalah Sony A7S dan lensa FE 28mm f/2. Saya mengunakan bukaan f/5.6, tidak begitu besar karena saya ingin latar belakangnya cukup tajam, tapi ingin sedikit separasi antara subjek foto dan latar belakangnya. Jika mengunakan kamera DSLR/Mirrorless bersensor APS-C, bisa mengunakan jarak fokus 18mm dan f/4. Foto saya buat jadi hitam putih di Lightroom 5.0. Tujuannya supaya warna yang “ramai” tidak menjadi distraksi/pengganggu.

sundakelapa-hi

ISO 100, f/5.6, 1/125 detik | Sunda Kelapa, Jakarta | Sony A7S + FE 28mm f/2

Setelah mengidentifikasi subjek yang di foto, saya memperhatikan background dan berupaya memanfaatkan garis-garis yang cukup banyak supaya menuju ke subjek foto. Dengan demikian, subjek foto terlihat lebih menyatu dengan latar belakang dan memberikan kesan tiga dimensi.

sundakelapa-baganJadi, kalau ditanya enaknya pakai lensa apa untuk street dan human interest, untuk favorit saya lensa lebar, seperti 28mm dan 35mm. Lensa lebar memberikan kesan perspektif dan dimensi daripada telefoto. Memang motretnya harus dari dekat, yang mungkin agak mendebarkan untuk foto sejenis candid, tapi itulah letak seninya.

———-

Saya akan membahas lebih banyak tentang komposisi di workshop Mastering art & photography techniques.

Live view dan Exposure Simulation di DSLR vs mirrorless

$
0
0

Saya ingat dulu awalnya kamera DSLR itu tidak ada fitur live view. Layaknya kamera SLR film, kita hanya bisa membidik via jendela bidik optik saja. Hal ini banyak menuai kritik sehingga akhirnya live view pun hadir sampai sekarang. Banyak juga kegunaan live view, seperti untuk membantu manual fokus, atau foto dengan angle sulit (sambil jongkok misalnya). Saat tren kamera mirrorless muncul, live view justru jadi satu-satunya cara untuk melihat gambar yang akan difoto. Seiring jaman bertambah maju, live view pun makin disempurnakan, kadang digunakan juga untuk melihat preview melalui kabel HDMI ke monitor eksternal.

Live view untuk high angle

Live view untuk memotret secara high angle

Konsep live view sangat simpel, layar LCD akan menampilkan gambar secara real time (live) apa yang dilihat oleh sensor, dan apa yang diproses oleh prosesor kamera. Sehingga dengan live view kita bisa melihat kira-kira seperti apa hasil fotonya nanti, termasuk terang gelap (berhubungan dengan eksposur) dan warnanya (berkaitan dengan WB). Inilah yang tidak bisa didapat dari jendela bidik optik di DSLR. Kelemahan live view memang ada, yaitu masih ada lag (jeda), di tempat kurang cahaya tampilannya jadi kurang baik, dan tentu lebih boros baterai. Tipsnya pemakai DSLR sebaiknya memakai live view sesekali saja saat diperlukan, sedang pemakai mirrorless sebaiknya jangan berlama-lama preview gambar untuk mencegah baterai jadi cepat habis.

Live view di DSLR vs Mirrorless

Saya temukan ada perbedaan mendasar antara live view di DSLR dengan di kamera mirrorless. Pertama adalah perbedaan dalam cara auto fokus dan kedua dalam urusan simulasi eksposur. Soal auto fokus tidak saya bahas lagi disini, intinya ada dua cara auto fokus yang masing-masing punya keunggulan dan kekurangan sendiri. Disini saya hanya akan bahas simulasi eksposur (Exposure simulation) saat live view.

Kita ingat lagi mode Manual di kamera dimana pengaturan ISO, bukaan atau shutter speed akan membuat foto jadi lebih terang atau lebih gelap. Tanpa live view, terang atau gelap foto kita hanya bisa di ‘kira-kira’ dengan meninjau indikator lightmeter. Tapi dengan live view, di mode manual kita bisa dapat simulasi kira-kira seperti apa terang gelap hasil foto kita dengan setting yang kita pilih. Dengan begitu kita bisa set eksposur sesuka kita tapi tetap dapat gambaran hasil terang gelap nantinya.

