Quantcast
Channel: InfoFotografi
Viewing all 1544 articles
Browse latest View live

Kamera pocket/compact dan prosumer terbaik 2013

$
0
0

Bagi pembaca yang tidak menyukai kamera DSLR karena bobot dan ukurannya, atau yang biasa memotret dengan DSLR tapi menginginkan kamera yang lebih ringan dan kecil sebagai cadangan atau saat berlibur dengan keluarga, kamera pocket (saku) atau prosumer (superzoom) merupakan kamera alternatif yang menarik.

Di tahun 2013 ini, kedua kategori ini disabet oleh perusahaan inovatif yaitu Sony. Beberapa tahun belakangan ini, Sony membuat banyak kamera dan di kategori yang mulai ditinggalkan oleh perusahaan lain karena kalah bersaing dengan handphone, Sony malahan maju membuat kamera pocket dan prosumer yang lebih baik daripada kamera-kamera lain dikelasnya.

Kunci dari keberhasilan Sony adalah mengunakan sensor gambar yang ukurannya 1 inci. Sensor gambar ini jauh lebih besar dari sebagian besar kamera pocket/compact dan prosumer lainnya. (meskipun lebih kecil dari sensor gambar kamera DSLR pada umumnya). Dengan sensor gambar yang tidak terlalu kecil, gambar di ISO 800 masih bagus, noise mulai mengganggu saat mengunakan ISO 1600 atau lebih tinggi.

Sony RX10

Sony RX100 II

Kamera pocket/compact Sony RX100 II, memiliki fitur kunci:

  • Sensor gambar 1 inci
  • 20 Megapixel
  • Lensa 28-100mm f/1.8-4.9 Carl Zeiss
  • Steadyshot stabilization
  • ISO 160-12800 (bagus sampai ISO 800)
  • NFC dan Wifi memungkinkan kontrol dari smartphone
  • Layar LCD 3 inci dengan resolusi 1.2 juta titik
  • Ada hotshoe untuk memasang flash eksternal/jendela bidik elektronik
  • Kapasitas baterai sekitar 300 foto
  • Cukup kecil untuk bisa dimasukkan ke saku kamera

Kamera Sony Rx100 II unggul ditahun ini karena kualitas gambar yang dihasilkan paling bagus dibandingkan dengan kamera pocket lainnya, dan fiturnya juga lengkap, termasuk bisa menggunakan flash eksternal / jendela bidik elektronik.

Untuk kamera prosumer, yang memiliki ciri khas zoomnya panjang, Sony RX10 raja diatas kamera sejenisnya. Contoh gambar

Sony RX10

Sony RX10

Keluarga kamera Sony RX

Keluarga kamera Sony RX

RX10 memiliki fitur kunci:

  • Sensor gambar 1 inci
  • 20 Megapixel
  • Lensa 24-200mm f/2.8 dengan stabilizer
  • Filter ND 3 stop terpasang
  • LCD lipat 1.3 juta titik
  • Jendela bidik elektronik dengan resolusi 1.14 juta titik
  • ISO 125-12800 (bagus sampai ISO 800)
  • NFC dan Wifi untuk komunikasi dengan komputer/hp

Sony RX10 unggul karena kualitas dari gambarnya paling bagus dibandingkan dengan kamera sejenis dan juga lensanya yang memiliki bukaan konstan sangat bsar, yaitu f/2.8.

Harga kedua kamera ini terbilang tinggi, yaitu RX100 II harganya $650, dan RX10 harganya $1300. – Contoh gambar.

Sony RX10 di zoom sampai kandas

Sony RX10 di zoom sampai kandas

Harga yang tinggi ini pasti membuat pembaca pada bingung, kok bisa ya kamera pocket dan prosumer menyaingi dan bahkan melebihi kamera DSLR. Menurut saya, harganya cukup pantas karena kualitas gambarnya sangat baik (meskipun karakternya berbeda dengan hasil gambar kamera DSLR). Lensa yang terpasang (gak bisa diganti-ganti) dan teknologinya paling canggih saat ini.  Tergantung bagaimana melihatnya, RX10 malah termasuk murah karena kameranya sudah terpasang lensa sapujagat 24-200mm dengan bukaan besar f/2.8.

Bandingkan  jika kita membeli lensa kamera DSLR 70-200mm f/2.8 dengan stabilizer harganya bisa mencapai 20juta lebih, sedangkan kamera RX10, lensanya malah sudah termasuk lebar sampai tele yaitu 24-200mm f/2.8 + stabilizer.

Bagi yang mencari kamera pocket dengan harga yang lebih terjangkau:

  • Canon S120 : Kamera mungil yang kinerjanya cepat, berukuran kecil dengan kualitas gambar yang cukup baik
  • Panasonic LX7: Sebenarnya kamera ini dirilis tahun lalu, tapi kualitasnya sangat baik terutama lensa zoom buatan Leica-nya yang berbukaan sangat besar 24-90mm f/1.4-2.3 sehingga bagus untuk motret di kondisi gelap/low light. Sayangnya ukurannya agak besar jadi tidak begitu pas untuk saku celana.


Yuk belajar fotografi – Periksa jadwalnya disini


Bali Photography Express Courses :Basic, lighting, sunset, portrait, editing

$
0
0

Di bulan Februari tahun depan, Infofotografi akan membuka kelas dasar fotografi & lighting, teknik foto sunset, portrait dan editing di Legian, Bali. Kelas-kelas ini menjawab permintaan dari pembaca-pembaca baik di Bali maupun sekitarnya untuk belajar fotografi dari basic sampai menyempurnakan foto dengan editing. Jangan lewatkan kesempatan belajar fotografi, editing di Bali, sambil jalan-jalan dan berlibur.

Instruktur: Enche Tjin & Erwin Mulyadi

Belajar fotografi di pulau dewata.

Belajar fotografi di pulau dewata.

Jadwal dan materi Bali Express Course Feb 2014

Tempat: GB Resto & Bar Jl. Legian 210 Kuta, Bali

Bagi yang dari luar Bali, hotel yang saya rekomendasikan adalah Legian 101. Hotel ini hanya sekitar 50 meter dari tempat pelatihan. Harga perkamar sekitar Rp 500 ribu.

Biaya kelas terjangkau dan tempat terbatas, jadi daftarlah secepatnya untuk memastikan tempat Anda. Telp. 0858 1318 3069 email: infofotografi@gmail.com

 Kupas Tuntas kamera DSLR - Jum’at 21 Februari 2014 

  • Kupas tuntas Kamera DSLR Canon Pukul 09.00-14.00 WITA. Materi: Pengenalan eksposur, mode kamera, tips setting kamera, setting autofokus, fungsi-fungsi tombol dan isi menu kamera DSLR Nikon
  • Kupas tuntas Kamera DSLR Nikon  Pukul 15.00-20.00 WITA. Materi: Pengenalan eksposur, mode kamera, tips setting kamera, setting autofokus, fungsi-fungsi tombol dan isi menu kamera DSLR Canon

Biaya: Rp 350.000 per orang

Termasuk: Buklet materi, makan siang/malam
Persyaratan: Membawa kamera DSLR Canon/Nikon. Terbuka untuk segala usia dan ketrampilan.

Maksimum 16 orang untuk tiap kelas kupas tuntas

Dasar fotografi & Lighting - Sabtu & Minggu 22-23 Feb 2014

Hari ke-1 Pukul 10.00-18.30 WITA
Hari ke-2 Pukul 10.00-16.00 WITA
Maksimum peserta: 16 orang

Topik: Kursus kilat dasar fotografi & Lighting special dengan praktik foto sunset* dan portrait dengan model.

Materi: Eksposur advanced, berbagai teknik fotografi dasar, pengunaan lensa, komposisi, pencahayaan dan teknik dasar flash, menyeimbangkan lampu kilat dengan lingkungan. Di sore hari pertama, kita akan berlatih memotret matahari terbenam. Di hari kedua kita akan belajar praktik mengunakan flash untuk foto portrait atau liputan.

Biaya: Rp 950.000 per orang

Termasuk: Handout materi, buklet materi, makan siang/malam
Persyaratan: Membawa kamera digital dan tripod (untuk sunset/sunrise). Flash eksternal boleh dibawa untuk hari ke-2 tapi tidak wajib. Terbuka untuk segala usia/ketrampilan.

*tergantung kondisi cuaca

Sunset dan Sunrise di Bali biasanya sangat dramatis

Sunset dan Sunrise di Bali biasanya sangat dramatis

Editing & Manajemen foto dengan Lightroom - Senin 24 Februari 2014

Pukul 10.00-17.30 WITA
Maksimum peserta: 8 orang

Topik: Editing dengan Adobe Lightroom. Info lengkap materi dan kemampuan Adobe Lightroom bisa dibaca disini.

Biaya: Rp 500.000 per orang

Termasuk: Handout, makan siang, snack/coffee break
Persyaratan: Membawa laptop, terbuka untuk segala usia

Special discounts

  • Bagi yang mengikuti 3 kelas mendapat potongan Rp 250.000
  • Bagi yang mengikuti 2 kelas mendapat potongan Rp 100.000

Cara mendaftar

  1. Transfer bank atas nama Enche Tjin via Bank BCA: 4081218557 via Bank Mandiri: 1680000667780
  2. Konfirmasi melalui e-mail (email: infofotografi@gmail.com), sms atau telepon (085813183069 / 085883006769) dengan menyertakan nama peserta dan nama penyetor.
  3. Datang di hari H sesuai dengan jadwal yang tercantum

Bahas pembuatan foto Reruntuhan Mistik

$
0
0

Foto reruntuhan candi di Kamboja (Candi Ta Phrom) ini adalah salah satu foto favorit saya saat bersama-sama peserta tour ke Kamboja. Candi Ta Phrom adalah candi kedua yang paling populer setelah Angkor Wat, karena di dalam candi ini banyak pohon-pohon  yang tinggi tumbuh diatas menara dan tembok candi. Candi ini menjadi sangat terkenal setelah menjadi lokasi syuting film Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie.

Di siang hari dan sore hari, candi ini penuh oleh wisatawan. Untuk masuk saja harus mengantri cukup panjang. Maka itu, untuk mengakalinya, kita pergi pagi-pagi dan tiba sekitar jam 7 pagi saat wisatawan lain sibuk sarapan di hotel. Meskipun tiba jam 7, wisatawan sudah cukup banyak yang masuk ke dalam Candi yang relatif kecil ini.

ISO 125, f/4, 1/250 detik, 19mm (FF). Candi Ta Phrom

ISO 125, f/4, 1/250 detik, 19mm (FF). Candi Ta Phrom

Foto diatas saya buat di jalan keluar Candi Ta Phrom yang masih relatif sepi. Yang membuat saya tertarik untuk membuat foto ini adalah cahaya pagi yang menyinari reruntuhan Candi. Cahaya matahari pagi yang masih rendah membuat bayangan yang cukup panjang dan dramatis. Sebagian cahaya tertutup oleh dedaunan pohon. Cahaya seperti itu menambah kesan tiga dimensi dan suasana misterius. Untungnya lagi cahaya yang menembus dedaunan menerangi bagian yang unik dari candi,yaitu pahatan bidadari yang dinamakan Apsara.

Secara teknis, saya mengunakan setting bukaan yang terlalu besar yaitu f/4. Seharusnya f/8 atau f/11 supaya ketajamanan foto merata ke seluruh bidang foto. Untungnya saya mengunakan lensa lebar dengan jarak fokus 19mm di kamera full frame (Nikon D600), sehingga meskipun bukaan f/4 saja, di ujung-ujung foto masih terlihat cukup jelas/tajam.

Jarak fokus lensa yang saya gunakan yaitu 19mm (sekitar 12-13mm di kamera bersensor APS-C). Jarak fokus yang lebar membuat saya bisa memasukkan pemandangan yang cukup luas meskipun tempatnya tidak begitu luas. Akibat pemakaian lensa lebar ini, bagian ujung foto agak distorsi (perhatikan bentuk pahatan Apsara yang berada  di sebelah kiri foto),

Untuk memberikan kesan klasik dan supaya pencahayaan yang belang-belang ini lebih menonjol, saya mengubah foto yang berwarna menjadi hitam putih. Foto ini terlihat menarik karena arah dan jatuhnya cahaya, bukan hanya reruntuhannya saja. Jika saya pergi kesana lagi tapi waktu dan cahayanya berbeda, maka dampak dari  fotonya akan berbeda.

Yuk, periksa jadwal editing dan mengelola foto-foto dengan Adobe Lightroom yang sederhana dan efektif, hanya 1 hari.

Apa kriteria kamera yang bagus?

$
0
0

Setiap hari saya menerima sekitar 10-20 pertanyaan dari pembaca tentang cara memilih kamera yang bagus, dan kebanyakan jawaban saya cukup singkat langsung ke jenis kamera dan tipe yang saya rasa secara umum lebih bagus. Mungkin ada yang penasaran bagaimana menentukan kamera yang yang lebih bagus dari banyaknya tipe dan jenis kamera yang ada?

Sebelum memutuskan kamera yang mana yang lebih baik, saya membandingkan suatu kamera dari empat kriteria yaitu:

Image Quality

Kualitas gambar adalah salah satu hal yang terpenting dalam kriteria dalam memilih kamera. Kualitas gambar dipengaruhi oleh beberapa faktor: Ukuran sensor gambar dan prosesor yang digunakan. Ukuran sensor gambar bukan jumlah megapixel, tapi ukuran fisik dari sensor gambar. Misalnya: Kebanyakan kamera DSLR atau sistem mirrroless memiliki ukuran sensor gambar cukup besar yaitu berukuran APS-C yaitu sekitar 2,3 x 1,5 cm. Maka dari itu kualitasnya lebih baik dari sensor gambar yang terletak di kamera ponsel atau kamera saku.

Di era digital, kualitas dan kecepatan prosesor gambar juga penting. Prosesor generasi baru biasanya lebih baik, sehingga kualitas gambar juga meningkat. Prosesor yang bagus mampu membuat gambar yang lebih tajam dan mulus, noise juga bisa ditekan saat mengunakan ISO tinggi atau shutter speed lambat.

