Belakangan ini, dari tahun 2017 ke 2018, saya mendapati kamera-kamera mirrorless kelas top/profesional ukurannya semakin besar dan berat, tidak peduli formatnya micro four thirds, APS-C atau full frame.
Contoh saja, beberapa tahun yang lalu, Fuji mengolok-ngolok fotografer profesional yang mengunakan kamera DSLR dan banyak lensa dengan poster seperti dibawah ini:
*CSC = Compact system camera (istilah kamera mirrorless di Amerika Serikat)
Tapi kenyataannya, kamera terbaru Fuji yaitu X-H1, malah tidak sesuai lagi dengan filosofi awalnya. Dibandingkan dengan awal-awal kamera Fuji yaitu X-T1 dan X-T10 yang sangat sukses di pasar Indonesia, X-H1 lebih besar, bahkan mirip dengan kamera DSLR Nikon D7500 (APS-C) dan D750 (Full frame).
Dibandingkan dengan ukuran Nikon D7500 dan 17-55mm f/2.8 (kanan), ukuran kamera mirrorless Fuji X-H1 (kiri) dan 16-55mm f/2.8 mirip, dan berat XH1 dan lensa 1.328 kg, sedangkan D7500 dan lensa yang sebanding totalnya 1.475 kg, tidak berbeda banyak juga
Panasonic GH5 dengan lensa kit 12-60mm f/2.8-4 (kiri). Jika dibandingkan, ukuran kamera dan lensa kit-nya jauh lebih besar daripada Panasonic G1, kamera mirrorless pertama dengan lensa kit 14-42mm.
Kamera mirrorless Sony yang bersensor full frame Sony A9, juga lebih besar daripada A7, kamera mirrorless full frame pertama Sony.
Selain ukuran / dimensi, berat kamera dan lensa juga makin bertambah. Berikut perbandingannya:
Sony A7 : 474 gram + Sony Zeiss FE 24-70mm f/4 : 430 gram. Total = 904 g
Sony A9 : 673 g + Sony FE 24-70mm f/2.8 : 886 gram. Total = 1.556 g
Fuji X-T1 : 381 gram + Fuji XF 18-55mm : 310 g. Total = 691 g
Fuji X-H1: 673 g, Fuji XF 16-55mm f/2.8 : 655 g = Total = 1.328 g
Panasonic G1 : 429 g + 14-42mm : 110 g. Total = 539 g
Panasonic GH5 : 725 gram + Panasonic Leica 12-60mm f/2.8-4 : 320 g. Total = 1.045 g
Ukuran kamera yang menjadi makin besar tidak terelakkan karena peningkatan kualitas elektronik di dalam kamera tidak bisa diminiaturisasi lebih kecil lagi. Komponen seperti baterai, jendela bidik, jika semakin tinggi kualitasnya, fisiknya menjadi lebih besar. Apalagi kalau kameranya perlu di segel supaya aman dari air, debu halus atau suhu yang sangat dingin pasti dimensi fisiknya akan bertambah sedikit banyak.
Kamera yang tidak hanya fokus di foto saja, juga video, memang tidak bisa kecil, dan sebaiknya malah ukurannya besar, supaya tidak terlalu gampang overheat (kepanasan). Contohnya Panasonic GH5, ukurannya cukup besar dan bisa merekam video tanpa batas waktu dan tidak kepanasan.
Kamera mirrorless yang besar-besar memang juga ditujukan khusus kepada fotografer profesional, biasanya mereka membutuhkan spesifikasi yang tinggi, juga pegangan yang besar, karena lebih mantap saat mengunakan lensa yang panjang, dan berkesan Pro.

Leica SL aman digunakan saat bersalju
Flashback satu setengah tahun lalu, saat pertama kali saya memegang Leica SL, kesan awal saya kameranya besar, padahal kamera ini jenisnya mirrorless, tapi setelah saya menanyakan kepada Chairman Leica di Photokina 2016, menjadi jelas bagi saya bahwa kalau mencari kamera mirrorless yang berkualitas, memang ukuran tidak bisa dikompromikan, ya, kecuali kita mau mengorbankan beberapa hal, misalnya tidak ada jendela bidik, atau ukuran sensornya dikecilkan, tidak ada stabilizer di body dan sebagainya, kemudian ia membandingkannya dengan Leica Q, yang kualitas gambarnya mirip, jauh lebih compact, tapi tidak setahan-banting Leica SL.
Pertama-tama saya tidak bisa terima penjelasan ini, karena semua kamera mirrorless saat itu lebih kecil dan ringan, tapi setelah waktu berjalan lewat, saya merasa: “Oh ya benar juga, memang kalau semua komponen kamera dibikin bagus, pasti fisiknya tidak bisa kecil.”
Maka itu, kalau sedang mencari kamera, dan mendapati kameranya berukuran kecil, kita harus kritis, apa yang “missing” atau tidak ada di kamera ini dibandingkan dengan yang lain. Apakah yang “missing” ini penting atau tidak? Kalau tidak butuh atau tidak penting, bolehlah dipertimbangkan, jika tidak, sebaiknya memilih yang lain.
Dalam tiga tahun terakhir, pembuat kamera berlomba-lomba membuat kamera yang sempurna, makin canggih memang, tapi ukuran, berat dan harga naik semua.
Ironisnya, kebanyakan orang yang ingin membeli kamera pro yang baru sebagian besar mungkin bukan profesional full time, tapi sebagian besar adalah penghobi fotografi / amatir, dan sebagian kecil lainnya adalah part-time/semi profesional.
Sepengetahuan saya, pasar fotografer profesional beberapa tahun ini agak menurun, dan di saat seperti ini, fotografer profesional jarang ingin membeli kamera baru yang lebih canggih jika kamera lama masih bisa digunakan untuk mencari uang. Membeli kamera baru dirasa kurang bijak karena lama balik modalnya.
Penghobi fotografi memiliki kebutuhan yang berbeda, mereka tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan harga, tapi menginginkan kamera yang kecil, kinerja yang bagus dan mudah digunakan. Mudah-mudahan dalam beberapa tahun kedepan, pembuat kamera mulai menyadari hal ini dan membuat kamera yang cocok untuk pencinta fotografi.
Sudah punya kamera? Jangan sia-siakan dengan mengikuti kursus dan trip Infofotografi