Tulisan ExpSIM di pojok artinya mode Exposure Simulation aktif.

Mode live view DSLR Canon. Tulisan Exp.SIM di pojok artinya mode Exposure Simulation aktif.

Oke, Anda mungkin berpendapat kalau begitu fitur simulasi live view ini akan memudahkan dan berguna kan? Tapi ada juga orang yang tidak suka dengan tampilan simulasi ini. Di hampir semua DSLR Canon, ada menu untuk memilih apa kita lebih suka fitur simulasi exposur ini aktif atau tidak. Kalau kita tidak suka dengan simulasi ini ya tinggal matikan saja lewat menu.

Kebalikannya, hampir semua kamera DSLR Nikon justru tidak menyediakan simulasi seperti ini, kecuali beberapa yang tipe tertinggi. Tanpa simulasi eksposur, di mode manual saat live view tampilan di LCD terangnya akan selalu pas, tak peduli kita ganti setting eksposur apapun.

Live view D5300

Live view di DSLR Nikon, untuk tahu terang gelap hasil fotonya lihat saja indikator exposure meter

Bagaimana dengan di kamera mirrorless? Kalau di DSLR kita lihat Canon dan Nikon menempuh cara yang berbeda, live view di kamera mirrorless sepertinya seragam. Di mode manual, kita pasti akan mendapatkan simulasi eksposur. Jadi misal di dalam ruangan kita pilih ISO terlalu rendah, atau shutter terlalu cepat, atau bukaan terlalu kecil maka tampilan di layar akan menjadi gelap. Sebaliknya saat diset terlalu terang maka layar LCD akan tampak putih karena over. Tapi di banyak kamera mirrorless yang pernah saya coba simulasi eksposur di mode manual ini tidak bisa dimatikan. Untuk bisa tahu tentang ini memang harus dicoba satu-satu, tidak ada penjelasan di spesifikasi bahkan di review kamera juga jarang diulas.

Fitur live view di mirrorless Olympus

Fitur live view di kamera mirrorless Olympus

Untuk kamera Sony seperti A6000, di menu ada pilihan Live View Display : Setting Effect On atau Off. Ini contoh yang baik karena kita bisa memilih sesuai preferensi kita terhadap tampilan di layar saat mode manual. Acungan jempol juga saya berikan untuk Olympus yang mendesain kamera mirrorless dengan fitur Live Bulb. Fitur ini benar-benar memberi simulasi eksposur di mode Bulb. Saat shutter semakin lama dibuka maka tampilan di layar perlahan-lahan akan semakin terang, mencegah kita menebak-nebak saat mode Bulb.

Masalah dengan flash

Kamera yang tidak bisa mematikan fitur simulasi eksposur akan terkendala saat memotret dengan flash. Ingat kamera melakukan metering terhadap cahaya lingkungan, bukan flash. Saat mode manual dan kita pakai flash, pengaturan eksposur mungkin akan membuat hasil gelap, tapi saat flash menyala maka hasil foto akan terang.

Repotnya saat layar menjadi gelap, kamera jadi tidak mau fokus dan kita juga tidak bisa melihat subyek yang mau difoto. Untungnya kamera mirrorless sudah dirancang otomatis akan menerangkan tampilan live view saat pakai built-in flash (atau flash eksternal yang mendukung TTL) sehingga kamera tetap bisa fokus. Tapi tidak demikian dengan sistem off shoe flash, misal kita pasang trigger di kamera maka layar bisa jadi tetap gelap. Hal ini kadang merepotkan fotografer yang kerap memakai wireless flash di tempat agak gelap.