Semakin baru sebuah kamera, biasanya prosesornya semakin bagus, jadi meskipun ukuran sensor gambarnya sama, kualitas kamera yang 2-3 tahun lebih baru akan menghasilkan gambar yang lebih baik.

Performance

Kinerja sebuah kamera merupakan pertimbangan penting kedua. Kriteria ini menjawab tentang seberapa cepat kamera memproses suatu instruksi. Misalnya seberapa cepat kamera dihidupkan sampai siap untuk memotret, seberapa kecepatan foto berturut-turut, seberapa cepat dan akurat sistem autofokus kamera. Semakin cepat, tentunya semakin bagus.

Kinerja kamera biasanya sangat terkait dengan prosesor kamera. Maka,  semakin baru kamera, biasanya semakin cepat kinerjanya.

Untuk fotografer aksi seperti olahraga, fotojurnalisme, candid, performance sebuah kamera merupakan hal yang sangat penting, bahkan seringkali lebih penting daripada kualitas gambar.

Kapasitas baterai juga termasuk dalam kriteria ini. Semakin tinggi kapasitasnya, kinerjanya lebih baik dan menghemat biaya dan waktu saat memotret seharian penuh.

Ecosystem

Ekosistem mencakupi seberapa lengkap koleksi lensa, aksesoris, komunitas pengguna dan layanan jual. Sistem kamera yang ekosistemnya bagus memudahkan kita untuk mencari lensa, aksesoris atau saat kita membutuhkan pelayanan saat kamera perlu diperbaiki karena rusak.

Ekosistem kamera yang bagus juga memudahkan kita untuk belajar, baik melalui seminar, workshop atau bertanya ke teman yang memiliki jenis kamera yang sama.

Interface and ergonomic

Kriteria ini meliputi seberapa nyaman kamera ini saat dipegang. Apakah terlalu berat atau terlalu ringan? terlalu besar atau kecil? Bagaimana posisi tombol-tombolnya, apakah cukup besar dan mudah dijangkau dengan jari tangan? Apakah mudah mengakses menu dan mengubah setting tertentu dengan cepat? Bagaimana susunan menu, apakah terorganisir dengan rapi dan apakah mudah menemukan menu yang saya inginkan?

Biasanya, calon pembeli hanya peduli melihat perbandingan spesifikasi tanpa memperhatikan kriteria ini. Hal ini karena kriteria ini lebih bersifat subjektif. Kamera yang beratnya 1 kilogram misalnya, mungkin terasa berat oleh sebagian besar orang, tapi pas untuk orang tertentu. Maka itu, saya sering menyarankan untuk mencoba memegang kamera dan mengutak-utik dulu sebelum memutuskan untuk membeli sebuah kamera.

Contoh kasus: Nikon D5200 vs Canon 700D
nikon-d5200

Kamera Nikon D5200 dengan Canon 700D. Kalau dinilai dari image quality dan performancenya, Nikon D5200 lebih unggul, karena mengunakan sensor gambar dan prosesor yang baru berumur 1 tahun, sedangkan 700D sensor gambarnya sudah berusia 4 tahun.

Kecepatan Nikon D5200 saat dibuka/tutup (ON OFF) sedikit lebih cepat dari Canon 700D, dan modul autofokus 39 titik warisan dari D7000 yang sudah teruji membuat D5200 sedikit unggul tipis dalam kriteria performance.

Di kriteria ecosystem dan interface-ergonomic, Canon 700D lebih unggul setidaknya di Indonesia. Lebih banyak lensa dan aksesoris yang tersedia untuk kamera DSLR Canon  daripada sistem lain dipasaran. Selain itu, lebih banyak acara-acara yang disponsori oleh Canon.

Canon 700DSedangkan untuk desain antar muka, Canon 700D lebih unggul dari Nikon D5200 karena tombol-tombolnya lebih lengkap, mudah dijangkau dan bisa dioperasikan dengan satu tangan saja dan juga memiliki fitur layar sentuh. 

Jadi, tidak ada kamera yang sempurna, yang paling cocok buat Anda adalah kamera yang unggul di kriteria yang Anda anggap penting. Jika kualitas gambar dan kinerja yang penting bagi Anda, maka kamera Nikon  D5200 lebih cocok dari Canon 700D, demikian sebaliknya, jika ekosistem dan desain antarmuka yang penting bagi Anda, maka yang cocok adalah kamera Canon 700D.

Kamera DSLR terbaik 2013

$
0
0

Dalam kategori kamera DSLR terbaik tahun ini, saya membagi kategori kamera menjadi dua kelas berdasarkan ukuran sensor gambarnya (full frame dan APS-C/crop sensor).

Persaingan di kamera DSLR full frame agak melempem tahun ini karena di tahun lalu, sudah banyak kamera full frame yang diluncurkan baik dari Canon maupun Nikon. Di tahun ini hanya ada dua yaitu Nikon Df dan Nikon D610.

Nikon Df (tinjauan-opini) terkenal karena desainnya yang menyerupai kamera film dengan sensor kamera flagship Nikon yaitu Nikon D4 yang piawai untuk memotret di tempat yang sangat gelap. Nikon Df  dibuat khusus dan dijual dengan harga premium (lebih tinggi dari spesifikasinya), mengambil fitur dari berbagai kamera dan menambahkan tuas dan roda dial retro. Kualitas badan kamera sebagian dari logam tipis dan sebagian dari plastik berkualitas tinggi. Harganya hampir $1000 lebih mahal dari Nikon D610. Nikon Df tidak bisa merekam video.

Dilain pihak, Nikon D610 mirip sekali dengan Nikon D600 (review) yang diluncurkan tahun lalu tapi dengan beberapa peningkatan dan perbaikan. Secara umum, Nikon D610 memiliki kualitas foto yang lebih baik dan fitur yang lebih lengkap dibandingkan dengan Nikon Df, harganya juga lebih terjangkau.

Nikon Df (kiri), Nikon D610 kanan

Nikon Df (kiri), Nikon D610 kanan. Ukurannya hampir sama tapi desain dan harganya beda

Di kamera APS-C lebih ramai, yaitu Nikon D7100, Canon 70D, Nikon D5300 dan Pentax K3. Di kategori ini, Pentax K3 unggul. Kamera flagship Pentax ini paling unggul dari fitur dan kualitasnya dibandingkan kamera-kamera DSLR lainnya. Ulasan Pentax K3 bisa dibaca disini.

Pentax K3 unggul dari kamera lain dari kecepatan (8.3 foto berturut-turut), ketahanan badan (magnesium alloy anti cuaca buruk, suhu ekstrim), ukurannya lebih ringkas, dan hasil foto tajam (tanpa filter AA), punya peredam getar (shake reduction) di badan kamera, dan harganya masuk akal ($1075 body only, $1400 dengan lensa 18-135mm WR). Salah satu inovasi menarik dari Pentax adalah efek filter AA bisa dihidupkan untuk mengurangi efek moire yang muncul saat memotret tekstur/pola yang rapat dan untuk merekam video.

Pentax K-3 spesial warna perak

Pentax K-3 spesial warna perak

Anti beku

Anti beku

Bagi yang telah memiliki koleksi lensa Nikon, Nikon D7100 mungkin lebih tepat, kamera ini memiliki sensor gambar 24MP tanpa filter AA yang mampu menghasilkan foto yang sangat detail dan tajam (dengan lensa berkualitas tentunya). Fitur yang tadinya dimiliki kamera DSLR kelas atas Nikon seperti 51 titik autofokus juga dipasang dan ukuran layar LCDnya sedikit lebih besar dari kamera penerusnya, Nikon D7000.

Bagaimana dengan Canon? Jagoan Canon satu-satunya tahun ini adalah Canon 70D memiliki inovasi baru yaitu hybrid sensor yang membuat autofokus lebih cepat saat mengunakan layar LCD belakang saat memotret. Sangat membantu saat merekam video subjek yang bergerak, tapi kualitas gambarnya tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan kamera keluaran 4-5 tahun yang lalu.

Beli lensa fix atau lensa telefoto

$
0
0

Dalam beberapa hari belakangan ini, banyak yang menanyakan lebih baik membeli lensa fix seperti 50mm f/1.8 atau lensa telefoto 50-200/55-250mm atau sejenisnya.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Lensa fix 50mm f/1.8 mampu membuat latar belakang blur dengan mudah saat mengunakan bukaan f/1.8. Bukaan besar juga memasukkan banyak cahaya, sehingga ideal saat memotret di kondisi cahaya lingkungan yang gelap. Saat di kondisi gelap, bukaan f/1.8 memungkinkan shutter speed yang lebih cepat untuk memotret subjek bergerak, atau mengurangi keperluan menggunakan ISO tinggi yang dapat menurunkan kualitas foto karena munculnya noise. Lensa 50mm cocok untuk motret portrait, anak, detail. Kelemahan lensa ini adalah tidak bisa zoom, jadi harus zoom pakai kaki, alias maju mundur.

Sedangkan lensa telefoto biasanya digunakan untuk memotret subjek yang jaraknya jauh, misalnya satwa, olahraga, candid, pegunungan, dan sebagainya. Lensa telefoto juga digunakan untuk portrait karena proporsi wajah menjadi lebih menarik dan latar belakang juga bisa blur meski tidak se-blur lensa bukaan besar. Kelemahan lensa telefoto zoom adalah biasanya bukaan lensanya tidak terlalu besar, jadi agak membatasi saat memotret di kondisi cahaya yang agak gelap. Lensa telefoto zoom yang berbukaan relatif besar seperti f/2.8 harganya tinggi dan bobotnya berat (1.5 kg+).

Memutuskan yang mana lebih baik antara lensa fix 50mm dengan 55-200mm atau 55-250mm, tergantung dari 1. Objek yang hendak dipotret 2. Lebih banyak motret dikondisi gelap/terang? Atau daripada pusing-pusing, beli aja keduanya he he he…

Untuk memotret ujung pilar yang tinggi, saya mengunakan lensa Nikkor 55-200mm VR di 200mm f/5.6 1/160 detik

Untuk memotret ujung pilar yang tinggi, saya mengunakan lensa Nikkor 55-200mm VR di 200mm f/5.6 1/160 detik, ISO 100

55-200mm juga oke buat candid di kondisi cahaya terang. 85mm f/5.0 1/160 detik, ISO 180

55-200mm juga oke buat candid di kondisi cahaya terang. 85mm f/5.0 1/160 detik, ISO 180

50mm f/1.8 dapat membuat latar belakang menjadi blur dengan mudah dan oke untuk pencahayaan indoor. yang gelap. 50mm f/2.5, ISO 1600, 1/125 detik

50mm f/1.8 dapat membuat latar belakang menjadi blur dengan mudah dan oke untuk pencahayaan indoor. yang gelap. 50mm f/2.5, ISO 1600, 1/125 detik

Foto detail benda-benda yang gak terlalu kecil bisa pakai lensa ini.

Foto detail benda-benda yang gak terlalu kecil bisa pakai lensa ini. ISO 140, 50mm, f/2.5, 1/60 detik

Dari contoh-contoh foto diatas, lebih kebayang kan? Kedua lensa itu sangat berbeda, jadi gak ada salahnya juga punya keduanya jika dana mencukupi. Selamat berlibur!

Refleksi 2013

$
0
0

Beberapa hari yang lalu saya membaca kembali refleksi tahun 2012 yang lalu, dan saya merasanya banyak sekali yang telah saya lalui tahun ini. Yang paling penting adalah sejak bulan Maret, Infofotografi sudah punya tempat pelatihan baru yang jauh lebih luas dan nyaman. Tempat pelatihan baru ini 4.5 lantai, jadi bisa buat 2 kelas + praktik studio. Kadang-kadang rooftop juga dipakai untuk berlatih strobist atau slow speed.

Sebulan sebelumnya, yaitu bulan Februari, saya juga diminta untuk menjadi konsultan fotografi untuk detikinet fotostop. Disana saya membantu menjawab pertanyaan dan juga menyumbang beberapa artikel tentang fotografi setiap bulannya. Saya juga membantu memilih pemenang kontes foto bulanan berhadiah uang disana. Salah satu tulisan saya bisa dibaca disini.

Buku fotografi

Untuk buku fotografi, banyak hal yang membuat penulisan buku baru tertunda, di tahun ini saya hanya menerbitkan satu buku yaitu Travel fotografi itu Mudah! Tapi di tahun depan akan pasti akan lebih dari satu buku. Beberapa buku yang akan terbit tahun depan yaitu kamus fotografi, fotografi itu mudah V2 dan editing dengan lightroom. Kalau kurang banyak, nanti saya tambahin lagi.

Tour fotografi

Tour fotografi tahun 2013 yang sudah dijalani cukup banyak terutama yang dalam negeri: Pangalengan, Ciwidey, dan Sumatera Utara. Yang ke luar negeri ada dua yaitu Vietnam dan Kamboja. Karena tour ke Kamboja seru sekali, akhir tahun depan saya berencana untuk mengadakan kembali. Tahun depan, 18-25 Maret, saya berencana mengadakan tour ke Yunnan, China. Dan akan lebih banyak lagi destinasi tour fotografi terutama di dalam negeri.

tour fotografi

Kelas fotografi

Untuk kelas fotografi, tahun lalu juga kita mengadakan beberapa kelas baru seperti Creative lighting dengan flash yang diajari oleh fotografer profesional Adi Setyo, ada juga kelas creative flash studio untuk portrait, dan Photoshop. Beberapa kelas baru yang sukses diadakan akan dibuat lagi di masa depan.

Selama ini, saya banyak diminta untuk mengajar di luar Jakarta, jadi bulan Februari tahun depan, saya akan mengadakan Bali Express photography course.

Saya juga merencanakan sejenis program untuk belajar fotografi jarak jauh, karena banyak sekali permintaan untuk mengadakan kelas di luar Jakarta. Tapi karena keterbatasan waktu dan biaya, saya baru bisa mengadakan kelas di Jakarta saja selama 2013 ini. Meskipun program belajarnya jarak jauh, peserta dari Jakarta juga boleh ikut.

Salah satu yang menjadi kesulitan saya dari dulu adalah mencari instruktur yang sabar dan punya passion untuk mengajar. Bagi yang berminat boleh hubungi saya dengan memberitahu kelas/workshop jenis fotografi apa yang ingin diajarkan.