Jadi menurut saya pengguna DSLR masih bisa lebih fleksibel, setidaknya dia bisa memilih mau membidik pakai jendela bidik atau live view. Saya lebih suka DSLR yang bisa memilih apakah fitur simulasi eksposur ini mau aktif atau tidak. Memang di hampir semua DSLR Nikon tidak bisa simulasi eksposur, tapi ini bukan masalah kalau kita sudah paham membaca indikator light meter. Sebaliknya, banyak kamera mirrorless yang justru fitur simulasi eksposur ini aktif terus (tidak bisa dimatikan). Hal ini mungkin bagus untuk pemula, tapi fotografer berpengalaman akan mengalami kendala auto fokus saat dia ingin main strobist pakai mode manual di tempat yang agak gelap.

Ada yang mengalami kesulitan dengan live view di mode manual saat main strobist? Atau ada yang punya cerita tentang live view di kameranya? Tulis saja pendapat anda di kolom komentar di bawah ini, kita bisa berdiskusi sambil saling menambah informasi.

—————————————

Ikuti kelas belajar kamera dan teknik fotografi yaitu :

  • Mastering Teknik dan Artistik Fotografi, Sabtu Minggu 28-29 Maret 2015 mulai jam 10.00 WIB. Info lengkap klik disini.
  • Kupas Tuntas Kamera Digital (DSLR/Mirrorless), Minggu 5 April 2015 mulai jam 13.00 WIB. Info lengkap klik disini.

Rekomendasi kamera DSLR 2015

$
0
0

Di tahun 2015 ini, kamera DSLR tetap merupakan jenis kamera yang populer untuk fotografi dikalangan penggemar fotografi amatir maupun profesional. Kebanyakan produsen kamera sekarang fokus di pengembangan kamera mirrorless yang lebih ringkas. Kini hanya tinggal tiga perusahaan yang terlihat masih serius yaitu Canon, Nikon dan Pentax. Dari ketiganya, kelihatan Canon dan Nikon yang masih mendominasi pasar kamera DSLR (saya perkirakan lebih dari 95%).

Di post kali ini, saya akan memberikan sedikit pendapat terhadap kamera-kamera yang ditawarkan merk Canon dan Nikon.

Warna hitam : Ada pilihan yang lebih baik
Warna biru : Saya rekomendasikan untuk fotografer pemula
Warna hijau : Saya rekomendasikan untuk fotografer mahir
Warna merah : Saya rekomendasikan untuk fotografi spesifik/khusus

Canon EOS 5DS dan R

Canon EOS 5DS dan R

Daftar kamera Canon, harga dan rekomendasi

Canon 1200D dan lensa kit – harga 5 juta – Kamera DSLR termurah saat ini, fitur-nya terbatas, body terbuat dari plastik dan kinerja pelan. Jika memungkinkan, saya lebih rekomendasikan Canon 600D.

Canon 100D dan lensa kit – harga 7.765 juta – Kamera DSLR yang dibuat sekecil dan seringan mungkin (407 gram). Fiturnya mirip dengan 600D (560 gram), namun lebih mahal. Pegangannya (grip) agak kecil, tidak begitu nyaman saat dipasang lensa telefoto/panjang. Saran saya lebih baik yang Canon 600D, lebih murah dan peganganya lebih enak.

Canon 600D dan lensa kit – harga 5.35 juta – Kamera yang cukup seimbang untuk pemula. Dibandingkan 1200D, 600D punya layar LCD yang lebih tajam dan bisa diputar. Bisa dipasang external mic untuk merekam video. Kinerjanya lebih cepat dan punya mekanisme sensor cleaning.

Canon 700D dan lensa kit STM – harga 7.28 juta  – Sekilas mirip 600D, tapi layar 700D bisa touchscreen dan autofokus di live view lebih cepat. Lensa kitnya punya motor fokus STM yang lebih mulus dan tidak berisik saat autofokus foto/video. Harga tidak terlalu tinggi.

Canon 750D – Harga pasarannya kemungkinan 9 jutaan – Kamera baru yang belum masuk ke Indonesia saat saya menulis ini. Kelebihannya memiliki megapixel yang lebih banyak (24MP) dan sistem autofokus canggih warisan Canon 7D (19 titik).

Canon 760D – Harga kemungkinan 10 jutaan – Mirip dengan 750D, hanya saja ada LCD tambahan diatas kamera, dan dua roda kendali.

Canon 60D – harga 7.37 juta tanpa lensa – Kamera semipro dengan body yang lebih besar dan tangguh untuk tuntutan fotografi serius dan profesional. Sudah agak lama (2010) tapi masih diandalkan banyak fotografer.

Canon 70D – harga 10.9 juta tanpa lensa – Kecepatan autofokus saat live view meningkat drastis dari 60D berkuat teknologi dualpixel. Resolusi foto bertambah menjadi 20 MP, dan punya sistem AF 19 titik warisan 7D.

Canon 7D mk II - harga 18.99 juta tanpa lensa – Lebih cepat dan tangguh dari 7D mk I, dan banyak peningkatan yang kecil-kecil tapi membantu. Ideal untuk fotografi aksi cepat, olahraga, satwa liar, wartawan foto, extreme weather photography. Sayangnya harganya terasa sedikit tinggi untuk kamera dengan sensor APS-C. (Review di detikinet)

Canon 6D – harga 18.7 juta dengan wifi+GPS  – Kamera DSLR full frame yang ringkas, ringan (755 gram) dan terjangkau. Sayangnya autofokusnya termasuk kuno (9 titik) tapi kualitas fotonya cukup bagus.

Canon 5D mk III – harga 35.9 juta – Kamera DSLR full frame andalan fotografer profesional dalam berbagai profesi: wedding, dokumenter, travel, videografi dan sebagainya.

Canon 5DS R - Kamera baru dengan yang mencatat rekor dengan resolusi tertinggi tahun ini yaitu 50MP, Ideal untuk fotografi landscape, atau komersial yang butuh cetak besar atau menangkap detail sebanyak mungkin. (Komentar)

Canon 1DX – harga 70.165 juta – Kamera DSLR yang paling mahal, paling cepat dan tangguh, tapi ukurannya besar dan berat (1.34 kg) dan resolusinya cukup rendah dibandingkan kamera full frame lainnya. (Review)

Singkatnya:
Jika mencari kamera relatif terjangkau untuk pemula: Canon 600D
Kamera DSLR pemula yang cukup baik untuk foto dan video : Canon 700D dan 760D
Kamera DSLR untuk foto-video, multifungsi atau kamera back-up profesional: Canon 70D
Kamera DSLR untuk fotografi aksi, liputan, olahraga, dll : Canon 7D mk II, Canon 5D mk III
Kamera travel yang relatif terjangkau dan ringkas: Canon 6D
Kamera landscape, commercial: Canon 5D mk III, Canon 5DS R

——-

Nikon D810

Nikon D810

Daftar kamera Nikon, harga dan rekomendasi

Nikon D3200 – dengan lensa kit harga 5 juta – Kamera dengan resolusi cukup tinggi 24 MP tapi lensa paketnya bukan yang baru (versi II) dan tidak begitu tajam dibandingkan dengan D3300 atau kamera yang lebih baru.

Nikon D3300 – dengan kit II harga 5.9 juta. Kamera dengan fitur tidak begitu lengkap untuk ukuran tahun 2015, tapi kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan tajam. Harganya juga relatif terjangkau. Paket lensa kit versi II ringkas saat disimpan dan bisa fokus lebih dekat untuk foto close-up/makro.

Nikon D5300 – harga 9 juta dengan lensa kit II – Dibanding D3300, D5300 memiliki layar LCD yang bisa diputar, dan beberapa fitur seperti HDR dan autofokus 39 titik warisan Nikon D7000.

Nikon D5500 – dengan kit II harga 9,2 juta – Punya Layar LCD touchscreen (fitur langka untuk kamera DSLR Nikon). Ukurannya ringkas dan ditujukan untuk pemula (960 gram dengan baterai, card, lensa kit). Pegangannya lebih enak, dan yang terpenting kualitas gambar di kondisi terang dan gelap (ISO tinggi sampai dengan 6400 masih tajam dan bagus.