Jumlah pengunjung

Saya bersyukur  karena pengunjung kian bertambah di situs Infofotografi.com. Di tahun 2013, pengunjung berawal dari sekitar 3000 pengunjung perhari menjadi kurang lebih 5000 pengunjung perhari. Dari hari pertama, Infofotografi.com sudah dikunjungi 2.4 juta kali. Untuk isi, artikel Infofotografi yang sudah terbit sebanyak 500 buah. (artikel ini adalah yang ke-500). Memang tidak banyak, tapi saya berusaha supaya setiap tulisan bermanfaat.

Yang heboh adalah jumlah komentar yang sebagian besar berisi pertanyaan, yaitu sebanyak 22000 buah, dan sebagian besar saya jawab satu per satu. Tapi karena keterbatasan waktu dan pengetahuan, saya masih belum menjawab sebanyak 1400 komentar! Mohon dimaklumi!

Ada berita baik lagi tahun ini, sejak bulan November 2013, mas Erwin Mulyadi yang mengajar kupas tuntas kamera DSLR Canon/Nikon dan asisten untuk dasar fotografi dan lighting 2 hari, bergabung secara full time. Dengan bergabungnya “mas gaptek” ini, Infofotografi akan lebih kreatif dan produktif untuk kelas baru, buku dan tour fotografi.

Trima kasih untuk semua pembaca, Selamat berlibur, Selamat hari Natal bagi yang merayakan dan Selamat Tahun baru 2014.

Enche Tjin, Iesan, mas Erwin, Tante Felicia.

Tips foto model : Mengunakan flash / strobist

$
0
0

Foto ini dibuat saat workshop portrait model di rumah akar, kota tua. Minggu itu seharian turun hujan. Saat tiba, hujan masih turun, tidak begitu deras tapi cukup untuk membuat kita basah kuyub. Biasanya di awal workshop kita selalu mengunakan cahaya matahari alami terlebih dahulu. Karena kondisi tidak ideal untuk praktik mengunakan cahaya matahari, maka itu saya mengajari tentang penggunaan flash terlebih dahulu.

Untuk backgroundnya, saya memilih salah satu dinding yang ada di rumah akar, yang atapnya tidak bocor oleh air hujan tentunya. Lalu menempatkan model di depannya. Saya memberikan jarak sekitar 1.5 meter supaya cahaya flash yang akan mengenai subjek foto dan bayangan yang ditimbulkannya tidak bocor ke latar belakang.

85mm, f/4, 1/125, ISO 320 - Flash Nikon SB900 1/8 power, SB600 untuk background 1/16.

85mm, f/4, 1/125, ISO 320 – Flash Nikon SB900 1/8 power, SB600 untuk background 1/16. WB : Flash (sekitar 5500K) – Talent:  Intan Shofi

Seperti diagram dibawah, flash saya dudukan di lightstand, lalu saya arahkan ke payung pantul softbox. Supaya dinding background terang juga, saya memasang flash kedua dengan tenaga sedikit lebih lemah, dan memasangkan payung transparan/shoot supaya lebih menyebar. Di sebelah kanan saya meminta asisten untuk memegang reflektor dengan permukaan perak. Tujuannya supaya pencahayaan antara kiri dan kanan tidak terlalu kontras (berbeda terang gelapnya).

Dengan adanya flash, saya agak kuatir kalau cahaya lingkungan redup, karena saya malah gak mengunakannya.Hasil foto juga terlihat lebih tajam dan kontras. Kuncinya adalah meletakkan flash di luar kamera dan mengunakan payung untuk melembutkan cahaya. Jika dipasang diatas kamera dan diarahkan langsung, mustahil mendapatkan foto yang terlihat alami dan lembut.

Setelah diperiksa di komputer, ternyata bagian wajah agak sedikit terlalu terang. Hal ini terjadi karena warna kulit foto model jauh lebih putih daripada kostumnya yang berwarna gelap. Maka saya gelapkan sedikit bagian wajah supaya lebih seimbang.

Bagi yang mencari lightstand, adaptor, payung fotografi, atau aksesoris dasar off-camera flash photography/strobist bisa mendapatkannya dari ranafotovideo bagian strobist. Ikuti juga kursus dasar fotografi & lighting dan workshop portrait untuk lebih memahami cara kerjanya.

workshop-strobist-model

 


Produk kamera gagal 2013

$
0
0

Banyak kamera yang diumumkan tahun 2013, beberapa cukup sukses menarik minat fotografer seperti kamera DSLR dan mirrorless terbaik 2013, sebagian besar biasa saja, dan sebagian besar lenyap dan dilupakan. Berikut ini beberapa kamera yang menurut saya kurang berhasil tahun ini. Kegagalan bisa disebabkan berbagai faktor, misalnya kualitas gambar, kinerja/kecepatannya lambat (menurut standar tahun ini), desain yang kurang praktis, harga yang tidak sesuai dengan kualitas yang didapatkan.

samsung-galaxy-nx

Samsung Galaxy NX
Kamera Galaxy NX merupakan inovasi kamera yang menarik karena merupakan kamera pertama yang menggabungkan OS (sistem operasi) Android, sensor gambar besar (APS-C) dan kemampuan ganti-ganti lensa ala kamera DSLR. Produk ini gagal menarik perhatian fotografer karena sistem Android lebih cocok untuk ponsel dan tablet daripada kamera. Untuk mengganti setting agak repot karena tombol-tombol diganti dengan menu di dalam layar LCD besar. Kinerja buka tutup kamera lambat, dan kalau dibiarkan hidup, baterai berkurang dengan cepat. Meskipun sistem operasi Android memungkinkan fotografer mengunakan aplikasi untuk mengolah foto atau mengunggah ke web, tapi untuk motret, kurang praktis. Memperparah keadaan, Samsung menentukan harga yang cukup tinggi yaitu $1600 (19 jutaan dengan kurs Rp. 12000).

nikon-coolpix-a

Nikon Coolpix A
Nama Coolpix biasanya terkenal dengan kamera saku yang praktis digunakan dan harga yang terjangkau. Tapi Coolpix A ini berbeda dengan kamera saku lainnya, kamera ini memiliki sensor setara dengan kamera DSLR Nikon D7100, tapi dengan lensa fix 28mm f/2.8. Lensa ini tidak bisa ditukar-tukar. Kualitas gambar dari kamera ini memang bagus dan tajam, ukurannya juga kecil dan bisa dikantongi. Tapi bagi yang menyukai lensa zoom pasti tidak akan menyukai kamera ini. Harganya juga tergolong tinggi yaitu $1100, kalah bersaing dengan Ricoh GR ($650), kamera dengan sensor dan lensa yang mirip tapi lebih bagus di kinerja dan antarmuka.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Leica X Vario
Adalah kamera mirrorless yang bersensor APS-C, berukuran relatif ramping dan memiliki lensa zoom 18-46 (ekuivalen dengan 28-70mm di sensor full frame) f/3.5-5.6. Masalah utama kamera ini adalah lensanya sangat standar, bukaan maksimumnya relatif kecil dan rasio zoomnya sangat terbatas. Sangat sayang sekali karena lensanya tidak bisa diganti dengan lensa yang lain. Masalah lain yaitu harganya yang sangat tinggi yaitu $2600

sony-a3000

Sony A3000
Kamera ini desainnya agak aneh karena mirip seperti kamera DSLR/prosumer, tapi sebenarnya dalamnya sistem mirrorless seperti Sony NEX. Sony secara sengaja membesarkan ukuran kamera ini supaya terkesan mirip DSLR. Harganya bukan masalah karena dijual dengan harga yang terjangkau yaitu sekitar 4 jutaan, tapi resolusi LCD yang hanya 230.000 titik (dibandingkan dengan kamera jaman sekarang yang-rata-rata 900rb atau 1 juta titik) dan jendela bidik yang kualitasnya rendah membuat kamera ini menjadi kurang diminati.

sony-qx100

Sony QX100
Konsep QX ini unik, karena bentuknya seperti lensa tanpa kamera, tapi dalamnya ada sensor gambar. Tapi lucunya, kamera ini tidak memiliki layar LCD. Untuk bisa melihat fotonya, kita perlu menggantungkan/menjepit kameranya ke ponsel kemudian hasil fotonya akan dikirim melalui WiFi. Yang saya bingungkan (dan mungkin banyak orang bingung), mengapa QX100 tidak menyediakan layar LCD sekaligus dalam satu paket? Menurut review, kinerja mengirimkan foto via Wifi lambat dan sering tidak nyambung.

Kamera-kamera diatas sebagian besar adalah hasil dari inovasi yang dilakukan produsen kamera, ada kamera yang berhasil, tapi tidak jarang yang gagal, mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran untuk pengembangan kamera selanjutnya.

Hidup tanpa sasaran

$
0
0

Hampir semua orang sukses, motivator, pemimpin mengajarkan bahwa memiliki target, atau sasaran itu penting dalam hidup, tapi apakah hal tersebut akan membuat kita lebih bahagia dan sukses?  Tahun baru 2014 telah tiba, dan seperti biasa, kita semua pasti teringat kembali tentang bagaimana mengisi tahun depan. Kata kunci kerennya adalah membuat resolusi tahun baru. Biasanya isinya adalah rencana dan sasaran/target yang ingin dicapai tahun depan.

Tahun ini, saya akan menghindari penetapan sasaran-sasaran spesifik, ataupun menetapkan untuk melakukan sesuatu yang rutin (seperti diet, gym, dan lain lain) di tahun depan. Karena biasanya saya hanya ingat 21 hari setelah tahun baru, setelahnya lupa total dan kembali ke kebiasaan yang lama. Setiap tahun begitu, jadi apa gunanya menetapkan sasaran?

Hidup dengan menetapkan sasaran membuat hidup kita penuh tekanan. Jika gagal, hal tersebut akan membuat kita menderita, merasa menyesal dan memupuskan asa kita. Dalam dunia kerja, gagal mencapai target dapat menurunkan semangat moral karyawan. Tidak jarang pimpinan perusahaan merevisi target supaya moral karyawan tetap terjaga.

Sasaran yang kita tetapkan bisa melenceng atau gagal karena banyak faktor, dari dalam, alam bawah sadar kita akan memberontak untuk melakukan apa yang kita tidak suka/nyaman untuk melakukannya, dari luar, banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan kegagalan yang tidak bisa kita kendalikan, misalnya bencana alam, krisis moneter, masalah kesehatan, perubahan manajemen perusahaan tempat kita bekerja dan lain-lain.

Jika sampai terjebak, kita akan menjadi orang yang dingin dan kaku. Mengejar target dapat membuat diri kita terikat, menderita dan secara tidak sadar, kita menjadi orang yang tidak peduli dengan orang lain, menjadi orang yang tidak menyenangkan dan menutup kesempatan dan mengurangi rejeki yang akan datang di masa depan.

Banyak orang mungkin akan salah kaprah tentang konsep hidup tanpa sasaran ini. Mereka mengganggap bahwa hidup tanpa sasaran akan membuat kita menjadi orang malas. Sebenarnya hidup tanpa sasaran bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Hidup tanpa sasaran berarti melakukan apa yang kita sukai dan kuasai, sehingga dapat membuka peluang kita untuk lebih maju.

Daripada menetapkan sasaran, saya lebih mementingkan hidup dengan menjalankan prinsip-prinsip yang  saya yakini. Prinsip hidup merupakan proses yang berkesinambungan, bukan sasaran yang kalau sudah dicapai, selesai, lantas dilupakan. Contoh beberapa prinsip-prinsip saya:

  • Demokratisasi fotografi : Berusaha supaya pendidikan dan pengetahuan tentang fotografi dapat tersebar ke seluruh Indonesia dengan berbagai media antara lain blog (infofotografi.com), buku-buku, workshop, seminar, pelatihan, tour fotografi dan terbuka untuk semua golongan.
  • Peningkatan yang berkesinambungan : Berusaha meningkatkan diri dan layanan kepada pembaca, murid-murid
  • Terus belajar dan membuka diri terhadap ide-ide baru dalam fotografi dan jenis pelatihan
  • Peduli dan berusaha membantu pembaca dan murid-murid untuk mencapai tujuan mereka, spesifiknya membuat foto yang bagus.
  • Berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa. Seperti tumbuhan yang selalu tumbuh semaksimal mungkin untuk mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Manusia berbeda dengan pohon karena manusia bisa punya kemampuan untuk memilih.

Semoga semua pembaca sukses di tahun 2014!

Usia kamera dan shutter count

$
0
0

Banyak orang yang menentukan lamanya hidup sebuah kamera dari shutter count/shutter actuation, alias berapa kali kamera menjepret gambar. Hal ini timbul karena biasanya produsen kamera melakukan pengetesan mekanisme shutter. Contohnya ada kamera yang lolos tes 50.000 kali jepret, ada yang lebih dari 100.000 kali. Semakin canggih sebuah kamera, biasanya semakin tinggi angka tesnya. Nama tes ini biasanya disebut shutter durability.

Angka shutter durability biasanya dianggap angka harapan hidup sebuah kamera, tapi ini sebenarnya kurang tepat, karena sebuah kamera belum tentu rusak meskipun sudah dipakai terus sampai melewati angka shutter durability. Sebaliknya, bisa jadi sebelum angka itu terlampaui, kamera bisa saja sudah rusak, karena di dalam kamera digital, bukan hanya mekanisme shutter saja yang berpengaruh langsung ke harapan hidup sebuah kamera, tapi banyak komponen eletronik lain yang menentukan.

Meski rusak, mekanisme shutter sebuah kamera bisa diganti, tapi ya biasanya cukup tinggi harganya dan tergantung jenis kameranya. Jika kameranya memang sudah tua, (berumur lebih dari 5 tahun), mengganti mekanisme shutter mungkin kurang efisien dibandingkan membeli kamera baru dengan teknologi yang lebih canggih.

Dulu saya pernah membaca sebuah survey yang tidak scientific tapi cukup menarik. Dari survei tersebut didapatkan bahwa usia harapan hidup kamera digital biasanya terkait dengan harganya, misalnya harganya $100, maka usianya hanya akan bertahan 1 tahun, dan kalau harganya $500 juta, biasanya rusak setelah 5 tahun. Survei ini masuk akal juga, tapi tidak bisa jadi patokan yang resmi. Masuk akalnya karena biasanya kualitas dan daya tahan barang-barang elektronik berhubungan erat dengan harganya.

Selain indikator-indikator diatas, usia kamera digital biasanya bertahan sekitar 10 tahun sejak kamera itu diluncurkan, setelah itu, kemungkinan besar tidak ada yang membuat spare-partnya lagi, sehingga jika tidak diteruskan, maka jika ada komponen yang rusak, kameranya tidak bisa diperbaiki lagi.

Menurut saya, kita tidak perlu terlalu kuatir tentang shutter count. Foto saja jika memang hobi, tapi juga jangan terlalu boros dengan asal jepret. Saat membeli atau menjual kamera bekas, biasanya saya akan memeriksa shutter countnya untuk mendapatkan gambaran seberapa banyak penggunaan kamera tersebut. Semakin tinggi shutter countnya, harga kamera tersebut akan menurun.

Cara memeriksa shutter count kamera

Untuk mengetahui bagaimana memeriksa shutter count kamera, ambilah sebuah foto berformat JPG (asal bukan RAW), lalu bukalah EXIF (metadata file yang disisipkan ke dalam foto) dengan software pembaca gambar dan data EXIF, seperti IrfanView+plug-in untuk melihat metadatanya. Di Irfanview, bukalah foto, kemudian ke menu Image>Information>EXIF. Carilah “Total Pictures.”

Exif data foto diatas dengan IrfanView. Total Pictures = Shutter count/actuation

Exif data foto diatas dengan IrfanView. Total Pictures = Shutter count/actuation

Software lain yang gratisan yaitu Opanda Iexif. Untuk Opanda, setelah terinstall, bukalah foto dengan software ini. Di tab EXIF, gulunglah kebawah dan carilah “Total Number of Shutter Releases for Camera” Angka disampingnya adalah jumlah shutter count (jumlah berapa kali jepret dengan kamera tersebut).

Foto ini adalah foto yang ke 65071 dari jepretan kamera Nikon D700. Diperoleh dengan software Irfanview

Foto ini adalah foto yang ke 65071 dari jepretan kamera Nikon D700. Data diperoleh dengan software Irfanview. ISO 400, 85mm, f/2, 1/160 detik – Nikon D700 dan 85mm f/1.4D. Model: Stella Felicia

Panduan memilih kamera Fuji X

$
0
0

Sistem kamera Fuji X tergolong cukup baru dan mulai meningkat popularitasnya dalam 1-2 tahun terakhir. Berawal dari kamera Fuji X100 (2010), yang desainnya rangefinder dengan jendela bidik hybrid pertama (gabungan optik dengan elektronik), lensa 23mm f/2 (ekuivalen 35mm di kamera bersensor gambar full frame) dan sensor unik X-Trans yang ketajamannya hampir menyamai kamera bersensor gambar full frame.

Desain yang unik, dan kualitas gambar yang berkualitas membuat Fuji X100 terkenal di Amerika dan Eropa. Kemudian ide baru tercipta, mengapa gak sekalian bikin sistem kamera yang bisa ganti-ganti lensa? Satu setengah tahun kemudian, Fuji meluncurkan XPRO-1 (2012) dan kemudian XE-1 dan XE-2. Fuji juga membuat berbagai lensa bergaya jaman dulu dengan laras bukaan di lensa.

Fuji X-PRO 1

Fuji X-PRO 1

Fujifilm XPRO-1 menarik secara desain, tapi dalam praktiknya, kinerja autofokus lambat dan jendela optiknya tidak akurat dan harganya cukup tinggi. Di masa depan, sepertinya Fuji akan meninggalkan desain jendela bidik optik (hybrid) dan hanya akan mengandalkan jendela bidik elektronik. Menurut saya itu pilihan yang baik, karena jendela bidik optik di kamera bergaya rangefinder tidak akurat dan juga membuat harga menjadi jauh lebih mahal. Sebagai info, jendela bidik optik bisa meningkatkan harga sampai dengan US$300.

Awalnya, kebanyakan lensa Fuji adalah lensa yang fix atau berjarak fokus tetap (gak bisa zoom). Wajar dan cocok untuk badan kamera yang tidak terlalu besar. Lensa fix biasanya berukuran cukup kecil dan bukaan yang besar. Target pasar Fuji memang adalah penghobi fotografi di jaman kamera film yang banyak mengunakan lensa fix. Kemudian, Fuji mulai membuat lensa zoom dan beberapa kamera untuk konsumen yang lebih luas, yaitu Fuji X-M1 dan X-A1. Baru-baru ini, Fuji mengumumkan perencaan lensanya. 2 lensa zoom berbukaan besar, sebuah lensa supertelefoto dan super lebar berkualitas akan diluncurkan dalam 1-2 tahun ini. Berita ini sangat positif untuk fotografer serius.

Kinerja autofokus atau secara keseluruhan kamera masih agak tertinggal dibandingkan dengan kamera mirrorless lainnya seperti Olympus, Panasonic, Sony Alpha, sehingga kamera-kamera Fuji sampai saat ini belum begitu cocok untuk memotret fotografi aksi, yang subjeknya bergerak cepat. Untuk fotografi yang lebih pelan, seperti produk, still life, pemandangan, travel, kamera ini akan bekerja dengan baik.

Sejujurnya, sistem kamera Fuji X adalah sistem kamera yang menarik perhatian saya dibanding sistem kamera mirrorless yang lain, karena sensor gambar X-Trans Fuji, ukuran dan desain kamera dan lensanya yang cukup seimbang, dan koleksi lensa fixnya yang berkualitas. Namun, untuk saat ini, kinerja autofokus dan operasinya masih belum segesit kamera DSLR. Maka dari itu, saya belum berencana invest di sistem ini, tapi akan selalu memantau.

Kelebihan kamera Fuji X

  • Sensor gambar X-Trans mampu menghasilkan foto yang tajam
  • Noise terkontrol sampai ISO 1600
  • Desain gaya rangefinder yang unik dan tidak terlalu besar
  • Tersedia adapter untuk pemilik lensa Leica
  • Sebagian besar lensa fix-nya berkualitas tinggi

Kekurangan kamera Fuji X

  • Harga cukup tinggi terutama seri X-PRO dan XE
  • Minimnya lensa zoom berbukaan besar
  • Baterai cepat habis
  • Kinerja kamera gen1 seperti XPRO-1 dan XE-1 agak lambat
  • Belum compatible seratus persen dengan software olah foto Adobe
  • Kecepatan penulisan data gambar ke kartu agak lamban
  • Jendela bidik hybrid optik framingnya tidak akurat (XPRO-1)
  • Perasaan saya kameranya kurang padat
Koleksi lensa Fuji X

Koleksi lensa Fuji X

Kamera Fuji X

  • Fuji X-PRO1 – Kamera pertama sistem Fuji X, memiliki viewfinder hybrid (optik dan elektronik), autofokus relatif lambat
  • Fuji XE-1 – Kamera yang lebih ringan dan bentuknya lebih kecil dari X-PRO1, tidak memiliki jendela bidik optik.
  • Fuji XE-2 – Perbaharuan dari XE-1, punya layar LCD yang lebih bagus,WiFi dan secara umum kinerjanya lebih baik

Koleksi lensa zoom (sampai 2014 awal)

  • Fujinon XC 16-50mm f/3.5-5.6 OIS – Lensa zoom lebar, paket dengan kamera pemula Fuji XM-1 dan X-A1
  • Fujinon XC 55-230mm f/4.5-5.6 OIS – Lensa telefoto berkualitas standar, biasanya untuk dipaketkan dengan kamera pemula
  • Fujinon XF 10-24mm f/4 OIS – Lensa super lebar, untuk peminat fotografi pemandangan dan arsitektur yang serius
  • Fujinon XF 18-55mm f/2.8-4 OIS – Lensa zoom berbukaan besar yang dipaketkan dengan kamera menengah-canggih
  • Fujinon XF 55-200mm f/3.8-4.8 OIS – Lensa telefoto berkualitas menengah
  • Fujinon XF 16-50mm f/2.8 OIS – Lensa berkualitas untuk liputan, travel, pemandangan, baik indoor atau outdoor (Tahap perencanaan)
  • Fujinon XF 50-140mm f/2.8 OIS – Lensa zoom telefoto untuk portrait, olahraga, satwa liar, pertunjukan dan lain-lain (Tahap perencanaan)
  • Fujinon XF XC 18-135mm f/3.5-5.6 OIS – Lensa standar zoom serba guna, cocok untuk travel outdoor (Tahap perencanaan)

Koleksi lensa fix (untuk mencari ekuivalennya dengan kamera full frame, X 1.5)

  • Fujinon XF 14mm f/2.8 Lensa sangat lebar, biasanya untuk pemandangan atau arsitektur
  • Fujinon XF 18mm f/2 Lensa lebar, ukurannya sangat kecil, untuk street photography/travel
  • Fujinon XF 23mm f/1.4 Lensa lebar, kualitasnya sangat tinggi, untuk street photography/travel
  • Fujinon XF 27mm f/2.8 Lensa yang ukurannya sangat kecil, kualitas standar
  • Fujinon XF 35mm f/1.4 Lensa standar, biasa untuk fotojurnalisme dan portrait.
  • Fujinon XF 56mm f/1.2 Lensa spesialis portrait, bisa juga untuk candid.
  • Fujinon XF 60mm f/2.4 Macro
  • Lensa lebar berbukaan besar (Tahap perencanaan)
  • Lensa supertelefoto (Tahap perencanaan)

Perbedaan antara lensa Fuji XF dan XC

Lensa Fuji XF memiliki konstruksi optik dan body yang lebih berkualitas, sebagian besar dari logam, dan memiliki laras untuk mengubah bukaan/aperture (kecuali XF 27mm f/2.8 yang ukurannya sangat kecil). Lensa XF dibuat di Jepang. Sedangkan lensa Fuji XC dirancang untuk menekan harga, sebagian besar badan kamera dari plastik, umumnya lebih ringan, bukaan maksimumnya relatif kecil, dan biasanya dipaketkan dengan kamera Fuji yang lebih murah seperti X-M1 dan X-A1. Lensa XC biasanya dibuat di Cina atau Filipina.

Bahas foto siluet anak, pedati & pohon aren

$
0
0

Foto dibawah ini saya buat di Kamboja 2013 yang lalu saat tour fotografi kelompok ke-2. Lokasinya di daerah persawahan yang memiliki banyak pohon aren disekitarnya. Idenya adalah menangkap foto siluet anak dengan kerbau, pedati dan suasana langit matahari terbenam. Kebetulan saat berkunjung kedua kalinya, langit cerah dan matahari menampakkan dirinya. Di kunjungan pertama, hari mendung jadi warna langit abu-abu.

tour fotografi kamboja

ISO 1000, f/4, 1/500 detik, 100mm

Untuk membuat foto semacam ini, kita perlu berada di posisi lebih rendah daripada subjek foto jika tidak maka bentuknya tidak utuh. Jadi saya turun ke persawahan. Agak becek, tapi tidak masalah.

Secara komposisi, saya menempatkan anak dan kerbau disebelah kiri, karena dia menghadap ke arah kanan. (Lebih tepatnya saya menempatkan diri dan mengarahkan kamera supaya posisi anak & kerbau disebelah kiri bidang gambar). Kemudian pedati dan pohon disebelah kanan. Saya sengaja memasukkan pohon aren dan pedati di dalam bidang gambar supaya mendapat kesan lingkungan tempat saya memotret. Saya berpindah-pindah mencari sudut supaya pedati dan pohon tidak menabrak/menutup satu sama lainnya. Awan-awan dilangit yang berwarna jingga juga saya perhatikan dan saya upayakan untuk menjadi “leading line” yang menunjuk pada anak (jagoan di foto tsb).

Untuk setting kamera, saya mengunakan bukaan f/4 supaya anak dan dan keseluruhan kerbaunya tajam, dan shutter speed 1/500 detik untuk mendapatkan foto yang tajam meskipun kerbau dan anak tersebut bergerak-gerak. Lensa telefoto saya juga gak ada image stabilizationnya, jadi amannya pakai shutter speed yang lebih cepat untuk mencegah foto blur karena getaran tangan. Jarak fokus lensa yang saya gunakan yaitu 100 mm.

Akibatnya, kamera memilih nilai ISO yang cukup tinggi yaitu 1000 karena kondisi cahaya makin redup. Saya mengunakan mode Manual dan auto ISO dimana maximum ISO saya set cukup tinggi yaitu ke ISO 3200. Tidak masalah, karena rata-rata kamera digital SLR / mirrorless zaman sekarang cukup baik kualitas gambarnya sampai ISO 1600. Lebih baik mendapatkan foto yang tajam daripada noise. Karena noise dapat dilenyapkan melalui software olah digital.

Lensa telefoto mengkompresi ruang sehingga foto tersebut terkesan datar/dua dimensi. Pohon aren dan awan dari kejauhan terlihat lebih dekat dari aslinya.

Foto ini terlihat sederhana, tapi untuk membuatnya diperlukan kesabaran untuk menunggu sampai cahaya dan posenya pas, dan juga perlu mencari titik sudut pandang yang pas supaya elemen-elemen di dalam foto bekerja dengan baik dan terasa harmonis dan seimbang.

Ikuti workshop, kursus kilat dan tour fotografi. Cek jadwalnya disini.

Workshop Adobe Photoshop untuk Fotografer

$
0
0

Sebagian besar pembaca mungkin telah mengetahui bahwa software olah digital favorit saya yaitu Adobe Lightroom. Kelebihannya banyak, seperti sederhana dan cepat dalam mengolah dan sekaligus mengelola foto. Tapi Lightroom punya keterbatasan, misalnya tidak bisa mengkombinasikan/menggabungkan dua foto, tidak bisa membuat latar belakang blur seperti mengunakan lensa berbukaan besar, tidak bisa menghilangkan latar belakang, tidak bisa menambahkan efek cahaya dan mengubah bentuk subjek foto seperti menguruskan tubuh manusia.