Nikon D7100 – dengan 35mm harga 14.3 juta – Kamera dengan kualitas fisik dan gambar yang tajam dan baik. Cocok untuk hobi maupun kerja. Tidak memiliki buffer yang lapang sehingga tidak cocok untuk fotografi aksi seperti olahraga atau satwa liar.

Nikon D7200 – harga sekitar 13 juta tanpa lensa – Merupakan kamera baru tahun ini, yang sebenarnya perbaikan dari D7100. Kapasitas buffer lebih lapang untuk fotografi aksi.

Nikon D610 – harga 17 juta tanpa lensa – Kamera full frame termurah Nikon yang solid fiturnya. Bagus untuk travel dan fotografi secara umum.

Nikon D750 – harga 21.2 juta tanpa lensa – Peningkatan Autofokus yang cukup signifikan dari D610, kualitas body juga lebih baik. Ideal untuk kerja, travel, terutama untuk foto liputan dan wedding. D750 juga punya LCD yang bisa dimiringkan ke atas dan ke bawah. (Opini)

Nikon Df – harga 29.5 juta tanpa lensa – Kamera ini memiliki sensor yang sama dengan Nikon D4s, 16 MP dengan ISO tinggi yang bagus. Desainnya retro dan cukup ringkas jika dibandingkan dengan kamera DSLR full frame lainnya. Tapi tidak bisa merekam video dan harganya relatif tinggi. (Mini review dan opini saya)

Nikon D800E – harga 32.4 juta – Kamera DSLR pertama yang mencapai resolusi 36 MP. Perlu disiplin yang bagus saat memotret untuk mendapatkan hasil foto yang tajam. Saat ini sudah ada penggantinya yaitu D810.

Nikon D810 – harga 35.5 juta – bagus untuk berbagai jenis fotografi, terutama fotografi pemandangan, commercial yang butuh banyak detail dan cetak besar. Banyak peningkatan yang kecil-kecil tapi bermanfaat dari Nikon D800E, terutama di videonya. Alat fotografer profesional yang mumpuni.

Nikon D4s – harga 60.9 juta – Kamera spesialis untuk fotojurnalis, untuk sports dan satwa liar. Resolusinya hanya 16 MP dan ISO sampai 400k. Menerima dua jenis memory card, XQF dan CF card. Kecepatan foto berturut-turut bisa mencapai 11 foto per detik. Cocok untuk fotografer aksi dan low light, hanya saja ukurannya besar dan berat (1.356 kg).

Jika mencari kamera yang terjangkau untuk pemula: Nikon D3300
Kamera DSLR pemula yang cukup baik untuk foto dan video : Nikon D5500
Kamera DSLR untuk foto-video, multifungsi atau kamera back-up profesional: Nikon D7200
Kamera DSLR untuk fotografi travel, aksi, liputan, olahraga, dll : Nikon D7200, Nikon D750, Nikon D4s
Kamera landscape, commercial: Nikon D810

—–

Kalau ditanya lebih bagus kamera DSLR Canon atau Nikon? Jawabannya tergantung tipe apa vs tipe apa. Tapi secara umum, secara kualitas, persaingan sangat ketat. Menilai dari kualitas gambar, Nikon sedikit lebih unggul dari ketajaman fotonya karena kebanyakan kamera DSLR Nikon sekarang tidak punya low-pass dan sensornya lebih bagus di sisi dynamic range dan ISO tinggi.

Untuk kamera DSLR pemula, fitur kamera DSLR Canon lebih lengkap. Sebagian besar kamera DSLR pemula sudah dilengkapi fitur layar sentuh, layar putar, autofokus yang cepat saat live view/video, fitur flash trigger dengan built-in flash.

Bagi yang telah memiliki beberapa lensa/flash merek tertentu mungkin lebih ekonomis jika tetap membeli kamera dengan sistem yang sama, karena setiap merek memiliki variasi kamera yang cukup banyak untuk berbagai kebutuhan dengan kualitas yang baik.

—–

Baru beli kamera? Ikuti workshop kupas tuntas kamera & lensa 

Bingung memilih kamera, lensa yang pas? Buku Smart Guide ini akan membantu.

Viewing all 1544 articles
Browse latest View live