Maka itu, Adobe Photoshop CS masih menjadi andalan untuk mengolah foto supaya lebih bagus dan ideal. Workshop Adobe Photoshop CS kali ini akan diadakan dalam dua hari dan ditujukan kepada penghobi fotografi yang pemula dalam mengedit foto dengan Photoshop.

Ruang kerja Photoshop

Ruang kerja Photoshop

Tempat sangat terbatas, hanya 8 orang per kelas. Minimum 4 orang. (tinggal 7 tempat lagi)

Syarat: Membawa laptop masing-masing dengan software Adobe Photoshop CS yang sudah diinstall. Versi yang disarankan CS2 atau lebih baru.

Tempat kursus: Jl. Moch. Mansyur (Imam Mahbud) No. 8B-2. Ruko disebelah Bank Bumiputera, dekat perempatan Roxi. Jakarta Pusat 10140

Hari dan tanggal:  Sabtu & Minggu 25-26 Januari 2014, Pukul 10.00 sampai 17.00 WIB

Materi hari pertama

 

Pengenalan Photoshop

Pemahaman Photoshop dan apa yang bisa dilakukan oleh Photoshop (contoh-contoh foto, sebelum sesudah).

  1. Mengenal ruang kerja (workspace Photoshop) fungsi panel, toolbar, menu-menu penting.
  2. Manajemen file foto: format file, membuka dan menyimpan foto, mengubah besar foto, cropping dan menegakkan garis/horizon, membalikkan foto.

Fitur penting Photoshop : Layer & Masking
Layer memungkinkan banyak hal antara lain:

  1. Penggabungan dua foto atau lebih menjadi satu, misalnya menggabungkan foto awan dengan pemandangan
  2. Membuat berbagai penyesuaian seperti terang gelap, warna, kontras, blur diseluruh bidang gambar atau bagian tertentu

Seleksi dan Blend Modes

  • Seleksi, yaitu memilih daerah tertentu dalam bidang gambar untuk diolah atau dihapus. Misalnya menyeleksi sebuah benda/manusia yang kemudian bertujuan untuk menghilangkan latar belakang dari subjek foto.
  • Selain layer, ada juga blend modes yang wajib dipahami. Dengan kombinasi layer, layer mask dan blend modes, kita dapat membuat efek-efek foto yang biasa saja menjadi lebih menarik/dramatis.

Latihan hari pertama

  1. Latihan mengolah foto pemandangan
  2. Latihan mengolah foto portrait / still life
Belajar seleksi rambut dengan Photoshop

Belajar seleksi rambut dengan Photoshop

Materi hari kedua

 

  1. Mengoreksi terang gelap secara global maupun sebagian (teknik dodge and burn)
  2. Belajar mengatur level dan curve
  3. Mengatur tone warna (saturation, hue, color balance)
  4. Konversi foto menjadi hitam putih yang kontras tinggi maupun rendah

Mengendalikan fokus dan ruang tajam

  1. Membuat latar belakang blur seperti mengunakan lensa berbukaan besar
  2. Membuat sebagian bidang foto blur seperti mengunakan lensa tilt-shift
  3. Membuat motion blur seakan subjek bergerak cepat

Membetulkan dan mengubah bentuk

  1. Distorsi (cembung/cekung) pada foto
  2. Menghilangkan noise/bercak pada foto
  3. Menyeimbangkan terang gelap (misalnya pada foto pemandangan, menggelapkan langit yang terlalu terang).
  4. Mengubah bentuk termasuk bentuk wajah, tubuh dan sebagainya

Latihan dan efek khusus hari kedua

  1. Ray of light (efek cahaya)
  2. Basic retouch untuk fashion photography
  3. Retouch wajah seperti menghaluskan wajah, menghapus keriput, memutihkan gigi, mencerahkan mata.
Portrait retouch dengan Photoshop

Retouch portrait dengan Photoshop

Ray of Light effect

Ray of Light effect

Belajar membuat efek ray of light dengan Adobe Photoshop

Belajar membuat efek ray of light (ROL) dengan Adobe Photoshop

Biaya untuk workshop Basic Photoshop dua hari : Rp 1.000.000,-

Spesial discount bagi Alumni Infofotografi, pelajar dan mahasiswa Rp 950.000,-

Termasuk makan siang 2x dan snack

Instruktur
Bisma Santabudi adalah lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD dengan pengalaman kerja di bidang advertising dan IT. Pada saat ini ia lebih banyak bekerja sebagai pengajar di beberapa institusi pendidikan di Jakarta selain sebagai fotografer dan mengisi workshop dan seminar seputar dunia desain grafis dan fotografi.

Cara mendaftar:

  1. Transfer biaya kursus ke Enche Tjin via BCA 4081218557 atau Mandiri 1680000667780.
  2. Jika sudah transfer, tolong kabari via sms 0858 1318 3069 atau e-mail infofotografi@gmail.com

*foto dan ilustrasi copyright Bisma Santabudi

Menerjemahkan istilah sistem wireless flash kamera Canon

$
0
0

Mengunakan fasilitas wireless flash Canon yang tersedia diberbagai kamera DSLR Canon bisa jadi membingungkan karena Canon mengunakan banyak kode, simbol dan istilah yang cukup banyak. Tanda baca sederhana seperti + dan : memiliki arti yang berbeda dan penting untuk dipahami.

Sistem wireless flash ini menarik karena sudah terpasang di hampir semua kamera DSLR Canon dari yang kamera pemula seperti Canon 600D sampai kamera canggih terbaru. Sistem wireless ini mengunakan built-in flash yang terpasang diatas kamera untuk memicu (trigger) flash Canon atau yang compatible dengan sistem wireless ini.

Berikut ini berbagai istilah yang akan Anda temui saat mencoba mengatur fungsi flash Canon

  • Flash control: menu flash yang biasanya terletak di menu halaman pertama.
  • Built-in flash: lampu kilat yang terpasang di atas kamera.
  • Speedlite: Lampu kilat eksternal seperti 580EX, 600RT, 430EX dst.
  • Master: Speedlite yang memberikan instruksi kepada speedlite lain yang di set sebagai Slave. Instruksi diberikan dengan kilatan cahaya. Speedlite master selalu berada di group A.
  • Slave: Speedlite yang diletakkan diluar kamera dan siap menerima perintah dari Master/built-in flash
  • Channel: Semua speedlite harus berada di channel yang sama supaya bisa berkomunikasi
  • E-TTL : electronic – through the lens = sistem pengukuran kekuatan flash otomatis
  • Group / Slave ID : Jika Anda ingin menentukan kekuatan flash yang berbeda satu sama lain, masukkan flash ke group
  • Rasio: Perbandingan kekuatan group flash yang satu dengan yang lain.
  • A:B —Sistem dua kelompok, bisa E-TTL atau Manual.
  • A:B C —Sistem tiga grup, semua flash dikendalikan dengan otomatis (E-TTL). Perhatikan ada spasi antara B dan C.
  • A:B:C —Sistem tiga grup, semua flash kekuatannya dikendalikan secara manual satu persatu. Perhatikan ada tanda : diantara B dan C.
  • A+B+C— Sistem satu grup yang menembakkan flash dengan kekuatan yang sama tidak peduli flash tersebut termasuk kelompok A, B atau C.

flash-canon

Simbol ini biasanya ditemukan di speedlite Canon 580 EX. Adanya garis-garis di sebelah simbol flash disebelah kiri atas menandakan flash yang bertindak sebagai Master akan menembakkan lampu kilat dan akan mempengaruhi exposure/hasil gambar. Sedangkan yang kiri bawah berarti flash yang bertindak sebagai Master akan menembak, tapi tidak akan mempengaruhi hasil gambar.

canon-wireless-flash-func

Keterangan dari atas kebawah

  • Disable: Berarti fungsi wireless dimatikan.
  • Flash dan built-in flash akan bersama-sama menembakkan lampu kilat dalam rasio kekuatan tertentu dan akan mempengaruhi kualitas gambar
  • Hanya kilatan speedlite/flash yang mempengaruhi kualitas gambar, built-in flash hanya memberikan instruksi saja.
  • Flash dan built-in flash sama-sama akan menembak dan mempengaruhi kualitas gambar. Kita dapat menentukan kekuatan speedlite dan built-in flash secara terpisah.

Demikian catatan saya tentang sistem flash Canon. Jika ingin belajar creative lighting dengan flash lebih mendalam, ikuti workshop creative lighting dengan flash.


Panduan lengkap memilih kamera digital

$
0
0

Berkat teknologi digital dalam fotografi yang memungkinkan desain kamera dalam berbagai bentuk dan ukuran, kita memiliki banyak jenis kamera digital untuk dipilih. 10 tahun yang lalu, pilihan kamera digital cuma dua, yaitu kamera compact/pocket atau kamera DSLR. Tapi sekarang ada sekitar tujuh kategori kamera digital yaitu: kamera ponsel, kamera pocket, kamera compact canggih, kamera mirrorless, kamera DSLR (terbagi lagi dari pemula sampai profesional).

Sebelum memilih jenis kamera digital, sebaiknya memahami bagaimana menentukan kriteria kualitas kamera yakni:

  • Kualitas gambar: Ditentukan dari besarnya image sensor (sensor gambar) dan generasi prosesor gambar
  • Kinerja: Kecepatan operasi, kecepatan foto berturut-turut dan melakukan fungsi-fungsi kamera yang otomatis
  • Ekosistem: Seberapa lengkap aksesoris seperti lensa dan flash, kualitas layanan purna jual
  • Ergonomi dan Antarmuka: Seberapa nyaman saat dipegang dan digunakan. Kualitas susunan tombol dan isi menu

Ulasan lengkap tentang kriteria kamera yang bagus bisa dibaca di artikel ini.

JENIS KAMERA DIGITAL

Banyaknya pilihan jenis kamera digital membuat calon pembeli membuat keputusan untuk membeli. Setiap kamera fungsinya sama, yaitu membuat gambar/foto, tapi tidak ada yang ideal untuk semua hal. Ibaratnya seperti pisau untuk memasak. Ada pisau besar, ada yang kecil, dan ada yang khusus untuk makanan tertentu. Kamera digital juga sama. Berikut pendapat saya tentang berbagai jenis kamera digital yang ada:

Ponsel : Unggul karena selalu dibawa bersama, berukuran kecil dan mudah dibagikan dengan teman atau diunggah ke web. Namun kualitas gambar biasanya kurang tajam dan lensannya tidak bisa zoom, jadi cocoknya sebagai sketsa, dokumentasi, dan bukan untuk dicetak besar. Pandangan kedepan: Makin laris dan berkembang seiring dengan dengan tuntutan konsumen akan kamera di ponsel yang makin tinggi.

Kamera compact/saku : Dulu sangat laris sebelum ponsel dapat berfungsi sebagai kamera, tapi sejak kualitas gambar dari ponsel semakin baik, kamera compact semakin menurun penjualannya dan ditinggalkan pembeli. Beberapa perusahaan juga sudah mengabaikan untuk memperbaharui jenis kamera ini. Pandangan ke depan: Tidak diminati lagi karena sudah ada ponsel.

Kamera compact canggih (advanced compact) : Memiliki sensor gambar yang relatif lebih besar dari kamera ponsel atau compact biasa. Kemampuan untuk menangkap gambar yang jernih di kondisi gelap lebih bagus dan kinerjanya juga lebih cepat. Cocok untuk street photography, candid, indoor. Pandangan ke depan: Masih diminati oleh penghobi fotografi yang menginginkan kamera yang lebih banyak fiturnya daripada ponsel.

Kamera prosumer atau superzoom : Kekuatan utama jenis kamera ini adalah zoom lensanya yang bisa 20-50X atau bahkan lebih. Bentuknya seperti kamera DSLR dan ukurannya biasanya lebih kecil dan ringan. Harganya lebih terjangkau. Kinerja/kecepatan biasanya standar. Lensanya tidak bisa ditukar, dan sensor gambarnya umumnya relatif kecil, sedikit lebih besar dari kamera saku. Pandangan ke depan: Segmen pasar terbatas ke penggemar fotografi yang ingin zoom panjang dan kamera yang lebih ringkas dari DSLR.

Mirrorless : Jenis kamera yang paling banyak dibahas beberapa tahun terakhir ini. Keunggulannya ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan kamera DSLR, tapi kualitas gambarnya hampir sama, bahkan ada yang melebihi kamera DSLR. Juga bisa ganti lensa. Kelemahannya, kapasitas baterai, kelengkapan lensa, aksesoris dan kinerja autofokusnya belum sebaik kamera DSLR. Cocok untuk jalan-jalan tapi tidak ingin membawa kamera yang berat. Pandangan ke depan: Potensi berkembang lebih besar ada, jika harga makin bersaing dengan kamera DSLR dan kelengkapan lensa semakin komplit.

Canon 100D, salah satu kamera DSLR pemula yang populer satu dekade belakangan ini.

Canon 100D, salah satu kamera DSLR pemula yang populer satu dekade belakangan ini.

Kamera DSLR pemula : Jenis kamera yang paling laris untuk penghobi fotografi pemula, harganya cukup terjangkau, koleksi lensa dan aksesorisnya lengkap dan banyak variasinya. Keunikkan kamera DSLR adalah adanya prisma yang memungkinkan kita melihat langsung melalui jendela bidik seperti layaknya kita melihat dengan mata kepala sendiri. Kedepannya, jenis kamera ini mungkin akan menurun tergantikan oleh sistem kamera yang lebih ringkas seperti mirrorless. Bagi yang masih setia kemungkinan akan upgrade ke kamera DSLR menengah-pro.

Kamera DSLR menengah-canggih : Kamera DSLR menengah canggih ini biasanya disukai oleh penghobi fotografi serius dan kalangan semi profesional. Keunggulan kamera DSLR kategori ini adalah kinerja autofokus, operasi kamera dan tombol-tombolnya tersedia sehingga fotografer dapat dengan cepat mengganti setting dan memotret. Pandangan kedepan: Bertahan dan masih diminati dalam beberapa tahun kedepan karena ekosistem dan kepemilikan lensa.

Kamera DSLR PRO : Kamera andalan profesional yang bekerja di berbagai bidang baik di lingkungan yang ekstrim. Fotografer profesional biasanya menginginkan kinerja kamera yang cepat dan kualitas fisik kamera yang tangguh dan tidak begitu memperdulikan ukuran dan berat kamera. Pandangan kedepan: Bertahan karena masih dibutuhkan kalangan profesional, meskipun perkembangannya teknologinya akan lambat (per 3-4 tahun).

Menentukan membeli kamera DSLR langsung yang PRO atau yang pemula terlebih dahulu sering memancing perdebatan, saya pernah membahasnya di artikel ini.

TUJUAN

Sebelum membeli jenis kamera tertentu, ada baiknya merenungkan tujuan untuk membeli kamera digital:

Kualitas kamera ponsel semakin baik dua tahun belakangan ini.

Kualitas kamera ponsel  seperti iPhone 5s semakin baik dua tahun belakangan ini.

Jika tujuannya mencari kamera digital yang dibawa setiap hari, untuk mendokumentasi kegiatan sehari-hari. Untuk tujuan ini, kamera smartphone yang bagus bisa dilirik. Saat saya menulis artikel ini (2014 awal) camera smartphone yang terbaik yaitu Nokia Lumia 1020, yang memiliki sensor gambar 1/1.5″ (lebih besar dari sebagian besar kamera digital saku), dan resolusi 41 Megapixel. Nokia 1020 mengunakan sistem operasi Windows yang tidak seramai Android / Iphone. Penggemar sistem operasi Android akan menyukai Sony Experia Z1, yang tahan air, cepat, dan cukup detail dalam menangkap gambar terutama disiang hari. Resolusi fotonya 20 MP dan sensor gambarnya 1/2.5 inci. Untuk penggemar Apple, tentunya Apple iPhone 5s merupakan kamera yang terbaik. Kinerjanya sangat cepat dan banyaknya aplikasi dan fungsi menjadikan iPhone kamera yang sangat populer.

Jika mencari kamera digital saku, saran saya adalah mencari kamera digital yang bisa ringan dan bisa dikantongi sehingga tidak perlu membawa tas ekstra. Sensor gambar kamera juga penting karena jika memiliki kamera digital yang ukuran sensor gambarnya kecil, tidak akan punya banyak keuntungan dibandingkan saat mengunakan ponsel canggih. Kamera digital saku yang paling berkualitas saat ini adalah: Sony RX100 II (sensor gambar 1 inci, lensa zoom), Ricoh GR (sensor gambar APS-C setara kamera DSLR, ergonomi dan antarmuka sangat baik). Baca juga kriteria kamera digital pocket yang gak bisa ganti lensa di akhir tulisan ini.

Oke, kalau yang ingin kamera digital yang kualitas lebih tinggi dan fleksibilitas ganti-ganti lensa, tapi tidak ingin yang terlalu memberatkan, sistem kamera mirrorless. Sistem kamera dari Sony, Olympus, Panasonic G, Samsung NX, Nikon 1, dan Fuji X sudah cukup lengkap lensa-lensanya dan kualitasnya juga tidak kalah dari sistem kamera DSLR. Kamera sistem mirrorless biasanya memiliki layar sentuh dan untuk melihat dan memotret, biasanya kita mengunakan layar LCD seperti kamera saku/ponsel. Layar LCD jauh lebih besar daripada jendela bidik, maka itu, bagi yang matanya sudah kurang awas, sistem mirrorless akan lebih nyaman digunakan daripada kamera DSLR.

Bagi penggemar fotografi yang baru ingin belajar fotografi dan mendalami fotografi bukan hanya untuk sekedar jalan-jalan, tapi juga untuk fotografi yang lebih bervariasi dan mendalam seperti fotografi landscape, still life, produk, portrait, arsitektur, fotojurnalisme, dan lain-lain, saya mengusulkan sistem kamera DSLR pemula – menengah.

Bagi yang memiliki aspirasi untuk menjadi fotografer profesional atau serius dalam membuat karya foto yang terbaik di segala medan, saran saya beli kamera DSLR canggih – pro. Kamera DSLR pro memang harganya tinggi, tapi kualitas, kinerja dan daya tahannya kuat dan lama.

Nikon D4s, kamera DSLR untuk profesional

Nikon D4s, kamera DSLR untuk profesional

FAKTOR PEMBATAS

Sampai saat ini, mungkin Anda sudah punya sedikit gambaran tentang jenis kamera apa yang cocok untuk tujuan fotografi Anda. Selanjutnya, ada faktor-faktor yang membatasi Anda untuk mendapatkan kamera digital idaman.

Harga adalah salah satu faktor pembatas yang sangat kuat. Tak bisa dipungkiri, untuk sebagian besar orang, dana terbatas, selain kamera, dana perlu disiapkan untuk membeli lensa, lampu kilat dan aksesoris lainnya.

Bagi beberapa orang, ukuran dan berat merupakan faktor yang lebih penting. Kamera, lensa atau tripod yang terlalu berat akan mengganggu mobilitas dan kenyamanan memotret. Di lain pihak, kamera yang kecil dengan tombol yang kecil juga merepotkan kita saat ganti setting dan mempertahankan supaya tetap steady saat memotret.

Sebagian besar orang yang membeli kamera digital hanya untuk memotret, tapi sebagian lainnya juga ingin mencoba untuk merekam video. Tidak semua kamera digital juga bagus untuk merekam video. Bagi yang menyukai video beberapa jenis kamera lebih fleksibel dan kualitasnya lebih bagus dari kamera lainnya. Misalnya Panasonic GH, Canon 70D, 5D mk III.

Jika sebagian besar foto yang ingin dibuat adalah fotografi aksi seperti olahraga, satwa liar, liputan, maka kamera dengan kecepatan foto berturut-turut merupakan hal yang sangat penting. Sayangnya kecepatan tinggi biasanya didapatkan dengan harga yang cukup tinggi, kamera DSLR canggih-pro biasanya tepat untuk kebutuhan ini.

Bila sebagian besar hal yang dipotret di kondisi lingkungan yang gelap, seperti liputan wedding, konser musik, pertunjukan teater, olahraga di malam hari atau di dalam ruangan, kamera yang bersensor gambar besar seperti Kamera DSLR full frame akan mampu menghasilkan kualitas gambar yang masih baik di ISO tinggi (diatas ISO 1600). Sebagai alternatif atau untuk dikombinasikan, lensa berbukaan besar dan flash bisa digunakan jika diizinkan.

WILD CARDS : Kamera dengan sensor gambar besar tapi tidak bisa ganti lensa

Beberapa tahun terakhir, ada jenis kamera baru yang tidak umum. Kamera-kamera ini mengandalkan sensor gambar yang ukurannya lebih besar daripada kamera dikelasnya. Akibatnya, kualitas gambarnya relatif lebih bagus daripada kamera-kamera sekelasnya.

wildcard Fujifilm, X100s

wildcard Fujifilm, X100s

Fujifilm memulai tren ini dengan mengeluarkan Fujifilm X100, dan kemudian diperbaharui menjadi Fujifilm X100s. Fisik kamera seperti kamera film jaman dulu dengan desain rangefinder. Sensor gambarnya berukuran APS-C dan sensor unik yang dikembangkan Fuji yaitu X-Trans sensor. Performa sensor ini relatif baik dibandingkan dengan kamera DSLR. Lensa yang terpasang tidak bisa diganti-ganti, tapi kualitasnya sangat baik yaitu 23mm f/2 (ekuivalen dengan bidang pandang 35mm di kamera bersensor full frame). Kesuksesan X100 dan X100s di kalangan penghobi fotografi di Amerika dan Eropa membuat Fuji mengembangkan beberapa varian dari kamera compact lain yaitu Fuji X20 yang lebih tepat dimasukkan ke dalam kamera advanced compact yang bersaing dengan Sony RX100.

Sony mengembangkan berbagai kamera yang tidak lazim karena memakai sensor gambar yang besar. RX1 memiliki sensor sebesar kamera full frame dengan lensa Zeiss 35mm f/1.4. RX10 adalah kamera prosumer dengan sensor gambar terbesar dikelasnya yaitu 1 inci dan lensa zoom berbukaan konstan 24-200mm f/2.8. Kamera RX10 ini cukup praktis untuk traveling light. Sony RX100 II berukuran lebih kecil lagi dengan sensor gambar 1″ Kelebihan dari RX100 adalah ukurannya yang bisa dikantongi.

Ricoh GR, Nikon Coolpix A, Sigma DP: Kamera yang dari luar bentuknya lebih menyerupai kamera saku biasa, tapi dalamnya tersimpan sensor gambar berukuran APS-C atau setara kamera DSLR. Lensa yang terpasang tidka bisa digantikan dan tidak bisa zoom. Kelebihan dari lensa fix adalah bukaan lensa yang relatif besar f/2.8 atau lebih besar lagi dan kualitas fotonya sangat tajam.

Baca juga kamera compact dan prosumer terbaik 2013

GANTI SISTEM

Tidak jarang kita terpikir untuk mengganti sistem/merek kamera. Tentunya banyak alasannya, yang saya ulas disini. Yang penting sebelum ganti sistem pikirkan dulu apakah ganti sistem ini karena “rumput tetangga selalu lebih hijau” atau ada memang ada keunggulan yang jelas dari sistem kamera lainnya yang tidak tersedia di sistem kamera ini. Sadarilah bahwa mengganti sistem kamera berarti ada ongkos materil dan imaterilnya. Kita harus belajar kembali dan membiasakan diri terhadap susunan tombol, menu dan cara operasi kamera.

Artikel-artikel dibawah ini mungkin akan membantu Anda dalam mengambil keputusan

FAKTOR LAINNYA

Konektivitas
Seiring jaringan sosial yang semakin maju, kebutuhan manusia untuk selalu bisa terhubung dan berbagai di internet semakin meningkat. Untuk sebagian orang, kamera harus memiliki fungsi wifi atau NFC untuk transfer gambar dari kamera ke ponsel, tablet atau media lainnya. Ada yang mementingkan fitur GPS dan geotagging untuk berbagi foto dan lokasi dimana foto diambil.

Layanan purna jual
Bagaimana dengan pelayanan setelah pembelian? Jika ada yang rusak apakah ada pusat servisnya? Apakah sparepartnya mudah dan cepat? Semakin terkenal dan laris sebuah merek kamera, semakin mudah dan cepat servisnya. Selain teknisi resmi, biasanya juga banyak teknisi tidak resmi yang menjual jasa dan sparepartnya dalam harga yang lebih murah.

Built-in flash
Ada kamera yang memiliki built-in flash, ada yang tidak. Ironisnya, beberapa kamera DSLR canggih tidak memiliki built-in flash sehingga harus mengunakan lampu kilat eksternal. Selain untuk membantu pencahayaan, built-in flash bisa juga difungsikan sebagai pembantu autofokus (di kamera DSLR Canon) dan untuk mengirimkan sinyal wireless trigger untuk flash yang terletak diluar kamera.

Weathersealing
Suka memotret di kondisi cuaca buruk atau lingkungan yang ekstrim? Jangan lupa mencari kamera yang tahan air, debu dan temperatur dingin. Selain kamera, pastikan lensanya juga weathersealed.

Scene modes & Creative effects
Untuk pemula atau fotografer casual yang menghendaki kepraktisan dalam proses foto. Fitur-fitur seperti mode panorama, variasi creative filter and effects, auto HDR (untuk mengurangi kontras pemandangan), dan mode scenes yang bervariasi mungkin akan penting. Terutama bagi yang tidak ingin belajar teknik fotografi dan olah digital. Sebagian besar kamera compact, kamera mirrorless dan kamera DSLR tingkat dasar/pemula memiliki fitur-fitur ini.

Memory card slot
Saat ini, sebagian besar kamera menerima memory card jenis SD (secure digital) atau/dan CF (compact flash). Memory card berjenis SD card berukuran lebih kecil, dan lebih pelan daripada CF card, namun lebih murah dan makin banyak dipakai. Sebagian besar kamera DSLR Pro memakai CF card yang lebih kokoh dan berkapasitas lebih besar. Di beberapa kamera DSLR canggih, lubang memory card lebih dari satu, tujuannya bisa sebagai back-up, atau sekedar untuk overflow, alias jika memory card di lubang pertama sudah penuh, otomatis foto berikutnya akan disimpan di memory card kedua.

Battery grip
Aksesoris ini berguna untuk menyimpan baterai tambahan dan juga memudahkan untuk memegang kamera saat memotret dengan orientasi vertikal. Kamera DSLR pemula biasanya tidak memiliki pilihan battery grip original, biasanya hanya dibuat oleh pihak ketiga dengan kelemahan yaitu harus mengunakan kabel khusus. Di sebagian besar kamera, battery grip dapat berfungsi untuk menambah kecepatan foto berturut-turut, misalnya di kamera Nikon D700 dan Nikon D300s.

FAKTOR yang perlu dipertimbangkan dalam membeli kamera compact yang tidak bisa ganti lensa

Selain ukuran sensor gambar, hal-hal berikut ini penting untuk diperhatikan sebelum membeli kamera yang tidak bisa berganti lensa:

Kualitas lensa dan sifat lensa sangat penting untuk diperhatikan karena lensanya tidak bisa diganti seperti sistem kamera DSLR. Lensa yang berkualitas tinggi biasanya memiliki bukaan yang besar, seperti f/1.4, f/1.8, f/2 dan f/2.8. Lensa yang lebih kecil dari f/2.8 seperti f/3, f/3.5 dan seterusnya dianggap kecil. Kinerja lensa untuk memotret subjek yang dekat juga sebaiknya diperhatikan terutama jika Anda hobi memotret detail atau subjek yang kecil. Seberapa dekat lensa bisa fokus? makin dekat makin bagus.

Apakah kameranya enak dan mantap saat digenggam, apakah tombol-tombolnya cukup besar dan cukup terjangkau oleh jari-jari tangan kita? Dan yang penting juga apakah kameranya bisa dikantongi? Kalau bisa dikantongi akan lebih praktis untuk dibawa kemana-mana.

Apakah kamera tersebut memiliki flash terpasang atau setidaknya hot shoe untuk memasang flash eksternal? Sebagian besar dari kita mungkin tidak membutuhkan flash saat memotret, tapi bagi yang suka memotret di dalam ruangan mungkin sesekali akan membutuhkan flash.

Lumix LX7 ini memiliki lensa dengan bukaan sangat besar yaitu f/1.4-2. Ideal buat motret di indoor yang gelap.

Lumix LX7 ini memiliki lensa dengan bukaan sangat besar yaitu f/1.4-2.3. Ideal buat motret di indoor yang gelap.

IKHTISAR

Apa yang penting dipertimbangkan sebelum membeli kamera digital yaitu kualitas gambar (tergantung dari ukuran sensor gambar dan generasi prosesor kamera), kinerja/kecepatan, ergonomi dan ekosistem (kelengkapan lensa, aksesoris, komunitas). Lalu pertimbangkan jenis kamera digital (saku, prosumer, mirrorless, DSLR). Pertimbangkanlah faktor-faktor pembatas, seperti dana yang tersedia, kebutuhan akan kecepatan, kualitas gambar di kondisi gelap, dan fitur-fitur khusus yang diinginkan. Jika memilih kamera yang gak bisa ganti lensa seperti kamera compact atau prosumer, perhatikan kualitas lensa, ergonomi dan kelengkapannya. Selamat meneliti dan membeli kamera idaman yang cocok dengan Anda.

Jika sudah memiliki kamera, dan ingin belajar fotografi, ikuti workshop/seminar fotografi kami atau baca buku-buku fotografi yang bisa didapatkan disini.

Kamera-kamera DSLR terbaru makin oke untuk merekam video

$
0
0

Fitur rekam video di kamera DSLR menurut saya merupakan fitur yang sangat menarik. Bisa dibilang saat kita membeli kamera DSLR untuk fotografi, maka bonusnya adalah kamera tersebut bisa juga dipakai untuk merekam video. Dengan begitu tidak perlu bawa handycam atau alat rekam video khusus, kita bisa buat video yang kualitasnya berani diadu. Walau sifatnya mungkin sekedar bonus, fitur video di kamera DSLR tidak bisa dibilang ‘asal ada’ dan hasil videonya bukan ‘asal jadi’ melainkan dalam beberapa hal bisa mengalahkan camcorder khusus. Maka itu saat ini mulai banyak orang yang memanfaatkan kamera DSLR untuk membuat klip video baik pribadi maupun komersil, seperti dokumenter, musik, hingga film pendek.

Mengapa banyak orang yang memilih kamera DSLR sebagai sarana untuk membuat video? Bukan cuma karena praktis, tapi karena alasan teknis yang memang menjadi keunggulan kamera DSLR. Sebutlah misalnya ukuran sensor DSLR yang jauh lebih besar dari kamera rekam video, menjanjikan kualitas video yang oke, ruang tajam (DoF) yang tipis laksana film bioskop, dan gambar yang rendah noise walau dipakai di tempat kurang cahaya. Belum lagi dukungan lensa yang beragam untuk segala kebutuhan skenario video seperti lensa lebar, lensa fix dan lensa tele.

dslr-video-stabilizerTapi fitur video di kamera DSLR bukanlah fitur utama, karena bagaimanapun kamera DSLR ditujukan untuk memotret. Maka itu desain bodinya tidak dirancang untuk stabil saat merekam video. Tanpa bantuan aksesori penstabil seperti rig atau shoulder rig, maka video yang direkam bakal terlihat bergoyang-goyang. Belum lagi desain dalamnya kamera DSLR tidak diantisipasi untuk merekam video sehingga banyak kompromi (issue) seperti sensor yang panas kalau merekam lama, dan juga soal auto fokus yang masih belum bisa setara dengan kamera khusus rekam video. Hal ini karena mekanisme di dalam DSLR yang mengandung cermin dan titik fokus, yang mengharuskan cermin terangkat saat sedang live-view dan rekam video, sehingga titik fokus yang ada tidak lagi berfungsi. Untuk auto fokus akhirnya memakai deteksi kontras yang lebih lambat.

Kabar baiknya adalah, semakin hari teknologi kamera DSLR semakin matang, khususnya dalam hal fitur video. Hal ini karena produsen mengantisipasi permintaan yang tinggi akan DSLR videografi. Kita akan lihat kamera-kamera DSLR generasi baru yang semakin oke untuk merekam video, bahkan kamera tingkat dasar seharga 6 jutaan sekalipun.

DSLR Canon

Merk Canon sudah dikenal lama sebagai produsen peralatan video dan broadcast, maka dalam hal kamera DSLR juga banyak dikenal oke untuk merekam klip video. Masalah yang mereka hadapi adalah, lensa Canon yang sudah ada tidak dirancang untuk merekam video sehingga autofokusnya yang cepat justru tidak cocok diaplikasikan di video. Maka itu Canon membuat lensa generasi baru yang lebih oke untuk video, diberi kode nama STM (Stepper motor) yang cirinya auto fokusnya halus, putaran fokusnya tidak terlalu cepat dan suara motornya tidak akan ikut terekam. Saat ini memang baru ada lensa EF-S 18-55mm STM, EF 40mm STM dan EF-S 18-135mm STM, tapi lensa Canon lain yang non STM pilihannya sangat banyak. Sebagai catatan, lensa Canon yang bukan STM tetap bisa dipakai untuk merekam video.

canon-700d

Semua kamera DSLR Canon terbaru sudah bisa merekam video full HD 1920×1080 progressive dengan pilihan 24 fps atau 25fps (untuk PAL) dan 30 fps (untuk NTSC) dengan format encoding MPEG-4 AVC H.264. Pada pilihan HD 1280×720 tersedia frame rate 50 fps/60 fps yang cocok untuk slow motion.

Sound

Untuk merekam suara, sudah tersedia microphone di bodi, dan juga ada colokan mic eksternal serta pengaturan tingkat audio, termasuk wind filter dan attenuator untuk meredam suara derau angin.

Kamera Canon modern sudah dilengkapi dengan prosesor Digic 5+ yang lebih baru, maka video yang dihasilkan lebih minim moire dan tidak mudah mengalami rolling shutter (kecuali EOS 700D masih memakai Digic 5).

Beberapa catatan saya untuk beberapa produk DSLR Canon generasi baru :

EOS 700D : value DSLR

Kamera EOS 700D ada di segmen menengah bawah, namun sudah punya fitur video yang mantap. Sejak era EOS 650D, Canon memberikan juga fitur Video Snapshot yang akan mengambil klip singkat (8 detik atau kurang) yang bisa digabung otomatis oleh kamera. Untuk urusan rekam video ada jalan pintas dengan menggeser tuas On-Off ke arah atas, sedikit berbeda dengan kamera EOS lama yang harus memutar roda mode dial ini ke simbol movie.

Mode dial 700d

Kamera EOS 700D dengan prosesor Digic 5 menjadi kamera yang menyenangkan untuk merekam video karena sudah mengadopsi sistem layar sentuh, juga punya deteksi fasa untuk auto fokusnya (apalagi bila dipadukan dengan lensa STM). Memilih titik fokus bisa dilakukan dengan hanya menyentuh area di layar. Merubah shutter, bukaan dan ISO semua bisa dilakukan saat merekam video, asal mode dial berada di posisi M (Manual). EOS 700D sudah punya stereo mic built-in dan juga colokan mic eksternal.

EOS 70D : fokus cepat berkat dual pixel AF

Canon EOS 70D berada di segmen menengah atas, tentunya punya fitur video yang lebih mantap. EOS 70D juga punya dual pixel AF yang bisa bantu auto fokus saat rekam video jadi lebih cepat, khususnya untuk fokus kontinu. Kecanggihan kamera 70D dalam urusan video adalah adanya pilihan memakai kompresi IPB untuk kebutuhan biasa, atau All-I untuk editing.

Clipboard-1

Sekeping kartu 16GB bisa menyimpan 64 menit video bila memakai kompresi IPB, namun hanya bisa menyimpan 22 menit video bila memakai All-I. Kamera ini juga sudah bisa menyisipkan time code untuk kemudahan sinkronisasi saat editing.

Frame rate 60 fps bisa dicapai untuk resolusi 1280×720, sedangkan pada 1920×180 tersedia 24fps, 25fps dan 30fps. Sayangnya belum ada colokan untuk headphone di EOS 70D.

EOS 5D mk III : Full frame fitur lengkap

canon_5d3_in-outInilah kamera andalan Canon untuk segmen foto maupun video, dengan sensor full frame dan fitur lengkap, EOS 5D mark III melanjutkan sukses 5D mark II yang jadi kamera pertama yang bisa merekam full HD saat itu. Kamera ini ditenagai prosesor Digic 5+, bisa merekam dengan kompresi IPB dan All-I, ada fitur SMTPE timecode embedding, juga menyediakan port headphone untuk monitoring audio. Dengan firmware baru v.1.2.1 maka 5D mark III bisa mengeluarkan video uncompressed, YCbCr 4:2:2 melalui port HDMI untuk stream video digital tanpa kompresi. Berguna bila kita ingin hubungkan kamera ini ke sistem lain seperti recorder atau encoder terpisah. Dengan bodinya yang sudah tahan cuaca, maka merekam video outdoor dalam segala kondisi tidak jadi masalah memakai EOS 5D mark III ini.

DSLR Nikon

Nikon dikenal kuat dalam sejarah fotografi, namun tidak punya banyak pengalaman di bidang videografi. Uniknya, Nikon justru jadi pelopor kamera DSLR yang bisa rekam video, saat meluncurkan Nikon D90 di tahun 2008. Sejak saat itu hingga kini, Nikon terus konsisten menyempurnakan kamera DSLR mereka untuk kebutuhan rekam video. Tidak seperti Canon yang membuat lensa STM generasi baru khusus untuk merekam video, untuk merekam video Nikon mempersilahkan penggunanya untuk memakai lensa-lensa Nikon yang sudah ada. Di kamera generasi terbarunya, Nikon menyediakan berbagai pilihan kualitas video mulai dari full HD 1080p dengan 24, 25 dan 30 fps serta HD 720p dengan 50/60 fps dengan codec AVC MPEG-4 sehingga secara teknis sudah setara dengan kamera DSLR dari Canon.

Pada dasarnya kamera DSLR Nikon juga bisa diatur manual eksposur untuk merekam video, hanya pengaturannya agak sedikit lebih rumit dari Canon khususnya pengaturan bukaan lensanya. Beberapa catatan saya untuk beberapa produk DSLR Nikon generasi baru :

D5300 : pemula lengkap

Nikon D5300 termasuk kamera andalan Nikon untuk bersaing dengan Canon sebagai kamera yang oke untuk foto dan video. Ciri Nikon D5300 (dan Nikon sebelumnya seperti D5200, D5100 dan D5000) adalah punya layar LCD yang bisa dilipat supaya lebih fleksibel saat merekam video dengan angle sulit. Kamera ini sudah oke untuk merekam video karena bisa merekam video dengan resolusi full HD, banyak pilihan frame rate dan sudah bisa auto fokus kontinu dengan memilih mode AF-F. Dengan dukungan prosesor Expeed 4 maka D5300 sanggup memberi frame rate 60 fps progresif pada resolusi full HD 1920×1080 (kamera lain umumnya hanya bisa 60 fps pada resolusi 1280×720).

D5300

Mic di kamera Nikon D5300 sudah stereo, lalu untuk hasil audio yang lebih profesional tersedia juga colokan mic eksternal dan yang paling asyik adalah, kamera ini bisa memberikan uncompressed video out melalui port HDMI, berguna untuk ditampilkan ke monitor LCD atau direkam oleh eksternal recorder. Suatu fitur yang biasanya diberikan hanya di kamera DSLR kelas atas, justru bisa ditemukan di D5300 yang harganya di kisaran 8 jutaan.

Kamera Nikon lainnya : D7100 (DX) dan D610 (FX)

Kamera Nikon lainnya yang kelasnya diatas D5300 adalah Nikon D7100 dan Nikon D610, yang pada dasarnya sama baiknya untuk merekam video. Hanya saja karena keduanya masih memakai prosesor Expeed 3 maka mereka tidak bisa memberi frame rate 60fps pada resolusi 1080p. Nikon D7100 sendiri dalam urusan video menyempurnakan seri D7000 dengan menambahkan stereo mic, sedangkan D610 yang hadir sebagai minor update dari D600 tampaknya tidak memberi perubahan  di fitur videonya. Justru dalam hal microphone di D610 masih sama seperti D600 memakai mic mono (terletak di atas logo D610) yang agak mengherankan mengingat harga kamera D610 yang mencapai 20 jutaan.

nikon-d610-body_front

Keunggulaan D610 sebagai kamera full frame (FX) adalah ukuran sensornya yang besar, dan Nikon menyediakan mode video FX dan DX di kamera D610, sehingga pengguna bisa memilih bidang gambar yang diinginkan. Bila memilih mode video DX di kamera D610 maka gambarnya akan menjadi lebih tele (crop 1,5x) yang cukup berguna dalam banyak kondisi.

FX DX mode

Seperti yang dijumpai di D5300, fitur uncompressed video out lewat port HDMI juga bisa ditemui di kamera D7100 dan D610. Khusus untuk D610 terdapat juga colokan untuk headphone yang membantu monitoring audio yang sedang direkam.

Kesimpulan

Kamera DSLR perlahan tapi pasti semakin menyempurnakan fitur videonya, dan ini terlihat dari produk terbaru yang lebih oke untuk merekam video. Dari semua pilihan yang ada, saya menyukai Canon EOS 70D yang bila dipadukan dengan lensa STM, akan menjadi kamera yang maksimal dalam urusan auto fokus. Terobosan dual pixel AF memang bisa jadi solusi untuk mengatasi lambatnya auto fokus di kamera DSLR, apalagi dengan dukungan layar sentuh yang memudahkan untuk kita memilih titik fokus yang kita inginkan. Selain itu 70D bisa memberi pilihan kompresi All-I yang hasil videonya lebih bagus, namun lebih cepat membuat kartu memori penuh.

Di kubu Nikon saya terkesan dengan D5300 yang didukung oleh prosesor terbaru, membuatnya bisa merekam video 1080p 60fps untuk slow motion yang mulus. Bahkan sampai tulisan ini ditulis, tidak satupun kamera DSLR Canon yang bisa mencapai 1080p 60 fps. Belum lagi dengan harga yang dibawah 10 juta, D5300 memberikan kemampuan untuk clean uncompressed video via kabel HDMI. Sayangnya Nikon tidak (belum?) memiliki kamera yang bisa deteksi fasa saat merekam video (seperti Canon 700D dan 70D), dan belum menyediakan fitur layar sentuh. Tapi bila anda merekam video dengan manual fokus, hal ini tidak jadi sebuah masalah. Jadi masing-masing masih punya plus minus sendiri, tergantung kita memilihnya.

Kamera Panasonic GM1 vs Fujifilm X-M1 dan X-A1

$
0
0

Panasonic GM1 dan Fujifilm X-M1 atau X-A1 sama-sama termasuk kamera sistem mirrorless yang mengincar penggemar fotografer yang ingin kamera dan lensa yang ringkas untuk dibawa kemana-mana.

Panasonic GM1 termasuk sistem micro four thirds, yang koleksi lensanya sudah cukup lengkap karena sudah dibuat sejak tahun 2008, sedangkan sistem Fujifilm X, baru dari tahun 2012. Sistem micro four thirds juga didukung oleh Olympus, yang membuat lensa untuk sistem ini dan bisa digunakan juga di Panasonic GM1. Sedangkan cuma Zeiss saja yang membuatkan lensa untuk sistem Fuji saat ini.

Saat diletakkan dengan kamera Fuji X-M1, Panasonic GM1 terlihat sangat kecil

Saat diletakkan dengan kamera Fuji X-M1, Panasonic GM1 terlihat sangat kecil

Sebenarnya, tujuan Fujifilm pada awalnya adalah membuat kamera premium dengan fitur lengkap seperti Fuji X-PRO-1 dan XE-2. Andalan Fuji adalah sensor gambarnya, X-Trans yang kualitasnya bisa dibandingkan dengan kamera DSLR tingkat canggih. Satu dua tahun belakangan ini, Fuji juga ingin kameranya laris dikalangan fotografer dengan budget yang tidak terlalu tinggi, maka itu Fuji meluncurkan Fujifilm X-M1 dan X-A1. Perbedaan kedua model tersebut adalah yang X-M1 mengunakan sensor gambar X-Trans, yang X-A1 mengunakan sensor gambar APS-C Bayer seperti kamera DSLR pada umumnya. [Baca juga panduan memilih Fujifilm seri X]

Di lain pihak Panasonic GM1, seperti kamera micro four thirds lainnya, mengunakan sensor gambar yang berukuran sedikit lebih kecil dari APS-C, sehingga kualitas gambarnya sedikit dibawah sensor gambar X-Trans sensor. Tapi perbedaan kualitasnya tidak signifikan, dan perlu mata yang benar-benar awas untuk melihat perbedaannya. Hanya pemakaian ISO yang lebih dari ISO 800 baru terlihat perbedaan yang jelas antara keduanya. (ISO tinggi seperti 800 atau lebih digunakan dikondisi cahaya yang gelap). [Baca kamera terbaik 2013]

Baik GM1 dan X-M1 memiliki sasaran yang sama, yaitu mencari orang yang membutuhkan kamera yang ringkas dengan harga yang tidak melebihi Rp 10 juta. Karena mengutamakan ukuran, maka kedua kamera tidak memiliki jendela bidik (baik optik maupun elektronik), dan juga LCD nya tidak bisa diputar. Ukuran kecil, membatasi besarnya kapasitas baterai juga. Jika hunting seharian, jangan lupa membawa 1-2 baterai ekstra.

Dari ukuran Panasonic GM1 jauh lebih kecil. GM1 jauh lebih mirip kamera compact daripada DSLR atau kamera mirrorless lainnya. Karena sangat kecil, GM1 tidak memiliki hot-shoe untuk memasang flash atau aksesoris lainnya. X-M1 dan X-A1 memiliki hot-shoe.

Soal kinerja kecepatannya, GM1 unggul dengan autofokus yang sangat cepat dan akurat meskipun di tempat yang gelap. X-M1 autofokusnya juga sudah lumayan cepat terutama saat memotret di luar ruangan, meski agak mulai macet saat kondisi yang gelap.

Dari atas terlihat GM1 memiliki lensa yang jauh lebih ringkas. Lensa yang terpasang di Fuji X-A1 adalah lensa 18-55mm f/2.8-4

Dari atas terlihat GM1 memiliki lensa yang jauh lebih ringkas. Lensa yang terpasang di Fuji X-A1 adalah lensa 18-55mm f/2.8-4

Banyak lagi perbedaan antara kedua kamera ini. Berikut ini saya kompilasikan perbedaan antara kedua kamera tersebut.

Kelebihan kekurangan Panasonic GM1
+ Ukuran kamera sangat kecil dan ringan
+ Ukuran lensa kit zoom sangat ringan dan kecil
+ Kualitas lensa sangat baik
+ Kualitas gambar masih bagus sampai ISO 800
+ Kinerja autofokus dan operasi kamera cepat
+ Tujuh stop AE bracketing, bagus untuk teknik HDR
+ Timelapse dan stop motion video otomatis
+ Built-in wifi, tidak ada NFC
+ Wifi bisa buat remote control manual exposure
+ Focus peaking untuk membantu manual fokus
+ Focus peaking bisa aktif saat merekam video
+ Electronic shutter yang senyap dan cepat.
+ Electronic shutter mendukung max shutter speed 1/16000 detik
+ Touch screen LCD
+ Ada sensor cleaning
+ Material kamera dan lensa dari aluminium dan magnesium alloy
+ Kecepatan foto berturut-turut cukup cepat (4 fps)
- Tidak ada built-in stabilizer di kamera
- Tidak ada layar lipat
- Tidak ada jendela bidik
- Tidak ada hot shoe untuk flash
- Tenaga built-in flash kecil (GN 4)
- Tidak ada mode panorama
- Tidak ada bulb mode, shutter maximum 60 detik
- Mekanisme shutter membatasi flash sync speed 1/50 detik
- Tombol-tombol dan roda mungkin agak kecil untuk sebagian orang
- Jika mengunakan lensa besar, tidak bisa dipasang di tripod
- Harga lebih tinggi dibandingkan dengan Fuji X-A1

Kelebihan kekurangan kamera Fujifilm X-M1 & X-A1
+ Kualitas gambar masih terjaga sampai ISO 1600, noise sedikit.
+ Pilihan lensa banyak yang berkualitas
+ Ada hot shoe untuk flash
+ Layar LCD bisa dilipat/putar ke atas dan kebawah
+ Kecepatan foto berturut-turut cepat (5.6 fps)
- Autofokus lambat
- Pilihan lensa kalah lengkap, dan harganya relatif tinggi
- Tidak ada jendela bidik
- Tidak ada fitur timelapse
- Tidak ada fitur auto panorama
- Tidak ada creative effects
- Tidak ada touchscreen LCD
- Tidak ada sensor cleaning (untuk X-A1 saja)
- Wifi cuma untuk transfer foto, kendali remote terbatas
- Bahan kamera sebagian besar dari plastik

Dari kelebihan dan kekurangan tersebut, dari segi keseluruhan, Panasonic GM1 lebih unggul di kelas kamera mungil karena ukurannya jauh kecil, kinerjanya cepat dan kualitas gambar dengan lensa kit bagus, setara dengan kamera DSLR pada umumnya. Selain itu, banyak fitur yang ramah untuk pemula maupun memuaskan fotografer/videografer yang lebih berpengalaman. Fitur wifinya bukan hanya berguna untuk transfer foto tapi juga memungkinkan remote control yang pengaturannya komplit. Kelemahan terbesar kamera ini yaitu bukan dirancang untuk penggemar lampu kilat karena tidak memiliki hot shoe.

Kapan mengunakan filter polarizer atau filter CPL

$
0
0

Filter polarizer / CPL (circular polarizer) adalah filter yang agak membingungkan fotografer pemula karena hanya akan menimbulkan efek tertentu jika arah cahaya sesuai dengan posisi kamera, dan juga posisi putaran filter. Jadi seringkali saat memotret dengan filter polarizer, tidak ada bedanya dengan memotret tanpa filter. Kunci suksesnya adalah kita harus mengetahui kapan mengunakan dan tidak mengunakan filter ini.

Filter CPL bertujuan untuk mengurangi pantulan dan meningkatkan saturasi warna. Filter ini paling  efektif jika cahaya menyinari subjek foto dari sisi kiri atau kanan. Dengan kata lain arah cahaya tegak lurus 90 derajat dari posisi kamera. Filter CPL merupakan salah satu filter penting/wajib untuk fotografi pemandangan. Filter ini dapat membuat langit menjadi lebih biru tanpa editing, dan menghilangkan pantulan pada air dan kaca sehingga kita dapat melihat dasar danau/laut atau pemandangan dibalik kaca dengan jernih.

Dalam kasus dua foto dibawah ini, filter CPL saya gunakan untuk mengurangi pantulan cahaya dari dedaunan yang basah karena hujan seharian. Perhatikan dengan seksama perbedaan antara kedua foto ini.

Tanpa filter polarizer, sebagian besar daun memantulkan cahaya, dan warna hijau daun tidak cerah

Tanpa filter polarizer, sebagian besar daun memantulkan cahaya, dan warna hijau daun tidak cerah. ISO 100, f/16, 3 detik, 17mm. Gambar dibuat dengan tripod

Setelah filter polarizer dipasang, dan diputar sampai sesuai, pantulan cahaya pada daun berkurang banyak dan saturasi warna juga lebih tinggi.

Setelah filter polarizer dipasang, dan diputar sampai sesuai, pantulan cahaya pada daun berkurang banyak dan saturasi warna juga lebih tinggi. ISO 100, f/16, 8 detik, 17mm. kalau di kamera APS-C, sekitar 11 mm. Gambar dibuat dengan tripod

Bagi yang teliti bukan hanya melihat perbedaan di kedua gambar diatas, juga akan memperhatikan bahwa shutter speed yang digunakan berbeda. Shutter speed gambar tanpa polarizer adalah 3 detik, sedangkan shutter speed dengan filter polarizer 8 detik.

Artinya, saat memasang filter polarizer, kamera perlu cahaya yang lebih banyak, maka dari itu shutter speednya menjadi lebih lambat, sekitar 1-1.3 stop (dari 3 detik ke 6 detik = 1 stop). Filter polarizer memang seperti kacamata hitam. Saat dipasang, filter membatasi sebagian cahaya yang masuk ke lensa dan kamera. Karena itulah filter polarizer, saya tidak menganjurkan untuk selalu dipasang di depan lensa.

filter polarizer air terjun – ISO 100, f/16, 3 detik, 32mm

Terus terang saya adalah orang yang paling malas pakai filter. Sebagian besar lensa saya tidak saya pasang filter termasuk filter UV, tapi lensa polarizer adalah salah satu lensa yang sering saya bawa saat memotret pemandangan, seperti memotret aliran air seperti diatas. Keuntungannya ganda, pertama mengurangi pantulan cahaya, kedua yaitu mengurangi cahaya yang masuk sehingga saya dapat mengunakan shutter speed yang lambat supaya aliran air mulus seperti kapas.

Cara penggunaannya yaitu pasanglah filter di depan lensa dengan memutarnya seperti memutar sekrup, lalu putar filter polarizernya sampai pantulan di daun atau batu-batuannya hilang dan permukaan batu menjadi gelap.

filter-bw-polarizer-slim

Saya mengunakan filter B+W CPL Slim seperti gambar diatas. “Slim” berarti filter polarizer ini sangat tipis, sehingga tidak membuat ujung-ujung bidang gambar menjadi gelap (vinyet) saat memakai lensa lebar seperti 16-35mm. Saya mempercayakan filter merek B+W buatan Jerman beberapa tahun belakangan ini karena kualitasnya sudah teruji.

Bagi pembaca yang membutuhkan filter polarizer ini dapat menghubungi 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com. Jangan lupa sertakan informasi diameter lensa atau nama lensanya. Harga filternya tergantung dari ukuran diameter lensa. Makin besar makin tinggi harganya. Kurang lebih dimulai dari Rp 900 ribuan sampai Rp 2 juta.

Mencegah kondensasi / pengembunan di lensa

$
0
0

Saat lensa dipindahkan dari ruang yang panas ke dingin atau sebaliknya, ada kemungkinan lensa akan mengalami kondensasi atau berembun. Contoh umum yaitu saat kita keluar dari mobil yang ber-AC dingin ke luar mobil yang panas. Atau sebaliknya, saat kita membawa keluar kamera dan lensa kita dari tempat yang hangat seperti rumah ke luar ruangan yang lebih dingin dan lembab.

Lensa berembun berpotensi merusak lensa dan menimbulkan jamur

Lensa berembun berpotensi merusak lensa dan menimbulkan jamur

Pertemuan antara kamera dan lensa yang hangat ke tempat yang dingin akan membuat uap air menempel dan berkondensasi menjadi embun di permukaan dan di dalam lensa kamera. Jika dibiarkan berlarut atau berulang-ulang, pengembunan ini bisa menimbulkan jamur, karat bahkan korslet.

Cara menghindarinya yaitu memasukkan kamera dan lensa ke dalam plastik kedap udara / ziplock, dan kemudian biarkan kamera dan lensa menyesuaikan dengan suhu baru secara perlahan. Perlu sekitar 10-20 menit untuk menyesuaikan tergantung dari panjang lensa. Lensa yang sederhana dan pendek seperti lensa fix 50mm atau zoom 18-55mm membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyesuaikan dengan suhu baru.

Jika keburu sudah kondensasi / berembun, jangan lepaskan lensa dari kamera dan masukkan kamera dan lensa dalam plastik dan usahakan mengeluarkan udara dari plastik. Memasukkan penyerap air seperti silica atau beras juga dapat membantu.

Jangan khawatir dan tunggulah sampai kameranya menyesuaikan dengan udara lingkungan. Dalam beberapa kasus, perlu menunggu 1-2 hari untuk memulihkan kamera dan lensa seperti sediakala.

Viewing all 1544 articles
Browse latest View live